Kenangan
Analisis Puisi:
Puisi "Kenangan" karya Sapardi Djoko Damono mengusung tema tentang ingatan masa lalu dan kerentanan manusia dalam menyikapi waktu. Sapardi menyoroti bagaimana kenangan tidak hanya hadir sebagai catatan emosional, tetapi juga sebagai sesuatu yang membebani, dirawat, atau bahkan ditinggalkan. Tema ini lekat dengan nuansa kontemplatif khas Sapardi yang sering berbicara tentang kehidupan, kerinduan, dan kefanaan.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang berusaha menyimpan kenangan dengan hati-hati, seolah takut kehilangan atau melukai dirinya sendiri. Pada versi pertama (Kolam, 2009), tokoh dalam puisi digambarkan “meletakkan kenangan di laci meja, menguncinya, lalu membawa kunci itu ke sebuah kota yang sudah lama hilang dari peta.” Gambaran ini menunjukkan upaya untuk mengendalikan kenangan, namun pada akhirnya kenangan tetap hidup, bahkan “air mulai mendidih di laci yang rapat terkunci.”
Sedangkan pada versi kedua (Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita, 2012), narasi menjadi lebih reflektif. Sapardi mengungkap bahwa tidak semua orang bisa menjejalkan kenangan ke masa depan atau lusa, karena kenangan memang hanya milik kemarin. Ia menegaskan bahwa ada keterbatasan manusia dalam memperlakukan kenangan: apakah dirawat, dilepas, atau sekadar direlakan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa kenangan adalah bagian dari kehidupan yang tidak selalu bisa diatur sesuai kehendak manusia. Kita bisa mencoba menyimpannya, menguncinya, bahkan melupakannya, tetapi kenangan tetap hidup dengan caranya sendiri. Ada kalanya kenangan menyakitkan, seperti air yang “mendidih di laci terkunci,” namun di sisi lain kenangan juga bisa menjadi bagian dari identitas diri yang tidak bisa dipisahkan.
Pada versi kedua, Sapardi menekankan bahwa kenangan bukanlah milik masa depan, melainkan bagian dari masa lalu yang tidak bisa dipaksakan untuk ikut berjalan bersama waktu. Dengan demikian, makna yang ingin disampaikan adalah kerelaan untuk menerima bahwa kenangan hanyalah milik kemarin, bukan sesuatu yang bisa terus dipertahankan untuk besok.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, kontemplatif, sekaligus getir. Ada kesan hati-hati dan rapuh ketika tokoh menyimpan kenangan, seakan takut pecah. Namun ada juga perasaan tidak berdaya, ketika kenangan yang ingin dikendalikan justru tetap hidup dan menyiksa. Pada versi kedua, suasana lebih tenang namun tetap diliputi perasaan pasrah, seolah penulis ingin berdamai dengan kenangan yang tak bisa diajak berjalan ke depan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Amanat dari puisi ini adalah bahwa kenangan tidak bisa sepenuhnya dikendalikan, apalagi dipaksakan untuk hidup di masa depan. Manusia sebaiknya belajar merelakan, menerima bahwa kenangan adalah milik masa lalu, bukan sesuatu yang harus selalu dibawa. Pesan lainnya adalah tentang kebijaksanaan dalam menyikapi waktu: masa lalu, sekarang, dan masa depan memiliki ruangnya masing-masing, dan tidak semuanya bisa dipaksakan bersatu.
Imaji
Sapardi membangun imaji yang kuat melalui detail konkret:
- “Meletakkan kenangannya di laci meja dan menguncinya” → menghadirkan visualisasi benda nyata untuk menggambarkan usaha menyembunyikan ingatan.
- “Air mulai mendidih di laci yang rapat terkunci” → imaji auditif sekaligus metafora yang menyiratkan bahwa kenangan tetap hidup meski disembunyikan.
- “Tidak setiap orang bisa menjejalkan kenangan ke besok” → imaji abstrak yang melukiskan keterbatasan manusia dalam mengatur waktu.
Majas
Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: Kenangan diibaratkan sebagai benda yang bisa disimpan di laci, dikunci, atau dijaga.
- Personifikasi: Kenangan digambarkan hidup, bahkan mendidih, seakan memiliki nyawa sendiri.
- Hiperbola: Frasa seperti “tak didengarnya lagi suara air mulai mendidih” memberi kesan berlebihan untuk menekankan intensitas rasa sakit dari kenangan.
- Simbolisme: Laci, kunci, kota yang hilang, serta air mendidih menjadi simbol dari ingatan yang terpendam, keterasingan, dan luka batin yang tak bisa dilupakan.
Puisi "Kenangan" karya Sapardi Djoko Damono adalah refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan ingatan masa lalu. Tema puisi berpusat pada ingatan dan keterbatasan manusia terhadap waktu. Puisi ini bercerita tentang usaha menyimpan dan merelakan kenangan. Makna tersiratnya mengajarkan bahwa kenangan adalah bagian dari masa lalu yang tidak bisa dipaksakan untuk hidup di masa depan. Dengan suasana melankolis dan kontemplatif, Sapardi menyampaikan amanat agar manusia bijak dalam menerima ingatan, entah dengan merawatnya atau merelakannya. Lewat imaji konkret dan majas metaforis, Sapardi berhasil menyulap pengalaman personal menjadi renungan universal tentang waktu, ingatan, dan kehidupan.
Karya: Sapardi Djoko Damono
Biodata Sapardi Djoko Damono:
- Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
- Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
