Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Menikah (Karya Taufik Ikram Jamil)

Puisi "Menikah" karya Taufik Ikram Jamil menghadirkan gambaran yang kompleks tentang pernikahan, mempertimbangkan jarak emosional, kesetiaan, ...
Menikah

telah kunikahi dikau
dengan jarak sebagai maskawin
walimu adalah dekat tidak tergapai
sedangkan saksinya jauh tiada berjarak
melingkarkan cincin di jarimu berwaktu

di depan tuan kadi dari negeri perih
memang tak dapat kuucapkan kesetiaan
sebab aku penjaja kasih
mengetuk pintu bagi pemilik hati
setiap yang memberikan cinta kepadaku
aku ulurkan seribu sayang baginya

maka kita nikmati hari-hari jauhari
di setiap detik yang mengantarkan menit
hingga kita lupa bagaimana cara rahasia
menyembunyikan suka citanya pada jam
kita tiba-tiba menjadi serba tidak terduga
dengan wajah terdedah pada setiap sejarah

pada malam pertama kita tak bersua
karena kita hanya menuju pengakhiran
berujung cita-cita menjadi diri sendiri
dan setiap orang yang mengenal kita
mereka akan mengetahui diri mereka
penuh jelaga dan berdosa

kita akan hidup dari kecemerlangan lidah
hingga setiap benda mencari tinta
untuk merekam patah-patahan ucapan
yang tak sengaja kita sisakan pada alam
kepada masa tanpa tenggat

anak-anak kita akan tumbuh
dalam perjanjian sagu yang menjulang
setiap akarnya akan mekar menyembur nafas
yang bila terbunuh pun
tidak akan rebah ke bumi
tetapi mencari langit dengan pintu membuka
buah tematu dan pelepah
pati dan repu yang menobat berkah

aku sadar bahwa engkau tidak bahagia
tapi jodoh tak pernah mendustai perkawinan
kita pada posisi yang hanya bisa menerima
kemudian belajar sedikit berharap
agar kecewa tidak banyak tertangkap

Sumber: Tersebab Aku Melayu (Buku Sajak Penggal Kedua, 2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Menikah" karya Taufik Ikram Jamil merupakan refleksi mendalam tentang pernikahan dan dinamika yang melingkupinya.

Perpaduan Antara Jarak dan Kehadiran: Puisi ini menggambarkan pernikahan sebagai perpaduan antara jarak fisik dan kehadiran emosional. Meskipun sang walimu dekat secara fisik, keberadaannya terasa jauh dan tidak tergapai, sementara saksinya justru berada di tempat yang jauh.

Simbolisme Cincin: Pemberian cincin dalam pernikahan adalah simbol kesetiaan dan komitmen. Meskipun dilakukan di hadapan kadi, pembicaraan tentang kesetiaan diri sendiri menjadi sorotan yang menarik, menunjukkan kompleksitas hubungan manusia.

Hari-Hari Jauhari dan Pengakhiran: Puisi menggambarkan pernikahan sebagai pengalaman yang beragam, dari hari-hari yang berharga hingga momen-momen yang menentukan akhir dari suatu periode. Pengalaman tersebut menghadirkan kejutan dan pelajaran, termasuk tentang diri sendiri dan perasaan yang terbuka.

Pertumbuhan Anak-Anak dan Harapan: Puisi menggambarkan harapan akan pertumbuhan anak-anak sebagai bagian dari perjanjian keluarga yang kokoh. Simbol-simbol alam seperti buah tematu dan pelepah menggambarkan kekuatan dan kemakmuran yang diharapkan dalam keluarga.

Kesadaran Akan Tidak Bahagia: Pada akhirnya, penutup puisi ini menghadirkan kesadaran akan ketidakbahagiaan yang mungkin ada dalam pernikahan, namun juga memberikan harapan kecil bahwa kekecewaan dapat diatasi dengan sedikit harapan.

Secara keseluruhan, puisi "Menikah" menghadirkan gambaran yang kompleks tentang pernikahan, mempertimbangkan jarak emosional, kesetiaan, pertumbuhan keluarga, dan harapan di tengah dinamika kehidupan pernikahan. Ini menunjukkan kedalaman pengamatan dan pemahaman penyair tentang hubungan manusia yang kompleks.

Taufik Ikram Jamil
Puisi: Menikah
Karya: Taufik Ikram Jamil

Biodata Taufik Ikram Jamil:
  • Taufik Ikram Jamil lahir pada tanggal 19 September 1963 di Bengkalis, Riau, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.