Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sepantun Laut (Karya J. E. Tatengkeng)

Puisi "Sepantun Laut" karya J. E. Tatengkeng menggambarkan keindahan alam dan dinamika manusia yang berhubungan dengan alam, khususnya dengan laut.
Sepantun Laut

Duduk di pantai waktu senja,
Naik di rakit buaian ombak,
Sambil bercermin di air kaca,
Lagi diayunkan lagu ombak.

Lautan besar bagi bermimpi,
Tidak gerak, tetap berbaring ...
Tapi pandang karang di tepi,
Di sana ombak memecah nyaring ...

       Gerak dalam diam,
       Diam dalam gerak,
       Menangis dalam gelak,
       Gelak dalam bermuram,

Demikian sukma menerima alam,
Bercinta, meratap, merindu dendam.

Sumber: Rindu Dendam (1934)

Analisis Puisi:

Puisi "Sepantun Laut" karya J. E. Tatengkeng adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan keindahan alam dan dinamika manusia yang berhubungan dengan alam, khususnya dengan laut.

Pemandangan Senja di Pantai: Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang waktu senja di pantai. Senja sering kali menjadi momen yang memukau dengan perubahan cahaya matahari yang terbenam, dan ini mungkin mencerminkan momen keindahan dan refleksi dalam puisi ini.

Interaksi dengan Laut: Puisi ini menggambarkan pengarang atau pembicara duduk di pantai, naik di rakit buaian ombak, dan melihat bayangan dirinya di air yang seperti kaca. Ini adalah gambaran tentang interaksi antara manusia dan laut, menggambarkan keintiman dan rasa keterhubungan manusia dengan alam.

Gelombang Laut sebagai Musik: Puisi ini menggambarkan suara laut sebagai lagu yang tenang dan menenangkan. Ini menekankan aspek keindahan alam dan kebahagiaan yang bisa ditemukan dalam mendengarkan suara alam.

Laut Sebagai Sumber Inspirasi: Puisi ini menyatakan bahwa laut adalah "besar bagi bermimpi." Ini menggambarkan laut sebagai sumber inspirasi dan refleksi bagi manusia. Laut yang luas dan tenang bisa menjadi tempat di mana manusia merenung, bermimpi, dan merenungkan hidupnya.

Dinamika Alam: Puisi ini mencatat dinamika alam dengan merujuk pada ombak yang memecah dengan suara yang nyaring. Ini adalah gambaran tentang perubahan, kekuatan alam, dan siklus kehidupan yang tak pernah berhenti.

Keterkaitan Manusia dengan Alam: Puisi ini menciptakan gambaran tentang keterkaitan manusia dengan alam. Manusia tidak hanya mengamati alam, tetapi juga berinteraksi dengannya, merenungkan kehidupan, dan mencari inspirasi dari keindahan dan ketenangan alam.

Emosi Manusia yang Compleks: Puisi ini mengekspresikan berbagai emosi manusia seperti cinta, ratap, rindu, dan dendam. Ini mencerminkan kerumitan perasaan manusia yang sering kali dipengaruhi oleh alam sekitarnya.

Puisi "Sepantun Laut" adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan interaksi manusia dengan alam, keterkaitan manusia dengan alam, serta kerumitan perasaan manusia yang dipengaruhi oleh keindahan alam. Puisi ini mengekspresikan gagasan-gagasan tentang kehidupan dan hubungan manusia dengan lingkungannya melalui gambaran-gambaran yang indah dan mendalam.

Puisi J. E. Tatengkeng
Puisi: Sepantun Laut
Karya: J. E. Tatengkeng

Biodata J. E. Tatengkeng:
  • J. E. Tatengkeng (Jan Engelbert Tatengkeng) adalah salah satu penyair Angkatan Pujangga Baru. Nama panggilan sehari-harinya adalah Om Jan.
  • J. E. Tatengkeng lahir di Kolongan, Sangihe, Sulawesi Utara, 19 Oktober 1907.
  • J. E. Tatengkeng meninggal dunia di Makassar, 6 Maret 1968 (pada umur 60 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.