Analisis Puisi:
Puisi "Sumpah Pemuda" karya Sam Haidy adalah sebuah karya yang merefleksikan nilai-nilai kemanusiaan dalam konteks yang lebih luas. Meskipun judulnya merujuk pada sebuah peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, yaitu Sumpah Pemuda 1928, isi puisi ini justru membawa pesan yang lebih universal mengenai persatuan umat manusia.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah persatuan dan kemanusiaan. Berbeda dari Sumpah Pemuda yang menegaskan identitas kebangsaan Indonesia, puisi ini mengangkat konsep persaudaraan global. Penyair menegaskan bahwa manusia, tanpa memandang asal dan kebangsaan, sejatinya adalah satu kesatuan yang memiliki keterikatan erat dengan bumi dan perasaan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah ajakan untuk menghapus batas-batas yang memisahkan manusia berdasarkan kebangsaan, ras, atau bahasa. Penyair ingin menekankan bahwa semua manusia memiliki persamaan hak dan kewajiban sebagai penghuni bumi. Dengan menggunakan diksi seperti "berbangsa satu: bangsa manusia", puisi ini mengajak pembaca untuk berpikir lebih luas tentang identitas mereka, bukan hanya sebagai warga suatu negara, tetapi juga sebagai bagian dari umat manusia secara keseluruhan.
Puisi ini bercerita tentang kesatuan manusia di dunia. Dengan pola repetisi pada setiap bait, penyair menyampaikan gagasan bahwa semua manusia memiliki kesamaan dalam hal kebangsaan, tanah air, dan bahasa—tetapi dalam makna yang lebih luas. Bukan dalam konteks negara atau wilayah, melainkan dalam hubungan sebagai sesama manusia yang berbagi kehidupan di bumi dan berkomunikasi melalui perasaan.
Majas
Dalam puisi ini terdapat beberapa majas yang memperkuat pesan yang ingin disampaikan:
- Majas repetisi, yaitu pengulangan struktur kalimat "Kami, putra dan putri dunia, mengaku..." yang menekankan pentingnya persatuan.
- Majas metafora, misalnya pada frasa "bahasa rasa", yang menggambarkan bahwa komunikasi manusia tidak hanya terbatas pada kata-kata, tetapi juga pada perasaan dan empati.
Puisi "Sumpah Pemuda" karya Sam Haidy merupakan refleksi tentang persatuan manusia dalam perspektif yang lebih luas. Tema kemanusiaan dan persatuan global menjadi inti dari puisi ini, dengan pesan tersirat yang mengajak pembaca untuk melihat diri mereka sebagai bagian dari umat manusia tanpa batasan kebangsaan. Dengan penggunaan majas repetisi dan metafora, puisi ini memberikan kesan mendalam tentang pentingnya kebersamaan dan saling memahami di antara sesama manusia.
Karya: Sam Haidy
