Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Menulis Puisi (Karya Maghfur Saan)

Puisi "Menulis Puisi" karya Maghfur Saan bukan sekadar puisi tentang menulis, tetapi lebih dari itu: sebuah refleksi mendalam tentang proses ...
Menulis Puisi

Ketika aku sedang menulis puisi, bulan mengirim dawai-
dawai gitar ke tanah perak. Sementara kau merenda
jaring buat menangkap kupu-kupu. Pada hari itu aku
telah
ditasbihkan menjadi bocah yang harus menggembala
di
atas hamparan sabana tak bertepi. Maka aku segera
diajari
bagaimana naik kuda. Aku pun menjadi penunggang
kuda.
Dengan sekali tank tali kendali, melesatlah berpuluh-puluh
bahkan berjuta-juta kuda ke segala penjuru.
Gemuruh dentingan kaki-kakinya. Pada setiap telapak kakinya
mencuat percikan kembang api. Seluruh padang rumput
dalam
hatiku terbakar menyala. Begitulah, aku telah bersahabat
dengan matahari. Tapi domba-domba gembalaanku
justru
mati satu demi satu, lantaran tak menemukan case dari
nadiku.

Analisis Puisi:

Puisi ini mengangkat tema proses kreatif dalam menulis puisi, yang digambarkan sebagai perjalanan penuh imajinasi, tantangan, dan pencarian makna. Tema ini dipadukan dengan refleksi diri yang memperlihatkan bahwa menulis puisi tidak sekadar menuangkan kata-kata, tetapi juga perjalanan batin yang mendalam.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa menulis puisi adalah proses yang melibatkan perenungan, perasaan, imajinasi, bahkan konflik batin antara mencipta dan menemukan makna hidup. Dalam puisi ini, penulis menunjukkan bahwa setiap puisi lahir dari pergulatan rasa dan pikiran yang tak jarang berujung pada kehilangan atau pengorbanan. Domba-domba yang mati dalam puisi bisa dimaknai sebagai ide-ide yang hilang, harapan yang pupus, atau kegagalan dalam menemukan makna sejati dari setiap kata yang ditulis.

Puisi ini bercerita tentang proses seorang penyair dalam menulis puisi, di mana imajinasi, pengalaman batin, serta konflik kreatif muncul bersamaan. Penyair membayangkan dirinya ditasbihkan menjadi bocah gembala yang harus mengarungi sabana luas, menunggangi kuda-kuda liar imajinasi yang melesat ke segala arah. Dalam perjalanannya, ia bersahabat dengan matahari—simbol inspirasi atau cahaya kreativitas—tetapi di sisi lain, ia juga kehilangan domba-domba, yang melambangkan ide-ide yang tak berhasil ia selamatkan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah penuh energi liar, imajinatif, namun diwarnai juga oleh rasa cemas dan kehilangan. Ada kesan bahwa menulis puisi bukan sekadar kegiatan tenang, tetapi justru sebuah petualangan liar di padang imajinasi yang tak terduga. Di balik itu, tersimpan pula kesedihan dan kehampaan saat sebagian ide atau makna justru menghilang dalam proses kreatif tersebut.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang bisa diambil dari puisi ini adalah bahwa menulis puisi adalah proses yang kompleks, memerlukan keberanian menjelajahi batin, dan siap menghadapi kehilangan makna atau kegagalan dalam merangkai kata-kata yang sejati. Penyair mengajak pembaca untuk memahami bahwa setiap karya puisi adalah hasil dari perjalanan panjang seorang penyair dengan dirinya sendiri, dengan inspirasinya, dan dengan kenyataan yang ia hadapi.

Imaji

Puisi ini penuh dengan imaji yang kuat dan hidup, di antaranya:
  • Imaji visual: "bulan mengirim dawai-dawai gitar ke tanah perak" menghadirkan gambaran malam yang puitis dan indah.
  • Imaji suara: "gemuruh dentingan kaki-kakinya" memberikan sensasi suara kuda-kuda yang berlari kencang.
  • Imaji gerak: "meluncurlah berjuta-juta kuda ke segala penjuru" menghadirkan kesan gerakan liar dan tak terkendali.
  • Imaji perasaan: "domba-domba gembalaanku justru mati satu demi satu" menggambarkan rasa kehilangan yang mendalam.

Majas

Beberapa majas yang ditemukan dalam puisi ini:
  • Personifikasi: "bulan mengirim dawai-dawai gitar" — bulan digambarkan memiliki kemampuan mengirimkan melodi.
  • Metafora: "hamparan sabana tak bertepi" melambangkan imajinasi yang luas tanpa batas.
  • Hiperbola: "berjuta-juta kuda ke segala penjuru" memperlihatkan luapan imajinasi yang tak terbendung.
  • Simbolisme: "domba-domba gembalaanku" bisa dimaknai sebagai ide-ide, harapan, atau makna-makna yang ingin dijaga oleh penyair.
Puisi "Menulis Puisi" karya Maghfur Saan bukan sekadar puisi tentang menulis, tetapi lebih dari itu: sebuah refleksi mendalam tentang proses kreatif yang penuh petualangan, imajinasi liar, dan juga kehilangan. Menulis puisi adalah seperti menggembala di padang sabana imajinasi, mengendarai kuda inspirasi, bersahabat dengan matahari, tetapi juga siap merelakan domba-domba makna yang hilang di perjalanan. Inilah gambaran keindahan sekaligus kepedihan seorang penyair dalam mencipta karya.

Puisi: Menulis Puisi
Puisi: Menulis Puisi
Karya: Maghfur Saan

Biodata Maghfur Saan:
  • Maghfur Saan lahir di Batang, pada tanggal 15 Desember 1950.
© Sepenuhnya. All rights reserved.