Kidung Malam
(Buat: Frans & Yoko)
Lamat-lamat suaramu
menjerat rindu
Suling gelagah endapkan sunyi
ke dalam sepi. Tenggelamlah
Duka segala kecewa di hati
Harapan, nyanyian Tuhan di gigir malam
menunggu setia di ranjang sorga.
Sumber: Mingguan Pelopor Yogyakarta (14 Desember 1975)
Analisis Puisi:
Puisi "Kidung Malam" karya Mahawan mengangkat tema tentang kerinduan, kesunyian, dan harapan. Puisi ini menggambarkan perasaan seseorang yang larut dalam keheningan malam, ditemani suara yang menenangkan dan harapan yang tetap terjaga di tengah kegelapan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini berkaitan dengan perasaan kehilangan atau keterasingan yang kemudian terobati oleh sebuah harapan. Suara yang "menjerat rindu" dapat diartikan sebagai kenangan atau sesuatu yang mengingatkan pada seseorang atau sesuatu yang jauh.
Selain itu, frasa "Harapan, nyanyian Tuhan di gigir malam" menunjukkan bahwa meskipun malam membawa kesepian, masih ada harapan yang datang sebagai sesuatu yang ilahi, menenangkan, dan menuntun hati menuju ketenangan.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang tenggelam dalam perasaan rindu dan kesunyian malam. Di tengah kesepian tersebut, suara lembut yang mengalun (seperti suara suling gelagah) membawa kedamaian, menenangkan hati yang terluka, dan menyalakan kembali harapan yang telah pudar.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa tenang namun melankolis. Ada kesan kesepian yang mendalam, tetapi juga terselip harapan yang tetap menyala dalam keheningan malam.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini mengajarkan bahwa di balik kesunyian dan kesedihan, selalu ada harapan yang bisa ditemukan. Harapan itu bisa datang dalam berbagai bentuk—mungkin dari kenangan indah, kepercayaan kepada Tuhan, atau sesuatu yang memberi ketenangan dalam kesendirian.
Imaji
- Imaji auditori: "Lamat-lamat suaramu menjerat rindu", menghadirkan suara lembut yang membawa kenangan dan perasaan mendalam.
- Imaji visual: "Harapan, nyanyian Tuhan di gigir malam", membangun gambaran tentang harapan yang tetap menyala di tengah kegelapan.
- Imaji taktil: "Suling gelagah endapkan sunyi ke dalam sepi", memberikan kesan keheningan yang mendalam, seolah sunyi meresap ke dalam diri.
Majas
- Personifikasi: "suling gelagah endapkan sunyi", seolah suling memiliki kekuatan untuk membawa ketenangan.
- Metafora: "nyanyian Tuhan di gigir malam", menggambarkan harapan sebagai sesuatu yang suci dan mendamaikan.
- Hiperbola: "menjerat rindu", memberikan kesan bahwa rindu begitu kuat hingga bisa membelenggu seseorang.
Puisi "Kidung Malam" karya Mahawan menghadirkan suasana sunyi yang dipenuhi kerinduan dan harapan. Penyair menggunakan bahasa yang lembut dan puitis untuk menggambarkan bagaimana suara yang samar-samar dapat membawa kedamaian dan menyelimuti hati dengan harapan. Melalui simbol-simbol seperti suling gelagah dan nyanyian Tuhan, puisi ini mengajak pembaca untuk menemukan ketenangan dalam kesepian dan tetap memelihara harapan, meskipun malam terasa begitu sunyi.
Karya: Mahawan