Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Peta Perjuangan (Karya Bambang Sadono)

Puisi "Peta Perjuangan" karya Bambang Sadono menggambarkan perjalanan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari ..

Peta Perjuangan


Pegangsaan timur 56 malam kemarin
Vikers Jepang meledak di sini
Segera Bung, tunggu apalagi
Truk peta dengan dinding luka
Merangkak ke Rengasdengklok
Seorang bayi merengek minta susu
Malah bergeming menertawakan

Sandiwara kecil yang tidak lucu
Hai, malaikat di surga
pagi ini kami ingin merdeka
Segala tetek bengek biarlah sementara
Bambu runcing yang jadi hakimnya
Kun fayakun

Tanjung Perak, November Merah
Hai, para exstremi biadab,
Tuan Mallaby di mana?

Satu kali dua puluh empat
sampai tanggal sembilan malam
Tanggalkan sangkur
letakkan senapan
Para pencoleng datanglah
Dan tinggi-tingilah angkat tangan

Serigala-serigala bangsat
terimalah cocolan bambu di dadamu
Lihatlah, darah kami masih merah
Kami bukan budak yang hidup untuk menyembah
Sambutlah salam kami
Kalau tidak
ayo kita buktikan
Siapa jadi tuak di Surabaya

Analisis Puisi:

Puisi "Peta Perjuangan" karya Bambang Sadono mengangkat tema perjuangan kemerdekaan Indonesia. Penyair menggambarkan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah, seperti peristiwa Rengasdengklok dan Pertempuran Surabaya, untuk menegaskan semangat perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajah.

Makna Tersirat

Di balik penggambaran peristiwa bersejarah, puisi ini menyiratkan semangat heroisme dan pengorbanan para pejuang. Kata-kata yang keras dan lantang mencerminkan keteguhan hati rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan mereka. Penyair juga menyoroti bahwa perjuangan bukan hanya milik para pemimpin, tetapi juga rakyat biasa yang siap berkorban demi tanah air.

Puisi ini menggambarkan perjalanan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari penjajah. Dimulai dengan penggambaran peristiwa Rengasdengklok, tempat Soekarno dan Hatta diculik oleh para pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Kemudian, puisi ini beralih ke peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945, di mana rakyat dan pejuang dengan berani melawan pasukan Inggris yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Mallaby.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini memiliki suasana tegang, heroik, dan penuh amarah. Dengan penggunaan kata-kata tajam seperti "serigala-serigala bangsat" dan "cocolan bambu di dadamu," puisi ini memperlihatkan kebencian terhadap penjajah dan semangat juang yang berkobar.

Amanat/Pesan yang Disampaikan

Penyair ingin menyampaikan bahwa kemerdekaan tidak diberikan begitu saja, melainkan diperjuangkan dengan darah dan nyawa. Puisi ini mengajarkan pentingnya mempertahankan kemerdekaan dan tidak tunduk kepada penjajahan dalam bentuk apa pun. Selain itu, semangat patriotisme harus terus diwariskan kepada generasi penerus agar mereka tidak melupakan sejarah bangsa.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji yang kuat, terutama imaji visual dan imaji gerak, seperti:
  • Imaji visual: "Truk peta dengan dinding luka," "bambu runcing yang jadi hakimnya," "darah kami masih merah."
  • Imaji gerak: "Merangkak ke Rengasdengklok," "tinggi-tingilah angkat tangan," "ayo kita buktikan."
Imaji tersebut memberikan gambaran nyata tentang kondisi perjuangan dan peperangan saat itu.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: "Truk peta dengan dinding luka" (melambangkan perjalanan perjuangan yang penuh rintangan dan pengorbanan).
  • Personifikasi: "Seorang bayi merengek minta susu, malah bergeming menertawakan" (menggambarkan ketidakpedulian terhadap kebutuhan dasar karena perjuangan lebih mendesak).
  • Hiperbola: "Serigala-serigala bangsat, terimalah cocolan bambu di dadamu" (menguatkan rasa amarah terhadap penjajah).
Puisi "Peta Perjuangan" karya Bambang Sadono adalah puisi bernuansa patriotik yang menggambarkan perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan penuh semangat dan emosi. Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk mengenang dan menghargai perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan segalanya demi kemerdekaan bangsa.

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Peta Perjuangan
Karya: Bambang Sadono
© Sepenuhnya. All rights reserved.