Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Jarak (Karya F. Aziz Manna)

Puisi "Jarak" karya F. Aziz Manna bercerita tentang perjalanan seorang individu yang terperangkap dalam perasaan cinta yang tak terbalas, yang ...
Jarak

//1//
aku hanya meminta sebuah kehendak (cinta!) tapi kau berikan tubuh, jurang jarak antara suara dan tatapan dan aku merayap dan meratap hingga kuasa berbalas perkabulan.

//2//
sejak itu aku telah jadi kelana (sewandana cum penjelajah?). tidak kukira, jarak adalah pikiran yang mencarimu, hingga kuabaikan, kubiarkan semua orang berebutan lahan, penampang, benda tinggalan, tilasmu, sedang aku hanya padamu terpaku dan ah, ratapan-ratapanku bukanlah bahan belas kasihan, perolokan orang lapar, gelandangan, buangan atau tundungan (dunia-menjijikkan sungguh-yang sia-sia) sebab perbekalan telah dicukupkan dalam perjalanan tanpa pertemuan ini.

//3//
cinta (cintaku!) telah dibelah dan aku tak bisa mengandalkan, tak butuh (kaki atau jalan) kehidupan untuk mencari untuk menemukan sebab cinta (cintaku!) telah sama bersetuju dalam jaminan perintahmu.

//4//
tapi masihkah kau bersamaku di antara kecabulan dunia kini? sedang aku mungkin lacur, nyunyut-hancur dalam umpatan dalam ancaman dalam kesombongan, di jarak ini telah kutanyai seluruh keturunanmu: mengapa cinta (cintaku!) tiada ketemu? serempak mereka ngakak, menudingku: kaspo, lantas ngelus gluteus maximus dan berjingkrak. krak.

2017

Sumber: Kompas (Minggu, 3 Februari 2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Jarak" karya F. Aziz Manna mengeksplorasi tema tentang cinta yang terhalang jarak dan perasaan yang muncul akibat ketidakhadiran atau keterpisahan dengan orang yang kita cintai. Dalam puisi ini, penyair menggunakan konsep jarak sebagai sebuah metafora yang mengarah pada perasaan kesepian, kerinduan, dan pencarian yang sia-sia.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan seorang individu yang terperangkap dalam perasaan cinta yang tak terbalas, yang terhalang oleh jarak—baik itu fisik maupun emosional. Dalam setiap bagian puisi, penyair berbicara tentang bagaimana dirinya ingin merasakan cinta, namun dihadapkan dengan jarak yang memisahkan suara, tatapan, dan bahkan keberadaannya dari orang yang ia cintai. Pada bagian pertama, penyair hanya meminta cinta, tetapi yang ia dapatkan adalah "tubuh" dan "jurang jarak", sebuah simbol dari pemisahan yang tak teratasi.

Tema: Jarak, Cinta, dan Pencarian yang Tak Berujung

Tema utama dalam puisi ini adalah jarak yang memisahkan penyair dengan objek cintanya. Puisi ini menggambarkan bagaimana cinta bisa menjadi sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan kesulitan dan ketidakpastian. Jarak yang dimaksud bukan hanya jarak fisik antara dua individu, tetapi juga jarak emosional yang lebih dalam, yang sulit dijembatani oleh kata-kata atau perasaan semata.

Pada bagian kedua puisi, penyair menggambarkan dirinya sebagai seorang kelana atau penjelajah, yang terus mencari cinta meskipun tanpa kepastian. Namun, pada akhirnya, meskipun ia terus berusaha dan bertahan dalam pencariannya, ia menyadari bahwa perjalanan itu sia-sia jika tak ada pertemuan yang terjadi.

Makna Tersirat: Cinta yang Terbagi dan Kehilangan

Makna tersirat dalam puisi ini menunjukkan betapa rumitnya cinta yang terhalang jarak, baik itu jarak fisik maupun perasaan yang tidak saling bertemu. Penyair merasa terpisah dari orang yang ia cintai, dan meskipun ada usaha untuk terus mencari dan menginginkan, jarak tetap menjadi penghalang. Dalam bagian ketiga, penyair menyatakan bahwa cinta yang ia rasakan telah dibelah, mengisyaratkan perasaan hampa dan kehilangan. Ia tak bisa mengandalkan kehidupan atau mencari cinta lebih jauh, karena ia merasa bahwa cinta itu sudah terpisah jauh darinya.

Puncaknya, pada bagian keempat, penyair merasa terhina oleh dunia yang penuh dengan ejekan dan cemoohan, merasa bahwa dirinya seolah terbuang dalam pencariannya yang tak pernah menemukan hasil. Meskipun begitu, pencarian itu tidak berhenti. Ia terus mempertanyakan mengapa cinta itu tak bisa ditemukan, meskipun segala usaha telah dikerahkan.

Suasana dalam Puisi: Kesendirian dan Keputusasaan

Suasana dalam puisi ini sangat kesepian dan penuh keputusasaan. Penyair berada dalam keadaan yang terasing, terpisah dari dunia, dan terperangkap dalam kehilangan cinta yang tidak pernah sampai pada pertemuan yang diinginkan. Jarak menciptakan perasaan terisolasi, dengan dunia yang menjijikkan dan penuh dengan ejekan. Keputusasaan ini digambarkan dengan begitu jelas, baik melalui kata-kata penyair yang meratap, maupun lewat euforia yang ia saksikan di sekelilingnya, yang semakin membuatnya merasa terpinggirkan.

Imaji: Jarak sebagai Metafora untuk Kehilangan

Imaji dalam puisi ini sangat kuat dan menggugah perasaan. Jarak di sini bukan hanya diartikan secara harfiah sebagai ruang antara dua individu, tetapi juga sebagai perasaan yang membatasi dan menghalangi terjadinya pertemuan atau pengertian. Dalam setiap bagian puisi, penyair menggambarkan bagaimana ia merasa terperangkap oleh jarak, dengan "jurang jarak" yang semakin melebar antara dirinya dan objek cintanya.

Selain itu, terdapat juga gambaran tentang "kelana" atau penjelajah yang menggambarkan perjalanan batin yang tak pernah berakhir, penuh dengan pencarian tanpa hasil. Imaji ini menekankan betapa sia-sianya usaha penyair dalam mencari cinta, dan bagaimana pencarian itu sering kali terhalang oleh dunia luar yang penuh dengan kebisingan dan ketidakpedulian.

Majas: Penggunaan Metafora dan Ironi yang Kuat

Majas yang digunakan dalam puisi ini sangat kaya akan metafora dan ironi. Penyair menggunakan "jurang jarak" sebagai simbol dari pemisahan yang besar, baik itu dalam hubungan fisik maupun emosional. Penggunaan kata "kelana" atau penjelajah memberikan gambaran tentang perjalanan panjang yang tak berujung dan tak berarti. Di sisi lain, puisi ini juga memuat ironi dalam bentuk penghinaan terhadap dunia yang tidak peduli pada perasaan penyair. Penyair merasa terasing dan diabaikan oleh dunia yang sibuk dengan hal-hal lain, sementara ia hanya bisa meratap dalam pencariannya yang tak kunjung sampai.

Amanat: Cinta yang Terhalang oleh Jarak dan Waktu

Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa cinta tidak selalu dapat terwujud jika ada jarak—baik itu jarak fisik, emosional, atau bahkan waktu. Terkadang, meskipun seseorang berusaha sekuat tenaga untuk mengejar cinta, penghalang seperti kehilangan, ketidakhadiran, dan ketidaktahuan bisa membuatnya terasa seperti sebuah pencarian yang sia-sia. Puisi ini mengingatkan kita bahwa dalam cinta, ada kalanya kita harus menerima kenyataan bahwa tidak semua yang kita inginkan akan tercapai, dan mungkin, kita harus belajar untuk menerima jarak itu.

Puisi "Jarak" karya F. Aziz Manna adalah sebuah karya yang penuh dengan perasaan kesepian, kerinduan, dan keputusasaan yang tercermin melalui tema jarak yang menghalangi perasaan cinta. Melalui penggunaan metafora dan imaji yang kuat, penyair menggambarkan perjalanan cinta yang terputus oleh jarak—baik itu fisik maupun emosional—dan bagaimana perasaan tersebut berujung pada pencarian yang tak pernah menemukan jawaban. Ini adalah sebuah refleksi tentang cinta yang hilang dan tak terjangkau serta pencarian yang tak berujung dalam kehidupan.

F. Aziz Manna
Puisi: Jarak
Karya: F. Aziz Manna

Biodata F. Aziz Manna:
  • F. Aziz Manna lahir pada tanggal 8 Desember 1978 di Sidoarjo, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.