Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Yang Berselimut (Karya Mohammad Diponegoro)

Puisi "Yang Berselimut" karya Mohammad Diponegoro bercerita tentang seorang insan yang diperintah untuk bangun di malam hari, bermunajat kepada ...
Yang Berselimut
(Puitisasi terjemahan al-Qur’an surat Al-Muzammil: ayat 1-20)

Wahai, kau yang berselimut
Bangunlah malam-malam untuk bersujud
Kurang pun, sedikit saja terpaut
Separoh malam, atau kurangkan dari separoh malam
Atau lebihkan, lalu dengan santai bacalah Al-Qur'an
Sesungguhnya akan Kami bebankan padamu kata-kata berbobot
Memanglah bangun pada malam hari
paling mantap untuk merundukkan diri
dan paling kena untuk mengucapkan kata
Sedang waktu siang kerjamu panjang
Maka ingatlah nama Tuhanmu
dan beribadatlah pada-Nya dengan ibadat yang bulat
Tuhan alam Timur, Tuhan alam Barat
Tiada Tuhan selain Dia
Sebagai pelindung, ambillah Dia
Dan sabarkanlah hati tentang apa yang mereka ucapkan
lalu mereka kausingkiri dengan cara yang gegadan
Kemudian biarkan saja Aku dan para pengingkar itu
(orang-orang yang memiliki kemewahan)
lalu berikan tanggak sekelumit waktu
Pada Kami ada belenggu raksasa
dan api yang menyala-nyala
Dan pangan yang menyesak kerongkongan
dan siksa yang menyakitkan
Pada hari kapan bumi dan gunung menggelegar
dan gunung bagai timbunan pasir longsor
Sungguh, sudah Kami utus padamu seorang Rasul
yang akan naik saksi dalam perkaramu
seperti pernah Kami kirim juga Rasul
pada Raja Fir'aun dahulu
Namun Fir'aun membangkang Sang Utusan
maka dia Kami cekam dengan cekau kekerasan
Jadi bagaimana kalian akan menjaga diri
jika tetap saja membangkang begini
pada hari yang membuat anak-anak pada ubanan?
Karena Dia pula langit pun jadi terbelah
Bagaimanapun, pasti terpenuhi janji Allah!
Ini memang sebuah peringatan
Maka biarlah siapa yang suka
menurutkan jalan menuju Tuhannya

***
Sebenarnya Tuhanmu tahu kau berdiri hampir dua pertiga malam
Kadang separoh, kadang sepertiga malam
Demikian juga mereka yang menyertaimu
Allahlah yang mengukur panjang malam dan siang
Ia tahu kamu takkan mampu berbuat begitu
Ia pun lalu bermurah hati padamu
Maka bacalah Al-Qur'an apa yang gampang
Ia tahu ada yang sakit di antaramu
Ada pula yang menjelajah bumi memburu kurnia Allah
Dan yang berperang fi sabilillah
Maka dirikanlah shalat dan tunaikan zakat
Dan pinjamkan pada Allah pinjaman yang apik-apik
Dan yang dahulu kauperbuat untukmu, apa pun yang baik-baik
Nanti di sisi Allah bakal kauperoleh kembali
Pahala sebaik-baiknya, pahala besar sekali
Dan mohonlah ampun kepada Allah
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang

Sumber: Horison (Juni, 1977)

Analisis Puisi:

Puisi "Yang Berselimut" karya Mohammad Diponegoro merupakan adaptasi kreatif dari Surat Al-Muzzammil dalam Al-Qur'an. Dalam karya ini, Diponegoro menyajikan ajaran religius dengan pendekatan sastra yang lebih hidup dan puitis, tanpa menghilangkan kekuatan maknanya. Dengan membaca dan menghayatinya, kita akan menemukan tema besar tentang keimanan, ketekunan beribadah, dan kesabaran dalam menghadapi tantangan hidup.

Tema

Tema utama puisi ini adalah ketekunan dalam ibadah dan kesabaran dalam menghadapi tantangan duniawi. Melalui ajakan untuk bangun malam dan bersujud, puisi ini menekankan pentingnya hubungan personal dengan Tuhan dalam sunyi, di luar hiruk-pikuk dunia. Ada pula tema tentang peringatan terhadap kesombongan dunia dan ancaman hukuman bagi yang membangkang.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini berkaitan dengan perlunya perjuangan batin untuk tetap berada di jalan yang lurus. Diponegoro menegaskan bahwa kesombongan materi (digambarkan melalui "orang-orang yang memiliki kemewahan") bukanlah jaminan keselamatan. Sebaliknya, keselamatan didapat melalui ketaatan dan kesungguhan hati. Ada pula pesan bahwa Allah memahami keterbatasan manusia, dan karena itu memberi kelonggaran tanpa mengurangi pentingnya usaha dan keikhlasan.

Puisi ini bercerita tentang seorang insan yang diperintah untuk bangun di malam hari, bermunajat kepada Tuhan, dan menyiapkan dirinya menghadapi hari pembalasan. Ia menggambarkan seruan Tuhan untuk bersiap menghadapi dunia yang penuh tantangan, sekaligus memperingatkan tentang akibat buruk bagi para pembangkang seperti contoh Fir'aun dalam sejarah. Dengan demikian, puisi ini adalah sebuah panggilan rohani dan peringatan eskatologis.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa sakral, mendalam, sekaligus penuh keharuan. Pada bagian awal, suasana sunyi malam dan kesyahduan sujud membangun nuansa intim antara manusia dengan Tuhannya. Namun di bagian tengah, suasana menjadi mencekam dengan gambaran siksa dan kehancuran bagi yang ingkar. Pada akhirnya, suasana kembali menjadi teduh dengan janji ampunan dan pahala bagi yang berserah diri.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat dari puisi ini adalah seruan untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah, menjaga diri dari kesombongan, serta bersabar dalam menjalani hidup. Puisi ini juga mengajarkan bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan tidak akan sia-sia, karena Allah Maha Mengetahui dan Maha Pengampun. Ada pula pesan tentang kemurahan Tuhan yang memahami keterbatasan hamba-Nya.

Imaji

Imaji yang kuat dalam puisi ini mencakup:
  • Imaji malam sunyi, saat seseorang bangun untuk bersujud.
  • Imaji hari kiamat, saat bumi dan gunung berguncang.
  • Imaji belenggu raksasa dan api menyala-nyala, yang menggambarkan siksa neraka.
  • Imaji anak-anak ubanan, yang menunjukkan betapa dahsyatnya hari pembalasan.
Semua gambaran ini membuat puisi terasa sangat hidup dan membawa pembaca masuk ke dalam pengalaman spiritual yang mendalam.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: "Bangunlah malam-malam untuk bersujud" bukan hanya bermakna fisik bangun, tetapi bangkit dalam kesadaran rohani.
  • Personifikasi: "Langit pun jadi terbelah" menggambarkan alam seolah-olah makhluk hidup yang mengalami kehancuran.
  • Hiperbola: "Hari yang membuat anak-anak pada ubanan" adalah hiperbola yang menekankan betapa menakutkannya hari itu.
Penggunaan majas-majas ini memperkaya kekuatan ekspresif puisi, membuat pesan moralnya lebih membekas dalam hati.

Puisi: Yang Berselimut
Puisi: Yang Berselimut
Karya: Mohammad Diponegoro

Biodata Mohammad Diponegoro:
  • Mohammad Diponegoro lahir di Yogyakarta, pada tanggal 28 Juni 1928.
  • Mohammad Diponegoro meninggal dunia di Yogyakarta, pada tanggal 9 Mei 1982 (pada usia 53 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.