Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Jejak yang Hilang (Karya Moh Akbar Dimas Mozaki)

Puisi "Jejak yang Hilang" karya Moh Akbar Dimas Mozaki bercerita tentang kenangan atau momen yang pernah ada dan sangat berarti, namun akhirnya ...

Jejak yang Hilang


Di pasir waktu kutinggalkan jejak,
Namun ombak menghapus semua,
Tanpa bekas, tanpa kata.

Kau yang dulu menari di mataku,
Kini hanya bayang samar di senja,
Tak lagi bisa kugenggam.

Aku sadar, tidak semua harus abadi,
Ada yang hadir hanya untuk pergi,
Dan itu cukup untuk disebut indah.

Analisis Puisi:

Puisi "Jejak yang Hilang" karya Moh Akbar Dimas Mozaki adalah ungkapan puitis tentang kenangan yang memudar, kefanaan hidup, serta keindahan dalam ketidakkekalan. Melalui bait-bait sederhana, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bahwa tidak semua hal dalam hidup harus bertahan selamanya agar bisa disebut berarti.

Tema

Tema utama puisi ini adalah ketidakkekalan dan keindahan yang tersimpan dalam perpisahan atau kehilangan. Puisi ini menyampaikan gagasan bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara, dan bahkan jejak yang pernah ada bisa hilang tanpa bekas.

Puisi ini bercerita tentang kenangan atau momen yang pernah ada dan sangat berarti, namun akhirnya terhapus oleh waktu seperti jejak di pasir yang hilang diterpa ombak. Penyair mengingat sosok seseorang yang dulu sangat dekat, namun kini hanya menjadi bayang samar yang tak bisa diraih lagi. Ada kesadaran penuh bahwa kepergian itu adalah bagian alami dari hidup.

Makna Tersirat

Makna tersirat yang dalam pada puisi ini adalah pengakuan akan kefanaan segala sesuatu yang berharga dalam hidup. Tidak semua yang hadir harus bertahan selamanya agar bermakna. Ada keindahan pada saat-saat yang singkat dan pada kenangan yang akhirnya lenyap, sebab yang singkat pun bisa meninggalkan kesan yang abadi dalam hati.

Pernyataan “Aku sadar, tidak semua harus abadi” menyiratkan kedewasaan emosional yang menerima kenyataan hidup dengan lapang dada dan penuh pengertian.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini membawa suasana yang melankolis namun damai, dipenuhi rasa kehilangan yang tidak menyakitkan, melainkan penuh penerimaan. Ada nuansa kesunyian dan keheningan yang mendalam, yang membuat pembaca dapat merasakan kehalusan emosi sang penyair.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang tersirat dalam puisi ini adalah pentingnya menerima bahwa segala sesuatu yang berharga tidak harus bertahan selamanya. Kehidupan adalah perjalanan yang penuh dengan pertemuan dan perpisahan, dan itu adalah sesuatu yang indah jika mampu dinikmati dalam kesadaran penuh, tanpa keterikatan berlebihan.

Imaji

Puisi ini dipenuhi dengan imaji yang kuat dan sederhana namun menggugah:
  • “Di pasir waktu kutinggalkan jejak” memberikan gambaran visual jejak yang tertinggal di atas pasir, simbolisasi dari momen atau kenangan yang pernah ada.
  • “Namun ombak menghapus semua” menggambarkan kekuatan waktu atau kenyataan yang menghapus segala sesuatu tanpa sisa.
  • “Kau yang dulu menari di mataku” menciptakan gambaran figur yang ceria dan hidup di masa lalu, yang kini hanya tersisa sebagai bayangan samar.
  • “Bayang samar di senja” memperkuat kesan memudar dan hampir hilang, serta waktu senja yang sering dikaitkan dengan penutupan atau akhir hari.

Majas

Beberapa majas yang memperkaya puisi ini antara lain:
Metafora:
  • “Jejak di pasir waktu” sebagai simbol kenangan atau jejak hidup yang tertinggal.
  • “Ombak menghapus semua” melambangkan waktu atau perubahan yang menghapus kenangan.
Personifikasi:
  • Ombak yang “menghapus” memberi sifat manusia pada ombak, seolah ia memiliki kehendak untuk menghilangkan jejak.
Simile (tersirat):
  • Bayangan yang “samar di senja” memberikan perbandingan tidak langsung pada sesuatu yang memudar dan hampir tidak terlihat.
Puisi "Jejak yang Hilang" adalah karya yang mengajak pembaca untuk merenung tentang kefanaan, kehilangan, dan keindahan dalam ketidakkekalan. Moh Akbar Dimas Mozaki dengan puitis mengekspresikan penerimaan terhadap perjalanan hidup yang penuh pertemuan dan perpisahan, serta mengajarkan bahwa kenangan yang singkat pun tetap memiliki nilai dan keindahan tersendiri.

Melalui metafora sederhana dan imaji kuat, puisi ini menyentuh hati siapa saja yang pernah merasakan kehilangan namun belajar untuk menerima dan menghargai setiap momen yang pernah hadir.

Moh Akbar Dimas Mozaki
Puisi: Jejak yang Hilang
Karya: Moh Akbar Dimas Mozaki

Biodata Moh Akbar Dimas Mozaki:
  • Moh Akbar Dimas Mozaki, mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Universitas Andalas.
© Sepenuhnya. All rights reserved.