Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Jumpa Tuhan (Karya Maman S. Mahayana)

Puisi "Jumpa Tuhan" karya Maman S. Mahayana menghadirkan gambaran yang kuat tentang penemuan dan kehadiran Tuhan dalam berbagai situasi dan ....
Jumpa Tuhan

Aku jumpa tuhan di Seoul
di antara daun-daun yang jatuh menyambut musim gugur
di belantara mekar mawar sepanjang musim
dan pergantian cuaca yang mewartakan tanda-tanda

aku menemukan tuhan
di antara putih selangkangan
dalam derap suara kencang dan derai anak-anak muda
yang mengepit buku, ponsel, dan mimpi masa depan

aku melihat tuhan
memancar dari mata balita
yang terbenam di keranjang bayi
di antara dua sejoli
yang berjalan-jalan di taman kota
lalu berjanji menegakkan masa depan perkawinan
sampai kematian memberi jarak tak terjamah
lalu berlabuh di pekuburan

Ada tuhan tergeletak di pojok bus kota
bersama kursi roda sosok lansia
dan tenggang rasa para penumpang
sopir yang mengawal aturan:
yang menabukan kecelakaan
dunia kiamat bagi pembawa kematian
dan hidup adalah kegelapan sempurna

ada tuhan berdiri di depan bangku kereta
yang dibiarkan kosong
dalam gerbong padat penumpang
sebelum datang
ibu hamil, manula, dan tunadaksa

ada tuhan terkulai di kursi mesin
perempuan lumpuh
menunggu subway
tangannya sibuk mengirim pesan kakao talk
sambil mendengarkan musik lewat headset.

tuhan sembunyi
di tengah gelak tawa dan gelas soju
dalam lembaran undang-undang
perempuan pelayan
memanggil taksi untuk pemabuk berat
kartu kredit, tas, dan dompet yang dibiarkan
atau diserahkan
jangan tergoda
celaka sepanjang usia
tuhan pulang dengan tangan hampa

tuhan bergerak memasuki layanan publik dan kantor pemerintahan
mencatat aparat yang berlomba menjaga norma
aku menyapa malaikat: pulanglah
tuhan lesap dalam sanksi sosial suara rakyat

aku menemukan tuhan
dalam kerumunan orang-orang tak beragama
dalam senyap suara takbir idul adha.

Seoul, 6 November 2011

Sumber: Jejak Seoul (2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Jumpa Tuhan" karya Maman S. Mahayana menghadirkan gambaran yang kuat tentang penemuan dan kehadiran Tuhan dalam berbagai situasi dan karakteristik manusia di tengah keramaian kehidupan modern. Dengan bahasa yang kuat dan gambaran yang hidup, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehadiran Tuhan dalam aspek-aspek kehidupan sehari-hari.

Beragam Gambaran Tuhan: Puisi ini menggambarkan beragam gambaran Tuhan yang hadir dalam berbagai situasi dan karakter manusia. Mulai dari alam seperti musim gugur, mekar mawar, hingga keramaian taman kota, penulis menghadirkan gambaran Tuhan dalam berbagai wujud dan bentuk. Gambaran-gambaran ini menunjukkan kehadiran Tuhan yang universal dan meresap dalam berbagai aspek kehidupan.

Kehadiran Tuhan dalam Manusia: Puisi ini menyoroti bahwa kehadiran Tuhan tidak hanya ada di alam semesta, tetapi juga dalam manusia itu sendiri. Penggunaan kalimat "tuhan tergeletak di pojok bus kota" dan "tuhan terkulai di kursi mesin" menciptakan gambaran bahwa Tuhan hadir dalam kerentanan, kelemahan, dan keterbatasan manusia. Ini menggambarkan pandangan bahwa Tuhan hadir dalam keadaan kemanusiaan yang kompleks.

Kontras dan Kritik Sosial: Puisi ini menggunakan kontras antara gambaran Tuhan yang universal dan kehidupan modern yang kompleks untuk memberikan kritik sosial. Penggambaran Tuhan yang ditemukan dalam keramaian kota dan situasi keseharian manusia mengingatkan pembaca tentang bagaimana manusia sering kali melepaskan pandangan akan keberadaan Tuhan dalam rutinitas sehari-hari.

Gambaran Sosial dan Politik: Puisi ini juga menyentuh isu-isu sosial dan politik, seperti aparat yang menjaga norma, apatis dalam situasi penuh kerumunan, serta senyap suara takbir idul adha di tengah keramaian. Gambaran ini mengajak pembaca untuk merenungkan keadaan sosial dan politik yang mungkin melupakan aspek spiritual dan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

Relasi Antara Manusia dan Tuhan: Puisi ini merangsang pertanyaan tentang relasi antara manusia dan Tuhan dalam konteks kehidupan modern. Penggambaran Tuhan yang hadir dalam berbagai aspek manusia menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana manusia sadar akan keberadaan Tuhan dalam tindakan dan kehidupan mereka sehari-hari.

Puisi "Jumpa Tuhan" karya Maman S. Mahayana menghadirkan gambaran yang kuat tentang kehadiran Tuhan dalam berbagai situasi dan karakter manusia dalam kehidupan modern. Dengan penggunaan bahasa yang mendalam dan gambaran yang hidup, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara manusia dan Tuhan, serta mengajak untuk lebih peka terhadap nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari yang sering kali sibuk dan kompleks.

Maman S. Mahayana
Puisi: Jumpa Tuhan
Karya: Maman S. Mahayana

Biodata Maman S. Mahayana:
  • Maman S. Mahayana lahir pada tanggal 18 Agustus 1957 di Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.