Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Deep Sleep vs Light Sleep: Kenapa Tidur Lama Belum Tentu Nyenyak?

Pernah tidur lama tapi tetap lelah saat bangun? Yuk cari tahu perbedaan light sleep dan deep sleep, serta tips tidur nyenyak biar bangun lebih ...

Pernah nggak sih merasa udah tidur lama tapi saat bangun tubuh tetap terasa lelah dan mood nggak karuan? Nah, mungkin masalahnya bukan di berapa lama kamu tidur, tapi di seberapa dalam tidurmu. Ternyata, tidur dengan durasi yang cukup belum tentu menjamin kualitasnya. Saat tidur, tubuh sebenarnya melalui beberapa fase yang berbeda. Di antara fase-fase tersebut, ada dua yang paling berperan besar dalam menentukan kualitas tidur, yaitu tidur ringan (light sleep) dan tidur nyenyak (deep sleep).

Deep Sleep vs Light Sleep

Tidur ringan merupakan tahap awal ketika tubuh mulai beralih dari keadaan sadar ke mode istirahat. Pada fase ini, aktivitas fisik mulai melambat seperti detak jantung menurun, pernapasan melambat, dan aktivitas otak yang mulai berkurang. Namun, pada fase ini seseorang masih rentan untuk terbangun dikarenakan otak belum sepenuhnya melepaskan diri dari lingkungan sekitar. Meski begitu, tidur ringan bukanlah fase yang bisa dianggap sepele. Justru di sinilah otak mulai memproses dan menyusun informasi yang didapat sepanjang hari, serta mulai mengatur kembali emosi. Fase ini menjadi pondasi penting sebelum tubuh masuk ke tahap tidur yang lebih dalam.

Berbeda dengan tidur ringan, tidur nyenyak adalah momen ketika tubuh benar-benar melakukan proses pemulihan secara maksimal. Fase ini mendukung perbaikan jaringan, pertumbuhan sel, penguatan sistem imun, dan detoksifikasi otak. Tidur nyenyak menjadi sangat penting bagi pemulihan fisik maupun kestabilan mental. Selain itu, selama fase ini, otak menyortir dan membuang informasi yang tidak diperlukan serta memperkuat ingatan. Tak heran jika setelah mendapatkan deep sleep yang cukup, tubuh terasa lebih segar dan pikiran lebih jernih.

Namun, tidak semua orang bisa dengan mudah mencapai deep sleep. Banyak faktor yang dapat menghambat transisi dari tidur ringan ke tidur nyenyak. Stres, konsumsi kafein menjelang malam, paparan cahaya dari layar gadget, serta lingkungan tidur yang tidak kondusif bisa membuat sebagian besar waktu tidur stuck di fase light sleep. Akibatnya, meskipun terlihat seperti sudah tidur cukup lama, faktanya tubuh belum benar-benar beristirahat.

Kabar baiknya, ada banyak cara sederhana yang bisa membantu tubuh lebih mudah masuk ke fase tidur nyenyak. Salah satunya adalah menjaga waktu tidur dan bangun yang konsisten setiap hari. Menghindari konsumsi kafein dan makanan berat menjelang tidur juga bisa membantu tubuh lebih mudah rileks. Selain itu, mengurangi paparan layar gadget selama satu jam sebelum tidur, menciptakan suasana kamar yang tenang, serta membiasakan aktivitas relaksasi seperti journaling atau stretching ringan, bisa mendukung proses tidur yang lebih berkualitas.

Jadi, tidur yang berkualitas bukan soal berapa lama mata terpejam, tapi seberapa dalam tubuh dan pikiran bisa benar-benar istirahat. Menjaga keseimbangan antara tidur ringan dan tidur nyenyak merupakan kunci utama untuk bangun dengan tubuh yang segar dan pikiran yang lebih siap menghadapi hari.

Biodata Penulis:

Nesyifa Adya Karim saat ini aktif sebagai mahasiswi, Program Studi Ilmu Lingkungan, di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.