Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Dalam Mimpi di Suatu Malam (Karya Faisal Baraas)

Puisi “Dalam Mimpi di Suatu Malam” karya Faisal Baraas bercerita tentang seorang anak bernama Made kecil yang sedang tidur—dalam balutan sarung, ...
Dalam Mimpi di Suatu Malam

made kecil telah bergelung
dalam sarung
menghadap dinding
bayang-bayang karena sentir
sedang di luar
suara insect
pohon-pohon kejang, hitam
selapis gonggong anjing
melengkung dan sedih
tanpa kekasih
selebihnya mimpi-mimpi
tentang baju dan mobil-mobilan
rumah yang indah
dari tanah ......

Sumber: Horison (Juni, 1968)

Analisis Puisi:

Puisi "Dalam Mimpi di Suatu Malam" karya Faisal Baraas adalah sebuah karya pendek namun padat makna yang berhasil menggambarkan suasana malam, dunia anak-anak, dan bayangan mimpi dalam satu bentangan naratif yang hening. Dengan hanya 14 baris dalam satu bait, puisi ini berhasil menyatukan unsur visual, emosi, dan makna eksistensial dalam bentuk yang sangat ekonomis.

Struktur dan Unsur Puisi

Puisi ini terdiri atas 1 bait dengan 14 baris, menggunakan gaya naratif deskriptif tanpa rima atau metrum tertentu. Struktur semacam ini memberi kesan bebas dan ekspresif, sekaligus menciptakan efek “sekejap” seperti fragmen mimpi.

Beberapa unsur puisi yang mencolok:
  • Diksi: Pemilihan kata seperti "gelung", "sarung", "sentir", dan "melengkung dan sedih" menunjukkan perpaduan bahasa yang sederhana namun memiliki kedalaman nuansa.
  • Enjambemen (pemotongan baris secara sengaja): banyak digunakan untuk mengalirkan makna secara perlahan dan atmosferik.
  • Tata letak dan pernapasan teks: penggunaan baris pendek membuat puisi ini terasa kontemplatif dan lamban, selaras dengan nuansa malam dan mimpi.
Puisi ini bercerita tentang seorang anak bernama Made kecil yang sedang tidur—dalam balutan sarung, membelakangi dunia, menghadapi dinding dan dikelilingi cahaya redup dari lampu sentir. Di luar ruangan, dunia malam berdenyut dengan suara serangga, pepohonan yang tampak menyeramkan, dan suara gonggongan anjing. Dalam tidur itu, Made kecil tenggelam dalam mimpi-mimpi sederhana tentang baju, mobil-mobilan, dan rumah yang indah.

Ini adalah potret kehidupan anak kecil dari keluarga sederhana, yang tak memiliki kemewahan nyata tetapi masih bisa bermimpi tentang keindahan dan kebahagiaan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kesederhanaan dan harapan dalam dunia anak-anak, yang dibalut oleh kesunyian malam dan suasana mimpi. Puisi ini juga menyentuh tema:
  • Kesepian dan kesunyian eksistensial
  • Konflik antara realitas dan impian
  • Keterasingan dalam kemiskinan atau keterbatasan

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan ketimpangan antara kenyataan dan harapan, antara kemiskinan dan mimpi kanak-kanak yang polos. Made kecil bukan sekadar nama tokoh, ia adalah representasi anak-anak yang tumbuh dalam keterbatasan tetapi menyimpan impian dalam tidur mereka.

Baris terakhir:

“rumah yang indah / dari tanah ......”

menyiratkan bahwa rumah impian Made kecil pun masih sangat sederhana—rumah dari tanah, bukan rumah tembok mewah. Bahkan, penggunaan tanda elipsis (......) di akhir baris menyiratkan keterputusan harapan, atau mimpi yang belum selesai, belum tercapai, atau mungkin tak akan pernah nyata.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini sangat sunyi, remang, dan melankolis. Keheningan malam diperkuat oleh detail-detail seperti suara serangga, gonggongan anjing yang “melengkung dan sedih”, serta anak yang bergelung dalam sarung—semuanya memberi rasa kesepian namun juga kehangatan sederhana.

Amanat atau Pesan yang Disampaikan

Puisi ini secara halus menyampaikan pesan tentang pentingnya memahami dunia batin anak-anak, betapa impian kecil mereka tetap hidup meski dalam keterbatasan yang sunyi. Mimpi-mimpi anak seperti baju, mobil-mobilan, dan rumah tanah bukan hanya keinginan materi, tetapi lambang harapan, keamanan, dan cinta yang ingin mereka rasakan.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji, terutama:
  • Imaji visual: “bergulung dalam sarung”, “menghadap dinding”, “pohon-pohon kejang, hitam”, “selapis gonggong anjing”
  • Imaji auditif: “suara insect”, “gonggongan anjing”
  • Imaji emosional: “melengkung dan sedih / tanpa kekasih”—sebuah metafora rasa sepi yang sangat kuat

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini:
  • Personifikasi: “pohon-pohon kejang” — menggambarkan pepohonan seakan mengalami kejang, memberi kesan horor atau gelisah; “gonggong anjing / melengkung dan sedih” — suara anjing digambarkan seolah punya emosi manusia.
  • Metafora: “dalam sarung / menghadap dinding” — bukan hanya posisi fisik, tetapi bisa dimaknai sebagai simbol keterasingan atau perlindungan dari dunia luar.
  • Simbolisme: “baju dan mobil-mobilan” = simbol mimpi masa kecil; “rumah dari tanah” = simbol kesederhanaan ekstrem, mungkin kemiskinan, tetapi tetap dengan cita-cita “indah”.
Puisi “Dalam Mimpi di Suatu Malam” karya Faisal Baraas adalah lukisan sunyi tentang malam dan mimpi seorang anak kecil yang bergelut dengan kenyataan hidup. Di tengah dinginnya dunia, ada kehangatan dalam bentuk impian—meskipun sederhana, impian itu adalah milik mereka yang tak banyak bersuara.

Dengan diksi yang irit tapi sugestif, puisi ini menyentuh dasar nurani pembaca tanpa perlu retorika berlebihan. Ia bicara melalui bisikan: tentang kemiskinan, tentang harapan, dan tentang betapa berharganya mimpi—bahkan yang hanya terbuat dari “tanah.”

Puisi Faisal Baraas
Puisi: Dalam Mimpi di Suatu Malam
Karya: Faisal Baraas

Biodata Faisal Baraas:
  • Faisal Baraas lahir pada tanggal 16 Agustus 1947 di desa Loloan Barat, Negara, Jembrana, Bali.
© Sepenuhnya. All rights reserved.