Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kadang (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi "Kadang" karya Abdul Hadi W.M. bercerita tentang perasaan seorang aku lirik yang merenungi cinta yang telah atau sedang dijalani, yang penuh ...
Kadang

Kadang begitu seringnya
ciuman letih pada bibirmu
menghabiskan tetes demi tetes air matanya sendiri
dan kenangan lain yang lebih sedih mekar karenanya

Daging bagai retasan-retasan arang oleh api
tapi toh seakan abadi
Dan mereka yang menganggapnya tak abadi
karena cemas akan cintanya sendiri

Begitu diambilnya langkah: Ia seperti setangkai api
Pada sehelai kertas yang baru dituliskan

Seseorang atau entah rangkulan yang menggetarkan
mengambil getaran itu lagi
dan aku adalah getaran itu sendiri.

1971

Sumber: Meditasi (2000)

Analisis Puisi:

Puisi "Kadang" karya Abdul Hadi W.M. merupakan potret liris tentang pergulatan batin, cinta yang mendalam, dan kegetiran kenangan. Melalui ungkapan-ungkapan yang padat makna dan penuh daya imajinatif, penyair mengajak pembaca masuk ke dalam dunia emosi yang intim dan eksistensial.

Tema

Tema utama puisi ini adalah cinta dan keabadian dalam kenangan. Puisi ini tidak hanya berbicara tentang cinta dalam pengertian romantik, tetapi juga tentang bagaimana cinta itu bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih dalam dan eksistensial, bahkan setelah mengalami penderitaan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah ketegangan antara kefanaan dan keabadian dalam pengalaman cinta. Meski tubuh (daging) bisa terbakar oleh api perasaan dan kenangan, cinta tetap meninggalkan bekas, getaran yang tidak bisa hilang begitu saja. Ada pula pesan tentang ketakutan manusia terhadap ketulusan cinta mereka sendiri, seolah menghindar dari luka yang mungkin ditimbulkannya.

Puisi ini bercerita tentang perasaan seorang aku lirik yang merenungi cinta yang telah atau sedang dijalani, yang penuh dengan keletihan, air mata, dan kenangan menyakitkan. Namun, di balik penderitaan itu, cinta tampak tetap memiliki kekuatan untuk bertahan dan membekas. Bahkan, ia menjadi getaran yang hidup dalam diri si aku lirik.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual dan emosional. Misalnya, "daging bagai retasan-retasan arang oleh api" menciptakan gambaran konkret penderitaan fisik yang mendalam. Imaji lainnya seperti "setangkai api pada sehelai kertas yang baru dituliskan" menggambarkan pertemuan antara cinta dan memori yang membakar dan membekas.

Majas

Beberapa majas yang digunakan antara lain:
  • Metafora: "aku adalah getaran itu sendiri" menggambarkan totalitas pengalaman cinta yang menyatu dengan identitas si aku lirik.
  • Personifikasi: "ciuman letih pada bibirmu menghabiskan tetes demi tetes air matanya sendiri" memberi kesan bahwa ciuman dan bibir memiliki emosi.
  • Simile (perumpamaan): "daging bagai retasan-retasan arang oleh api" memperkuat kesan penderitaan yang intens.

Amanat / Pesan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa cinta sejati meski menyakitkan, memiliki kekuatan untuk hidup lebih lama dari luka-luka yang ditimbulkannya. Cinta bisa menjadi sesuatu yang abadi bukan karena tidak berubah, tetapi karena ia meninggalkan getaran dalam jiwa manusia.

Puisi "Kadang" adalah contoh bagaimana Abdul Hadi W.M. menggali kedalaman perasaan dan menghadirkannya dalam bentuk yang padat, puitis, dan penuh makna. Membacanya seperti menyusuri labirin cinta dan eksistensi, di mana setiap kata mengandung beban emosional yang kuat namun tetap indah dalam keheningannya.

Puisi: Kadang
Puisi: Kadang
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM:
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.