Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kidung Jagat Kahuripan (Karya Kang Thohir)

Puisi “Kidung Jagat Kahuripan” karya Kang Thohir bercerita tentang keadaan dunia yang semakin menyimpang dari nilai-nilai kebaikan, dengan manusia ...

Kidung Jagat Kahuripan


Ono lintang mpun temurun
Aji mumpung padang jagate kahuripan
Panceklik dumateng kahanane
Mripate angel kakawin dokso
Buyar ing weton sedoyo
Koyo dene aji brojomusti
Panase srengenge
Podo rekso tumibo
Awit urupe soko geni
Nibo ing awakke lan atine

***

Wong urip iku pepayu
Ono jagate wis layu
Enggal-enggal akhire dunyo
Wis kadung moto
Yuh, sedulur siro kabeh
Eling pengeling marang Gusti Kang Kuoso
Tindakenipun diakehi kebajikan sing sae
Nggo sangu dunyo lan akhirate
Poma lan poma ojo nganti keri sakwise

Brebes, 21 Juni 2025

Analisis Puisi:

Puisi “Kidung Jagat Kahuripan” karya Kang Thohir menghadirkan nuansa mistik dan religius khas budaya Jawa yang sarat makna. Ditulis dalam bahasa Jawa, puisi ini menjadi semacam kidung atau nyanyian spiritual yang tidak hanya mengajak merenungi kehidupan, tapi juga mengingatkan tentang kefanaan dan perlunya bekal menuju akhirat.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah renungan kehidupan yang sarat dengan spiritualitas dan peringatan akan kematian (akhir zaman). Penyair menyuguhkan pesan bahwa dunia hanyalah tempat singgah, dan kehidupan sejati akan dimulai setelahnya.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini mencakup:
  • Kehidupan dunia sedang menuju kehancuran atau kemerosotan (digambarkan lewat “jagate wis layu” – dunia sudah layu).
  • Kebajikan adalah bekal terbaik menuju akhirat, bukan harta atau kekuasaan.
  • Dunia ini dipenuhi ujian dan godaan, yang membuat manusia bisa kehilangan arah jika tidak mawas diri.
  • Kesadaran akan Tuhan (eling marang Gusti) adalah inti dari keselamatan spiritual.
Puisi ini bercerita tentang keadaan dunia yang semakin menyimpang dari nilai-nilai kebaikan, dengan manusia yang sering lupa akan asal dan tujuan hidupnya. Penyair mengajak pembaca untuk sadar bahwa hidup hanyalah sementara. Ada ajakan untuk kembali ke jalan kebaikan sebelum terlambat—sebelum dunia benar-benar “layu” dan waktu habis.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa kontemplatif, khusyuk, dan mendalam, dengan nuansa keprihatinan sekaligus ajakan untuk merenung. Terdapat pula sentuhan mistis dan kebijaksanaan lokal Jawa, menjadikan puisi ini seperti petuah dari seorang tetua spiritual.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan moral yang dapat dipetik dari puisi ini antara lain:
  • Hidup ini hanya sementara, maka gunakanlah dengan bijak untuk berbuat baik.
  • Jangan terlena oleh gemerlap dunia (aji mumpung, jagat padang) karena ia bersifat fana.
  • Ingatlah kepada Tuhan dan perbanyak amal saleh untuk bekal akhirat.
  • Setiap manusia akan menghadapi akhirnya, jadi jangan sampai menyesal di kemudian hari karena terlambat bertobat.

Imaji

Puisi ini menyajikan imaji khas budaya Jawa yang kuat, antara lain:
  • Lintang (bintang) yang temurun: melambangkan pertanda alam.
  • Panase srengenge (panas matahari) dan urupe geni (nyala api): menciptakan gambaran kuat tentang kekuatan yang membakar.
  • Jagat kahuripan (dunia kehidupan): mencitrakan alam semesta yang hidup namun mulai layu.
Imaji yang digunakan menghidupkan suasana alam dan spiritual secara bersamaan.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini:
  • Personifikasi: “jagate wis layu” – dunia digambarkan seolah makhluk hidup yang menua dan layu.
  • Simbolisme: “aji brojomusti” melambangkan kekuatan atau kesaktian spiritual; “lintang” sebagai pertanda dari langit.
  • Metafora: “wong urip iku pepayu” (hidup manusia adalah jual beli) – menyiratkan bahwa hidup adalah transaksi antara amal baik dan buruk yang akan diperhitungkan kelak.
Puisi “Kidung Jagat Kahuripan” adalah puisi penuh makna yang berakar dalam tradisi kebijaksanaan Jawa dan keislaman. Melalui kidung ini, Kang Thohir menyampaikan pesan moral dan spiritual kepada siapa pun yang bersedia merenung tentang arti hidup. Di tengah dunia yang terus berubah dan menjauh dari nilai-nilai kebaikan, puisi ini menjadi pengingat sunyi namun nyaring bahwa kehidupan yang sejati menanti setelah kematian—dan untuk itu, kebaikan dan kesadaran akan Tuhan adalah bekal yang paling utama.

Kang Thohir
Puisi: Kidung Jagat Kahuripan
Karya: Kang Thohir

Biodata Kang Thohir:
  • Kang Thohir, merupakan nama pena dari Muhammad Thohir/Tahir (biasa disapa Mas Tair), lahir di Brebes, Jawa Tengah.
  • Kang Thohir suka menulis sejak duduk di bangku kelas empat SD sampai masuk ke Pondok Pesantren. Ia menulis puisi, cerpen dan lain sebagainya.
© Sepenuhnya. All rights reserved.