Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Mengajakmu Pulang (Karya Nana Riskhi Susanti)

Puisi "Mengajakmu Pulang" karya Nana Riskhi Susanti menyajikan ungkapan emosi yang mendalam
Mengajakmu Pulang

Tak ada yang beda
pada hujan
dan kemarau
jeda di antaranya menguraikan doa
pada lengan sunyi.

Aku tak pernah lagi
mengirim rindu padamu
pada hujan
atau kemarau
sebab aku mau menidurkanmu
di atas semak perdu.

Aku ingin mengajakmu pulang
ke asal mula hatimu
: aku.

Tegal, 2008

Analisis Puisi:

Puisi "Mengajakmu Pulang" karya Nana Riskhi Susanti menyajikan ungkapan emosi yang mendalam dan subtil dalam balutan bahasa yang tenang namun kuat. Melalui pendekatan simbolik, puisi ini mencerminkan kerinduan, keterikatan batin, dan keinginan untuk kembali pada keintiman terdalam bersama seseorang yang pernah (atau masih) dicintai.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kerinduan dan keinginan untuk kembali pada cinta atau hubungan yang pernah ada, yang digambarkan secara halus melalui suasana antara hujan dan kemarau. Tema pulang sebagai metafora juga menonjol, yang melambangkan kembali pada asal mula rasa—yakni hati si aku lirik.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah hasrat untuk menyatu kembali dengan seseorang yang pernah jauh, baik secara emosional maupun fisik. Ungkapan "aku ingin mengajakmu pulang ke asal mula hatimu: aku" menunjukkan bahwa si penyair memandang dirinya sebagai rumah, tempat pertama dan terakhir yang paling hakiki bagi orang yang dicintainya. Ada juga makna penyerahan dan penerimaan—bahwa meski rindu tak lagi dikirim, ia tetap membuka ruang untuk pulang.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang tidak lagi menunjukkan rindu secara terbuka, tetapi tetap menyimpan hasrat untuk menjadi tempat pulang bagi kekasihnya. Hujan dan kemarau sebagai metafora digunakan untuk menunjukkan waktu dan suasana, namun intinya tetap pada keinginan untuk mengakhiri keterpisahan dan kembali ke rasa yang dulu pernah ada.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini cenderung melankolis, tenang, dan kontemplatif. Ada nuansa kehampaan namun juga pengharapan yang mendalam, seperti seseorang yang telah lelah merindu, namun belum sepenuhnya melepaskan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan yang tersirat dalam puisi ini adalah bahwa cinta sejati mungkin tidak selalu hadir secara eksplisit dalam bentuk rindu atau pesan, tetapi tetap tinggal diam sebagai tempat kembali yang paling jujur. Pulang, dalam konteks ini, adalah sebuah ajakan untuk kembali kepada yang paling hakiki dan tulus.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji-imaji alam dan rasa, seperti:
  • "hujan dan kemarau" – menggambarkan pergantian waktu atau suasana batin.
  • "jeda di antaranya menguraikan doa / pada lengan sunyi" – membentuk imaji keheningan yang mendalam, seperti sedang berada di ruang kosong antara dua musim.
  • "menidurkanmu di atas semak perdu" – menimbulkan bayangan damai, seperti menempatkan seseorang untuk beristirahat dengan tenang.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: "asal mula hatimu: aku" menyamakan diri penyair dengan tempat asal hati seseorang.
  • Personifikasi: "jeda di antaranya menguraikan doa pada lengan sunyi" memberikan sifat manusia pada jeda dan sunyi.
  • Paradoks: "tak pernah lagi mengirim rindu... sebab aku mau menidurkanmu" menunjukkan pertentangan antara berhenti merindu namun tetap ingin merawat secara halus.
Puisi "Mengajakmu Pulang" adalah puisi pendek namun dalam, yang mengungkap kerinduan secara subtil tanpa menjadi sentimentil. Dengan perpaduan antara suasana alam dan ungkapan batin, Nana Riskhi Susanti menghadirkan puisi tentang cinta yang tenang namun kuat. Ia tidak merayu, tidak memohon, hanya menyatakan: "Aku masih di sini, sebagai tempat pulangmu."

"Puisi Nana Riskhi Susanti"
Puisi: Mengajakmu Pulang
Karya: Nana Riskhi Susanti
© Sepenuhnya. All rights reserved.