Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Rindu (Karya Isnu Kembara)

Puisi “Rindu” karya Isnu Kembara bercerita tentang seseorang yang mengenang sosok yang telah pergi atau tak lagi hadir. Bayangan sosok itu masih ...
Rindu

Kukenang bayang-bayangnya
mataku memutih kapas
mengendap rinduku
di pucuk peulokan
di sana ada wajah sendu
mengeram senja.


Labuhan Haji, 2014

Analisis Puisi:

Puisi “Rindu” karya Isnu Kembara adalah puisi pendek yang sederhana dalam bentuk, namun menyimpan kepadatan makna. Dengan hanya satu bait enam baris, penyair berhasil melukiskan perasaan mendalam tentang kehilangan, kenangan, dan rindu yang tertahan dalam diam. Melalui metafora yang tenang namun sarat imajinasi, puisi ini menggambarkan sebuah pengalaman batin yang sangat manusiawi.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kerinduan yang melankolis. Rindu bukan hanya sebagai perasaan, tetapi juga sebagai beban yang mengendap dan menetap dalam tubuh serta ingatan seseorang.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah rindu yang tak tersampaikan, yang diam-diam mengakar dalam ingatan dan tubuh. Ada nuansa kehilangan, atau mungkin keterpisahan, yang tak bisa diungkapkan secara langsung, hanya bisa dirasakan dalam bayangan, kesunyian, dan perubahan waktu—seperti senja yang tiba tanpa bisa dicegah.

Unsur Puisi

Beberapa unsur penting yang membentuk puisi ini antara lain:
  • Diksi: Pilihan kata seperti “memutih kapas”, “mengendap”, “peulokan”, dan “mengeram senja” menciptakan suasana lembut namun suram.
  • Imaji: Terdapat imaji visual dan perasa yang kuat, terutama dalam baris kedua dan kelima.
  • Bait dan baris: Satu bait enam baris menunjukkan kepadatan pikiran dan emosi dalam format minimalis.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang mengenang sosok yang telah pergi atau tak lagi hadir. Bayangan sosok itu masih jelas di benaknya, menyisakan rindu yang dalam. Rindu itu tidak meledak-ledak, tetapi justru mengendap pelan dan menetap di tempat sunyi—dalam ingatan dan dalam senja yang perlahan menua.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah hening, melankolis, dan kontemplatif. Ada kesan sepi yang menenangkan sekaligus menyakitkan. Rindu tidak diungkapkan secara dramatis, tapi melalui isyarat yang tenang dan puitis.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang tersirat dari puisi ini adalah bahwa kerinduan adalah bagian alami dari hidup, dan tidak selalu harus diungkapkan secara langsung. Ia bisa hidup dalam kenangan, dalam bayang-bayang, atau dalam waktu yang terus bergulir. Ada kekuatan dalam menerima rindu sebagai bagian dari perjalanan batin manusia.

Imaji

Puisi ini penuh dengan imaji visual dan perasa. Beberapa contohnya:
  • “mataku memutih kapas” menghadirkan imaji mata yang menua, letih, atau redup, seolah mengisyaratkan penantian atau kesedihan yang lama.
  • “mengendap rinduku” adalah imaji perasaan yang menetap, tak mudah diusir.
  • “di pucuk peulokan” memberi bayangan tempat jauh dan sunyi, mungkin ujung jalan atau tikungan kenangan.
  • “mengeram senja” menciptakan gambaran senja sebagai waktu rindu yang diam, menanti sesuatu yang tak pasti.

Majas

Beberapa majas menonjol dalam puisi ini:
  • Metafora: “mataku memutih kapas” adalah metafora kondisi batin, menggambarkan mata yang tak lagi bercahaya.
  • Personifikasi: “mengeram senja” memberi sifat makhluk hidup pada waktu, seolah senja bisa mengeram, mengandung kesedihan atau rindu.
  • Simbolisme: “peulokan” (tikungan) dan “senja” menjadi simbol waktu dan perubahan emosi yang tak terelakkan.
Puisi “Rindu” karya Isnu Kembara adalah ekspresi lirih tentang perasaan rindu yang tidak diucapkan dengan kata-kata, melainkan dengan bahasa tubuh dan suasana alam. Isnu menyuguhkan puisi yang puitis dan reflektif, menggunakan bahasa metaforis untuk menyampaikan kerinduan yang diam namun dalam. Dengan struktur yang sederhana dan padat, puisi ini menjadi ruang kontemplatif tentang kehilangan, kenangan, dan kesunyian hati manusia.

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Rindu
Karya: Isnu Kembara
© Sepenuhnya. All rights reserved.