Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Selintas Angin Siang (Karya Herman KS)

Puisi “Selintas Angin Siang” karya Herman KS bercerita tentang momen sepi dalam hidup seorang nenek tua, yang duduk diam di bawah langit kosong, ...
Selintas Angin Siang

Selintas angin siang
dedaunan kering gugur
jatuh di pangkuan nenek tua
langit kosong —
tak ada burung melintas.

Sumber: Horison (April, 1975)

Analisis Puisi:

Puisi “Selintas Angin Siang” karya Herman KS adalah puisi pendek yang memuat suasana syahdu dan renungan mendalam tentang waktu, kesendirian, dan kefanaan. Dalam satu bait lima baris, penyair menghadirkan dunia yang senyap namun sarat makna, dibalut dalam lanskap sederhana: angin, dedaunan, seorang nenek tua, dan langit yang kosong.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah kesepian dan kefanaan hidup. Melalui gambaran alam dan sosok tua, penyair menyampaikan bagaimana hidup perlahan bergerak menuju kehampaan yang tak terhindarkan.

Makna Tersirat

Secara tersirat, puisi ini mengungkapkan:
  • Waktu yang berlalu diam-diam dan tanpa suara: digambarkan melalui “selintas angin siang” yang menandai perpindahan momen dalam hidup.
  • Penuaan dan mendekatnya akhir kehidupan: representasinya hadir melalui sosok “nenek tua” dan “dedaunan kering gugur”.
  • Kosongnya harapan atau pergerakan hidup: “langit kosong” dan “tak ada burung melintas” menyiratkan suatu kekosongan atau berhentinya harapan, vitalitas, atau koneksi hidup.
Puisi ini bercerita tentang momen sepi dalam hidup seorang nenek tua, yang duduk diam di bawah langit kosong, sementara dedaunan kering jatuh di pangkuannya. Ia tidak melakukan apa-apa, hanya menjadi bagian dari sebuah dunia yang berjalan perlahan ke arah keheningan.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini hening, melankolis, dan sepi. Kesunyian digambarkan melalui metafora alam yang statis: tidak ada burung, hanya daun yang gugur dan langit yang kosong. Kesendirian terasa menekan, namun tak sepenuhnya tragis—lebih sebagai bentuk penerimaan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa:
  • Hidup adalah proses menuju keheningan dan kepulangan.
  • Ada keindahan dan kesyahduan dalam kesepian, bila diterima dengan lapang.
  • Kita semua adalah bagian dari siklus alam, dan di akhir nanti, kita hanya akan menjadi bagian dari keheningan itu.

Unsur Puisi

  • Struktur: Puisi terdiri dari satu bait lima baris. Penyair memadatkan pengalaman puitik dalam bentuk sangat minimalis.
  • Diksi: Kata-kata seperti angin siang, dedaunan kering, nenek tua, langit kosong menyumbang kesan naturalistik dan sunyi.
  • Rima dan Irama: Tidak terikat rima, namun iramanya mengalir tenang, sejalan dengan suasana puisi.

Imaji

Puisi ini membangkitkan imaji visual dan taktil yang kuat:
  • Visual: Daun-daun gugur, langit kosong, nenek tua duduk diam—semua menciptakan gambaran alam yang tenang sekaligus sunyi.
  • Taktil / Peraba: “Selintas angin siang” menghadirkan sensasi lembut yang lewat sejenak, menyiratkan waktu yang singkat namun terasa.

Majas

  • Personifikasi: “dedaunan kering gugur / jatuh di pangkuan nenek tua” memberi kesan bahwa alam berinteraksi dengan manusia, seolah daun memiliki kehendak untuk jatuh tepat di pangkuan sang nenek.
  • Simbolisme: “langit kosong” dan “tak ada burung melintas” menyimbolkan kekosongan jiwa atau akhir perjalanan hidup.
  • Metafora: “selintas angin siang” bisa dimaknai sebagai metafora waktu atau kenangan yang cepat berlalu.
Puisi “Selintas Angin Siang” adalah puisi yang sederhana dalam bentuk, namun dalam dalam renungannya. Herman KS berhasil menyampaikan kedalaman eksistensial hanya dengan lima baris. Puisi ini menjadi cermin reflektif bahwa pada akhirnya, kita akan tiba di satu titik di mana semua menjadi hening, dan kita tinggal menanti dalam diam, seperti nenek tua di bawah langit kosong.

Herman KS
Puisi: Selintas Angin Siang
Karya: Herman KS

Biodata Herman KS:
  • Herman KS lahir pada tanggal 9 Oktober 1937 di Medan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.