Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Senja (Karya A.D. Donggo)

Puisi “Senja” karya A.D. Donggo bercerita tentang datangnya senja sebagai peristiwa alam sekaligus simbol waktu yang terus bergerak menuju malam, ...

Senja


Senja tiba di pangkuan hari
Angin pulang
Bercintalah gadis jendela hatimu
Senja sebentar akan hilang

Luka angkasa disayat awan
Bola langit tiada nyata
Ufuk hari padam sekali

Kicau burung
Bawa lagu
Pulang pulang

Bercintalah gadis jendela hatimu
senja tidak kekal
Malam tiba di pertengahan bumi
Dan kali ini laut tidak berombak

Sumber: Majalah Mimbar Indonesia (19 Desember 1953)

Analisis Puisi:

Puisi “Senja” karya A.D. Donggo merupakan salah satu karya yang menawarkan kedalaman makna melalui bahasa yang sederhana namun puitis. Dengan menghadirkan suasana senja sebagai latar utama, puisi ini menyuarakan pesan eksistensial dan reflektif tentang waktu, cinta, dan kefanaan.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah kefanaan waktu dan pentingnya mencintai selagi sempat. Senja menjadi simbol dari batas waktu, dari datangnya akhir yang pasti. Melalui senja, penyair menyampaikan bahwa momen-momen berharga dalam hidup tidak bersifat abadi.

Puisi ini bercerita tentang datangnya senja sebagai peristiwa alam sekaligus simbol waktu yang terus bergerak menuju malam, atau penutup dari hari. Penyair mengajak seorang gadis—sebagai representasi siapa pun yang masih memiliki cinta—untuk mencintai sekarang, sebelum semuanya hilang. Ada kesan urgensi dalam keindahan yang sementara.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini menyentuh persoalan hidup yang fana: bahwa segala sesuatu memiliki batas, termasuk cinta, hari, dan hidup itu sendiri. “Senja” di sini bukan hanya waktu sore, tetapi juga simbol dari akhir, dari perubahan, dan dari kepergian. Penyair seperti ingin berkata: "Jangan tunda perasaan dan cinta; hidup ini sebentar."

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah melankolis, tenang, namun mengandung kedalaman emosi. Ada kedamaian dalam visual senja, namun juga kesedihan tersembunyi karena senja segera berganti malam. Pada akhirnya, laut pun “tidak berombak”—sunyi, dan seolah menandakan akhir dari gejolak.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Beberapa amanat yang dapat ditangkap dari puisi ini:
  • Cintailah selagi ada waktu; jangan menunggu segala hal menjadi terlalu terlambat.
  • Hidup tidak kekal, dan karena itu, setiap momen harus dimaknai dan dijalani dengan penuh kesadaran.
  • Keindahan hadir sesaat, seperti senja, dan karena itu, jangan sia-siakan momen berharga.

Imaji

Puisi ini dipenuhi oleh imaji visual dan suasana yang kuat, antara lain:
  • “Senja tiba di pangkuan hari” → menciptakan imaji alam di ujung sore.
  • “Luka angkasa disayat awan” → menghadirkan gambaran dramatis langit yang berubah warna.
  • “Kicau burung / Bawa lagu / Pulang pulang” → menciptakan suasana pulang yang tenang dan reflektif.
  • “Malam tiba di pertengahan bumi” → mempertegas datangnya akhir dari suatu siklus.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini:
  • Personifikasi: “Senja tiba di pangkuan hari” → senja digambarkan seperti makhluk yang hadir secara lembut.
  • Metafora: “Luka angkasa disayat awan” → langit yang memerah karena senja digambarkan seperti luka yang disayat.
  • Anaphora (pengulangan): “Bercintalah gadis jendela hatimu” diulang dua kali sebagai seruan yang bermakna dalam.
  • Simbolisme: Senja sebagai lambang dari akhir, kefanaan, atau masa transisi dari terang ke gelap.
Puisi “Senja” karya A.D. Donggo adalah karya reflektif yang menyampaikan bahwa waktu tidak abadi, dan cinta harus dijalani sebelum semuanya terlambat. Dengan memanfaatkan simbol-simbol alam, penyair menghadirkan pesan filosofis dan emosional yang mendalam. Senja menjadi pengingat akan keterbatasan waktu, dan ajakan untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencintai dan hidup dengan penuh makna.

Puisi A.D. Donggo Sepenuhnya
Puisi: Senja
Karya: A.D. Donggo

Biodata A.D. Donggo:
  • A.D. Donggo lahir pada tanggal 21 Desember 1931 di Bima, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.