Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Berjalan di Pematang Sawah (Karya Bambang Supranoto)

Puisi “Berjalan di Pematang Sawah” karya Bambang Supranoto mengajarkan bahwa kegembiraan dan pembelajaran dapat diperoleh dari pengalaman sederhana ..

Berjalan di Pematang Sawah


Kudendangkan lagu gembira saat menapaki pematang sawah
Jalan setapak di antara rimbun padi yang terhampar indah
Mensyukuri berkah Tuhan sang pemberi kesuburan
Di tanah kehidupan yang lebar luas membanggakan

Ada burung-burung bercicit ramai
Mengisi ruang langit begitu permai
Sesekali diraihnya bulir padi yang masak
Ingin merasakan rezeki yang tampak terserak

Tuhan sungguh maha pemurah
Mencipta alam begitu indah
Tak habis kuucap masyaallah
Dengan gumam syukur alhamdulillah

Kamis, 19 April 2018

Sumber: Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018)

Analisis Puisi:

Puisi “Berjalan di Pematang Sawah” karya Bambang Supranoto menghadirkan pengalaman anak-anak yang menikmati keindahan alam desa, khususnya sawah dan lingkungan pertanian. Dalam buku Surat dari Samudra, puisi ini menonjol karena menggunakan bahasa sederhana, ritmis, dan sarat dengan imaji alam yang memikat, sekaligus menanamkan nilai syukur dan apresiasi terhadap ciptaan Tuhan.

Tema

Tema puisi ini adalah kekaguman terhadap alam, rasa syukur, dan pengalaman anak di lingkungan pedesaan. Puisi ini menekankan bagaimana keindahan alam dan kehidupan di sawah bisa menghadirkan kegembiraan, ketenangan, serta kesadaran akan berkah Tuhan.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman anak-anak berjalan di pematang sawah. Bait pertama menggambarkan kegembiraan anak yang menyanyikan lagu gembira sambil menapaki jalan setapak di antara hamparan padi yang rimbun dan subur. Aktivitas ini menunjukkan rasa syukur terhadap berkah alam dan kesuburan tanah yang memberikan kehidupan.

Bait kedua menampilkan kehidupan burung-burung yang bercicit di langit, sesekali mengambil bulir padi yang masak, menandakan interaksi harmonis antara manusia, hewan, dan alam. Bait terakhir menekankan rasa syukur yang tulus kepada Tuhan atas keindahan alam yang maha pemurah, dengan ungkapan seperti “masyaallah” dan “alhamdulillah”.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah bahwa anak-anak diajak untuk menghargai alam dan menyadari bahwa setiap keindahan dan rezeki adalah berkah Tuhan. Puisi ini juga mengajarkan bahwa pengalaman sederhana seperti berjalan di sawah bisa menjadi momen refleksi, kegembiraan, dan pembelajaran tentang harmoni kehidupan.

Selain itu, puisi ini menyiratkan nilai keterhubungan antara manusia, alam, dan ciptaan Tuhan, serta pentingnya menjaga alam agar tetap indah dan subur.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi terasa ceria, damai, dan penuh kekaguman. Kegembiraan anak-anak tercermin dari lagu yang dinyanyikan saat berjalan di pematang sawah, suara burung yang riang, serta hamparan padi yang indah. Suasana ini menekankan kedekatan anak dengan alam dan rasa syukur yang natural.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Amanat puisi ini adalah bahwa anak-anak perlu menghargai keindahan alam dan menyadari berkah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini juga mendorong anak-anak untuk:
  • Mensyukuri hasil bumi dan alam sekitar.
  • Menikmati pengalaman sederhana yang penuh kegembiraan.
  • Mengembangkan kesadaran ekologis sejak dini.
Pesan ini mengajarkan nilai spiritual sekaligus apresiasi terhadap alam yang memberikan kesejahteraan bagi manusia.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji visual, auditorial, dan spiritual:
  • “Jalan setapak di antara rimbun padi yang terhampar indah” → imaji visual yang menghadirkan pemandangan sawah yang subur dan luas.
  • “Ada burung-burung bercicit ramai” → imaji auditorial yang menambahkan keceriaan suasana.
  • “Tak habis kuucap masyaallah / Dengan gumam alhamdulillah” → imaji spiritual yang menekankan rasa syukur dan kekaguman terhadap ciptaan Tuhan.
Imaji ini membuat pembaca, khususnya anak-anak, dapat membayangkan pengalaman berjalan di sawah secara nyata dan merasakan keindahan alam yang harmonis.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Majas personifikasi, pada burung yang “meraih” bulir padi seolah memiliki kesadaran dan tujuan.
  • Majas repetisi, pada pengulangan kata “padi” dan ungkapan syukur, menekankan keindahan alam dan rasa kagum terhadap ciptaan Tuhan.
  • Majas hiperbola ringan, terlihat pada “Di tanah kehidupan yang lebar luas membanggakan”, yang memperkuat rasa kagum dan kebanggaan terhadap alam.
Puisi “Berjalan di Pematang Sawah” karya Bambang Supranoto adalah puisi anak yang sederhana namun sarat nilai edukatif dan spiritual. Puisi ini mengajarkan bahwa kegembiraan dan pembelajaran dapat diperoleh dari pengalaman sederhana di alam sekitar, sekaligus menanamkan rasa syukur kepada Tuhan atas keindahan dan keberkahan yang diberikan.

Dengan bahasa yang mudah dipahami, imaji yang kuat, dan suasana yang ceria dan damai, puisi ini mampu menanamkan nilai positif bagi anak-anak: menghargai alam, menyadari berkah Tuhan, dan menikmati pengalaman sederhana sebagai bagian dari proses belajar dan kehidupan sehari-hari.

Bambang Supranoto
Puisi: Berjalan di Pematang Sawah
Karya: Bambang Supranoto

Biodata Bambang Supranoto:
  • Bambang Supranoto lahir pada tanggal 18 April 1960 di Purwokerto.
© Sepenuhnya. All rights reserved.