Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Dalam Pesta (Karya Hartojo Andangdjaja)

Puisi "Dalam Pesta" karya Hartojo Andangdjaja bercerita tentang kehadiran sebuah kenangan atau sosok tertentu yang datang menghantui suasana pesta.

Dalam Pesta


... bayangan itu datang lagi
menari-nari
di irama nyanyi
"maha menu" + "tanah bahagia"
dan keramaian pesta malam gembira

ah,
1001 malam bermain lagi
dalam rangkaian jalinan mimpi
bayangan itu menari-nari
menari-nari
sampur hijau sutera, berpancar cahaya warnanya
cinta
di layar putih langit biru bertebar mega

ah, bayangan itu menari-nari
menari-nari...

Malam Pesta SGM — Juli, 1947

Sumber: Kumpulan Puisi (2019)

Analisis Puisi:

Puisi "Dalam Pesta" karya Hartojo Andangdjaja adalah sebuah karya yang menyiratkan pergulatan batin dalam tengah keramaian. Lewat larik-larik yang repetitif dan imajinatif, penyair mengangkat momen introspektif dalam suasana pesta. Puisi ini menawarkan perpaduan antara visualisasi semu dan dunia batin yang kompleks, sehingga membuka ruang tafsir luas bagi pembaca.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah kesendirian dan kenangan dalam keramaian. Meskipun larik-larik puisi menggambarkan suasana pesta yang riuh dan penuh nyanyian, inti dari puisi justru menyoroti hadirnya “bayangan” yang datang menari-nari di tengah kegembiraan tersebut. Bayangan ini bisa dimaknai sebagai kenangan masa lalu, cinta yang telah tiada, atau bahkan bayangan diri yang tidak utuh.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah konflik batin antara realitas dan kenangan. Penyair tampaknya ingin menyampaikan bahwa di balik euforia pesta dan kesenangan lahiriah, ada perasaan personal yang tidak bisa dielakkan—rasa kehilangan, nostalgia, atau bayangan cinta yang tak kunjung padam.

Bayangan yang terus "menari-nari" menunjukkan ketidakmampuan tokoh lirik untuk lepas dari masa lalu. Irama nyanyi dan pesta bukanlah pelipur lara, justru menjadi latar yang memperjelas kehampaan yang sedang dialaminya.

Puisi ini bercerita tentang kehadiran sebuah kenangan atau sosok tertentu yang datang menghantui suasana pesta. Bayangan itu muncul kembali di tengah suasana meriah dan membuat tokoh lirik seolah hanyut dalam rangkaian mimpi. Ada paradoks antara suasana pesta dan kesendirian jiwa. Bayangan itu bisa berarti sosok yang dicintai, kenangan masa lalu, atau bahkan proyeksi keinginan yang belum terpenuhi.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini penuh dengan kontras. Di satu sisi, ada keramaian dan kegembiraan pesta malam, namun di sisi lain, muncul suasana melankolis, sepi, dan nyaris surrealis karena kemunculan bayangan yang menari di tengah gegap gempita.

Repetisi “menari-nari” menekankan suasana batin yang tak tenang, bahkan bisa dikaitkan dengan perasaan cemas atau terpenjara dalam kenangan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang disampaikan puisi ini adalah bahwa kegembiraan lahiriah belum tentu bisa menutupi kegelisahan batin. Ada luka atau rindu yang mungkin tidak bisa sembuh hanya dengan tawa dan lagu. Melalui puisi ini, pembaca diajak merenung bahwa di balik keramaian, banyak jiwa tetap memeluk kesepian mereka sendiri.

Selain itu, puisi ini mengisyaratkan bahwa kenangan adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup. Ia bisa datang kapan saja, bahkan dalam situasi yang paling tidak terduga seperti pesta sekalipun.

Imaji

Puisi ini sarat dengan imaji visual dan imaji gerak. Beberapa imaji yang kuat antara lain:
  • “Bayangan itu datang lagi menari-nari” — menghadirkan visual sosok bayangan yang hidup dan terus bergerak.
  • “Sampur hijau sutera, berpancar cahaya warnanya” — gambaran yang penuh warna dan mengandung keanggunan.
  • “Layar putih langit biru bertebar mega” — menciptakan suasana mimpi yang luas, tak terbatas.
Imaji-imaji tersebut menciptakan nuansa mimpi yang mengambang, seolah pembaca turut masuk ke dalam dunia batin tokoh lirik.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas yang memperkuat nuansa puitiknya:
  • Repetisi – pengulangan frasa “menari-nari” untuk menekankan kehadiran kenangan yang terus datang dan tidak bisa diabaikan.
  • Metafora – bayangan yang menari bisa dimaknai sebagai simbol dari kenangan atau cinta yang tidak kasat mata.
  • Personifikasi – memberi sifat manusia pada “bayangan” yang “menari-nari”, dan pada “irama nyanyi” yang seakan punya nyawa.
  • Hiperbola – “1001 malam bermain lagi” adalah majas hiperbola yang mengekspresikan betapa panjang dan rumitnya rangkaian mimpi atau kenangan itu.
Puisi "Dalam Pesta" karya Hartojo Andangdjaja adalah contoh puisi yang membalut kedalaman makna dalam bungkus keindahan bunyi dan suasana. Meskipun berlatar pesta yang semestinya menggambarkan kebahagiaan, puisi ini justru membongkar sisi batin yang rapuh dan terus dihantui oleh “bayangan” masa lalu. Dengan permainan imaji yang kuat dan pilihan majas yang indah, puisi ini menyuarakan bahwa di balik tawa dan nyanyian, selalu ada ruang sunyi yang menyimpan luka dan rindu yang belum selesai.

Dengan demikian, puisi ini tidak hanya menjadi karya sastra yang estetis, tetapi juga mengajak pembaca merenung tentang dinamika batin manusia yang seringkali tersembunyi di balik wajah gembira.

Hartojo Andangdjaja
Puisi: Dalam Pesta
KaryaHartojo Andangdjaja

Biodata Hartojo Andangdjaja:
  • Hartojo Andangdjaja (Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya) lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
  • Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.