Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Di Atas KLM Leonardo Da Vinci (Karya Sunaryono Basuki KS)

Puisi “Di Atas KLM Leonardo Da Vinci” karya Sunaryono Basuki KS bercerita tentang seseorang yang sedang dalam perjalanan di atas pesawat, ...
Di Atas KLM Leonardo Da Vinci

di bawah langit lazuardi
tersapu warna magenta
menyala di kaki pesawat
di cakrawala
kulihat senyumku
di lautan kapas
kudengar napasmu
di deru pesawatku
kudengar isakmu
aku sedang melangkah
menjauh dari kisah nyata
tentang perpisahan
yang tak pernah sengaja kita kehendaki
tak kuasa kita sesali
jangan kita menangis lagi karena perpisahan
sebab langit dan bumi tiada batas
yang nampak hanyalah angan-angan
jangan kita menangis lagi
karena fajar telah tiba
menyingkap gelap yang ditinggalkan pesawat
sekarang dapat kita pandang tanpa berkedip
masa yang mengalir

Analisis Puisi:

Puisi “Di Atas KLM Leonardo Da Vinci” karya Sunaryono Basuki KS merupakan puisi kontemplatif yang merekam momen perpisahan dalam perjalanan udara, dibalut dengan perasaan reflektif yang lembut namun mendalam. Dengan latar suasana di dalam pesawat, penyair mengekspresikan perasaan emosional seorang tokoh yang tengah meninggalkan seseorang—dan mungkin juga kenangan—di bawah sana. Puisi ini bukan hanya sebuah narasi personal, tetapi juga representasi universal tentang perpisahan, kenangan, dan keikhlasan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perpisahan yang tak terelakkan, dan bagaimana manusia mencoba untuk berdamai dengan waktu dan keadaan. Penyair menyampaikan bahwa dalam hidup, perpisahan bukan selalu karena keinginan, melainkan karena perjalanan hidup yang menuntut kita untuk terus melangkah.

Tema lain yang hadir adalah kontemplasi tentang jarak emosional dan geografis, serta upaya manusia untuk menemukan ketenangan dalam momentum transisi dari masa lalu menuju masa depan.

Makna Tersirat

Secara tersirat, puisi ini menggambarkan bahwa perjalanan fisik seringkali menyertakan perjalanan batin. Di balik penerbangan yang tampaknya biasa, tersimpan perasaan getir dan haru, terutama saat seseorang harus meninggalkan hal-hal yang berarti—baik seseorang, tempat, atau kenangan.

Kalimat:

“aku sedang melangkah / menjauh dari kisah nyata / tentang perpisahan / yang tak pernah sengaja kita kehendaki”

menegaskan bahwa ada luka yang tak bisa dihindari dalam proses tumbuh dan berpindah.

Makna lainnya adalah tentang keterbatasan manusia terhadap waktu dan nasib—kita tak bisa menghindari kenyataan, tapi bisa memilih untuk tidak larut dalam kesedihan yang sama berulang kali.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang sedang dalam perjalanan di atas pesawat, merenungkan perpisahan yang baru saja terjadi atau sedang berlangsung. Dalam perenungannya, tokoh aku menyadari bahwa:
  • Ia sedang “melangkah menjauh” dari kisah yang nyata dan menyakitkan.
  • Perpisahan itu bukan sesuatu yang mereka rencanakan atau inginkan.
  • Meskipun menyakitkan, ia mencoba merelakan dan menenangkan diri dengan melihat dunia dari ketinggian: dari langit, dari fajar, dari angan-angan yang melampaui batas bumi dan langit.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini dapat digambarkan sebagai melankolis namun tidak muram, reflektif namun tetap terbuka akan harapan. Ada kesedihan yang terbungkus dalam ketenangan, seperti orang yang mencoba menenangkan dirinya di tengah isak tangis yang tak terdengar.

Penggunaan suasana alam seperti langit lazuardi, warna magenta, fajar, dan cakrawala menciptakan kesan damai sekaligus haru yang mendalam. Puisi ini menghadirkan rasa sepi yang indah.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan utama yang dapat dipetik dari puisi ini antara lain:
  • Perpisahan adalah bagian dari kehidupan yang sering tak bisa dihindari, namun harus dihadapi dengan kepala tegak dan hati terbuka.
  • Jangan terus menerus menangisi yang telah pergi, karena hidup terus berjalan dan masa depan sedang menanti di cakrawala.
  • Memandang masa lalu boleh saja, tapi jangan terjebak di dalamnya. Yang penting adalah mengalir bersama waktu.
Penyair seakan mengajak pembaca untuk tidak terlalu keras terhadap diri sendiri, serta belajar berdamai dengan kehilangan dan kenangan.

Imaji

Puisi ini sarat dengan imaji visual dan auditori yang memperkaya perasaan yang ingin disampaikan. Beberapa contoh:
  • Visual: “langit lazuardi”, “warna magenta”, “lautan kapas”, “cakrawala”, “fajar” → menggambarkan keindahan alam yang dilihat dari atas pesawat.
  • Auditori: “kudengar napasmu”, “kudengar isakmu”, “deru pesawatku” → menghadirkan suara-suara kenangan dan emosi yang terus menyertai perjalanan batin si tokoh.
Imaji ini tidak hanya memperindah puisi, tetapi juga menguatkan nuansa emosional yang ingin disampaikan.

Majas

Beberapa majas yang dominan dalam puisi ini adalah:
  • Personifikasi: “kulihat senyumku / di lautan kapas” → Memberikan sifat manusiawi pada objek, yakni awan atau langit yang merefleksikan senyum si tokoh.
  • Metafora: “aku sedang melangkah / menjauh dari kisah nyata” → “melangkah” bukan dalam arti literal, tapi sebagai lambang dari proses meninggalkan masa lalu atau seseorang.
  • Hiperbola: langit dan bumi tiada batas” → Sebagai cara untuk menyampaikan keluasan dunia dan ketakterbatasan harapan, meski perpisahan terjadi.
  • Simbolisme: Fajar melambangkan harapan baru atau awal yang cerah setelah malam gelap (kesedihan atau perpisahan).
Puisi “Di Atas KLM Leonardo Da Vinci” bukan sekadar catatan perjalanan di udara. Ia adalah refleksi batin tentang cinta, kehilangan, dan keikhlasan yang dituangkan dengan keindahan bahasa dan imajinasi visual yang menakjubkan. Sunaryono Basuki KS berhasil mengubah momen yang sangat personal menjadi cermin universal yang bisa dirasakan oleh siapa pun yang pernah mencintai, berpisah, dan terbang menjauh.

Di balik awan dan fajar, tersimpan harapan—dan puisi ini adalah ajakan untuk tidak terus menatap ke belakang, tetapi perlahan-lahan menatap masa yang mengalir.

Sunaryono Basuki KS
Puisi: Di Atas KLM Leonardo Da Vinci
Karya: Sunaryono Basuki KS
    Biodata Sunaryono Basuki KS:
    • Nama lengkap Sunaryono Basuki KS adalah Sunaryono Basuki Koesnosoebroto.
    • Sunaryono Basuki KS lahir di Kepanjen, Malang, pada tanggal 9 Oktober 1941.
    • Sunaryono Basuki KS meninggal dunia di Kutuh, Kabupaten Badung, Bali, pada tanggal 20 Desember 2019.
    © Sepenuhnya. All rights reserved.