Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kebahagiaan dalam Genggaman (Karya Dwiana Putri Setyaningsih)

Puisi "Kebahagiaan dalam Genggaman" karya Dwiana Putri Setyaningsih bercerita tentang seseorang yang merefleksikan perjalanannya dalam meraih ...

Kebahagiaan dalam Genggaman


Aku mengaduk secangkir kopi perjuangan
Lalu kuteguk partikel demi partikel kebahagiaan
Sembari menghitung bintang dan bulan
    Angkasa mengirimkanku pesan
    Sepucuk surat berisi impian
    Yang sudah berada dalam genggaman
Jarum jam berputar perlahan
Mengalunkan musik kesenangan
Yang diiringi oleh tepuk tangan
    Kesedihan ini telah usai, kawan
    Mimpi itu telah menjelma jadi kenyataan
    Impian telah berada dalam genggaman
Kini, saatnya menatap ke depan
Merangkai kembali butir demi butir angan
Yang suatu saat nanti, kan kembali datangkan kebahagiaan.

Sumber: Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018)

Analisis Puisi:

Salah satu puisi yang memikat dalam buku Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018) adalah karya Dwiana Putri Setyaningsih berjudul “Kebahagiaan dalam Genggaman”. Meski diklasifikasikan sebagai puisi anak, karya ini tidak hanya menyentuh kalangan muda, tetapi juga berbicara pada siapa saja yang sedang berjuang, bermimpi, dan berharap. Bahasa yang lembut namun padat makna menjadikan puisi ini reflektif, penuh harapan, dan menginspirasi.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah perjuangan meraih kebahagiaan dan mimpi yang akhirnya terwujud. Penulis menggambarkan perjalanan dari fase perjuangan hingga pada titik pencapaian, lalu menatap masa depan dengan harapan yang baru. Tema ini sangat relevan tidak hanya bagi anak-anak yang sedang tumbuh dengan harapan-harapan kecilnya, tapi juga bagi pembaca yang tengah menjalani fase transisi dalam hidup.

Makna Tersirat

Di balik ungkapan metaforis seperti "mengaduk secangkir kopi perjuangan" dan "partikel demi partikel kebahagiaan", puisi ini menyiratkan bahwa kebahagiaan tidak datang secara instan, melainkan melalui proses panjang yang harus dilalui dengan ketekunan. “Kopi perjuangan” menyimbolkan pengalaman hidup yang pahit-manis, sedangkan “partikel kebahagiaan” adalah hasil kecil yang muncul dari setiap proses itu.

Selain itu, terdapat makna bahwa impian bukan lagi hal yang jauh dan tak terjangkau. Dengan kerja keras, impian bisa digenggam, bisa dijadikan kenyataan. Pesan ini sangat penting untuk ditanamkan sejak dini, bahwa segala sesuatu bisa dicapai jika dilakukan dengan semangat dan harapan.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang merefleksikan perjalanannya dalam meraih impian dan menemukan kebahagiaan. Tokoh dalam puisi ini menyimbolkan sosok yang telah melalui masa sulit dan kini bisa menikmati hasil dari perjuangan itu. Namun, meski sudah mencapai sebagian mimpi, tokoh tersebut tidak berhenti. Ia bertekad untuk kembali merangkai angan baru, sebagai bekal untuk kebahagiaan masa depan.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang dibangun dalam puisi ini cukup kompleks namun harmonis. Pada awalnya, ada nuansa kontemplatif dan khusyuk, tergambar dari aktivitas “mengaduk kopi” dan “menghitung bintang”. Seiring berjalannya bait, suasana berubah menjadi optimis dan penuh semangat, tercermin dari larik seperti “Kesedihan ini telah usai, kawan” dan “Mimpi itu telah menjelma jadi kenyataan”. Di bagian akhir, muncul suasana visioner dan antusias, dengan semangat untuk terus bermimpi dan melangkah.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan sejumlah pesan penting, di antaranya:
  • Perjuangan dan kesabaran akan membuahkan hasil. Kebahagiaan tidak datang tiba-tiba, melainkan diracik dari proses panjang.
  • Mimpi bukan untuk dikhawatirkan, tapi untuk dikejar. Bahkan jika sudah tercapai, tetap harus disusul dengan angan-angan baru.
  • Hidup adalah perjalanan terus-menerus, dari satu mimpi ke mimpi lainnya.
  • Setiap kesedihan pasti ada akhirnya, dan kita bisa bangkit dengan harapan baru.
Amanat-amanat ini sangat cocok untuk anak-anak maupun remaja sebagai bagian dari pembentukan karakter dan optimisme mereka dalam menghadapi dunia.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji yang membangun suasana dan memperkuat makna. Beberapa imaji menonjol antara lain:
  • Imaji rasa dan sentuhan: “Aku mengaduk secangkir kopi perjuangan” — menghadirkan sensasi panas, pahit, dan kedalaman refleksi dalam secangkir kopi.
  • Imaji visual dan kosmis: “Menghitung bintang dan bulan” serta “angkasa mengirimkanku pesan” — menciptakan suasana luas dan agung, menyimbolkan harapan yang tinggi.
  • Imaji suara dan gerak: “Jarum jam berputar perlahan”, “mengalunkan musik kesenangan”, “diiringi oleh tepuk tangan” — membentuk suasana kemenangan dan perayaan secara akustik dan dinamis.
  • Imaji waktu dan gerakan ke depan: “Kini, saatnya menatap ke depan” dan “merangkai kembali butir demi butir angan” — memvisualisasikan langkah maju dalam hidup.

Majas

Puisi ini menggunakan berbagai majas yang memperkuat estetika dan makna larik-lariknya, antara lain:

Metafora
  • “Secangkir kopi perjuangan” – menyimbolkan hidup yang penuh ujian, seperti rasa kopi yang pahit-manis.
  • “Partikel demi partikel kebahagiaan” – menggambarkan bahwa kebahagiaan datang perlahan, dalam bagian kecil namun nyata.
Personifikasi
  • “Angkasa mengirimkanku pesan” – angkasa diperlakukan seperti makhluk hidup yang bisa berkomunikasi.
  • “Jarum jam berputar perlahan / Mengalunkan musik kesenangan” – jam digambarkan seolah-olah bisa memainkan musik.
Repetisi
  • “Impian telah berada dalam genggaman” diulang dua kali dalam konteks berbeda, mempertegas bahwa mimpi itu benar-benar telah tercapai.
Hiperbola halus
  • “Menghitung bintang dan bulan” – sebuah gambaran imajinatif dari proses merenung atau menimbang harapan.

Dari Kopi Perjuangan ke Mimpi yang Digenggam

Puisi "Kebahagiaan dalam Genggaman" karya Dwiana Putri Setyaningsih menunjukkan bahwa puisi anak tidak harus bersifat ringan atau jenaka semata. Ia dapat menjadi ruang kontemplatif dan sarat nilai, mengajak pembaca muda untuk mengenal arti perjuangan, menghargai proses, dan memelihara harapan.

Dengan kekuatan imaji dan majas yang puitis namun mudah dicerna, puisi ini mengajarkan bahwa dalam kehidupan, mimpi itu bisa digenggam—asal kita tidak lelah berusaha. Bahkan setelah mimpi itu digenggam, masih ada angan baru yang menanti untuk dirangkai. Sebuah puisi yang sederhana, namun meninggalkan gema panjang dalam benak anak-anak dan siapa pun yang membacanya.

Dwiana Putri Setyaningsih
Puisi: Kebahagiaan dalam Genggaman
Karya: Dwiana Putri Setyaningsih

Biodata Dwiana Putri Setyaningsih:
  • Dwiana Putri Setyaningsih lahir pada tanggal 6 Maret 2002 di Banjarnegara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.