Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Ketika Bermain Ombak (Karya Bambang Supranoto)

Puisi "Ketika Bermain Ombak" karya Bambang Supranoto bercerita tentang sekelompok anak yang sedang bermain ombak di tepi pantai. Mereka bernyanyi, ...

Ketika Bermain Ombak


Lagukanlah gemuruh laut di sela percik ombak
Menebar kegembiraan nyanyian jujur anak-anak
Sesaat bercengkerama dengan lompatan penuh suka
Menikmati suasana yang bisa hilang tertimbun usia

Nikmatilah luasan samudra yang berhias cakrawala
Betapa Tuhan mencipta semesta begitu memesona
Di hamparan pasir pesisir riak air memelipir mendesir
Sentuhan rahasia bentang alam mengalunkan zikir

Senin, 10 Januari 2018

Sumber: Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018)

Analisis Puisi:

Puisi anak tidak selalu identik dengan kelucuan atau permainan kata yang ringan. Ada kalanya, puisi anak justru menjadi sarana pengenalan terhadap alam, spiritualitas, dan kepekaan estetis. Salah satu contoh puisi anak yang memiliki kedalaman semacam itu adalah "Ketika Bermain Ombak" karya Bambang Supranoto, yang menjadi bagian dari antologi Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018).

Puisi ini tersusun dalam dua bait, masing-masing terdiri dari empat baris, dengan irama dan rima yang lembut serta liris. Secara musikalitas, ia terasa seperti lagu pengantar perjalanan ke tepi laut—menenangkan sekaligus menyentuh.

Kegembiraan Anak-anak di Tepi Laut

Puisi ini bercerita tentang sekelompok anak yang sedang bermain ombak di tepi pantai. Mereka bernyanyi, melompat, dan menikmati alam di sekitar mereka. Laut, ombak, pasir, dan cakrawala digambarkan sebagai bagian dari ruang bermain yang menyatu dengan jiwa anak-anak.

Namun, yang istimewa dari puisi ini adalah cara penyair tidak hanya menggambarkan aktivitas bermain itu secara fisik, tetapi juga secara emosional dan spiritual. Kegembiraan anak-anak menjadi bagian dari harmoni alam semesta, yang bahkan disebut-sebut sebagai zikir alam kepada Sang Pencipta.

Tema: Kegembiraan Anak dan Keagungan Ciptaan Tuhan

Puisi ini memuat tema ganda yang saling menguatkan:
  1. Kegembiraan anak-anak saat bermain di alam – terlihat dari suasana riang yang diciptakan oleh lompatan, nyanyian, dan canda mereka saat berada di laut.
  2. Kekaguman terhadap keindahan alam ciptaan Tuhan – tampak dari penggambaran samudra, cakrawala, pasir, dan riak air yang mengalun seperti zikir.
Perpaduan kedua tema ini menunjukkan bahwa bermain bukan hanya aktivitas fisik, tetapi juga bisa menjadi cara untuk mengenal dan menghargai semesta dan penciptanya.

Makna Tersirat: Mengajarkan Anak Mencintai dan Merenungi Alam

Secara makna tersirat, puisi ini mengajarkan bahwa bermain di alam bukan hanya tentang kegembiraan semata, tetapi juga momen reflektif untuk memahami kebesaran Tuhan dan keberadaan manusia di dalamnya.

Kalimat seperti "Sentuhan rahasia bentang alam mengalunkan zikir" mengandung makna bahwa alam bukan benda mati, tetapi makhluk yang juga memuji Penciptanya. Maka, anak-anak yang bermain di tengah alam sesungguhnya sedang berada dalam suasana sakral, meskipun mereka tak menyadarinya secara langsung.

Makna lain yang tersirat adalah pentingnya mengenang masa kecil. Kalimat "Menikmati suasana yang bisa hilang tertimbun usia" menyiratkan bahwa masa bermain, seperti gelombang ombak, akan berlalu. Maka, setiap momen bersama alam adalah pengalaman yang layak dikenang dan disyukuri.

Unsur Puisi: Struktural dan Artistik

Puisi "Ketika Bermain Ombak" memiliki unsur puisi yang mencolok dalam bentuk dan gaya bahasa:
  • Struktur: 2 bait, 4 baris per bait.
  • Bahasa: Liris, lembut, dan mengalir seperti alunan ombak.
  • Gaya: Menggabungkan narasi anak dengan refleksi spiritual yang halus.
Unsur bentuk ini menciptakan kesan puitis yang tenang namun bermakna, sangat cocok untuk pembaca anak yang sedang belajar merenungi alam.

Suasana dalam Puisi: Damai, Riang, dan Penuh Kekaguman

Suasana dalam puisi ini adalah perpaduan antara keceriaan anak-anak dengan ketenangan alam dan kekaguman spiritual. Di satu sisi, terdengar suara riuh anak-anak yang bernyanyi dan melompat. Di sisi lain, ada kesan hening yang khusyuk saat alam digambarkan sebagai pengalun zikir.

Penyair menciptakan kontras harmonis antara energi anak-anak dengan keteduhan alam. Tidak ada yang saling menindih, keduanya justru menyatu dalam suasana yang damai dan membahagiakan.

Amanat: Cintailah Alam, Nikmati Masa Kecil, dan Renungkan Kebesaran Tuhan

Amanat atau pesan moral dari puisi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
  • Nikmatilah masa kecil dengan bermain di alam, karena momen itu akan berlalu dan menjadi kenangan.
  • Cintailah alam, karena alam bukan hanya tempat bermain, tetapi juga tempat belajar dan berzikir.
  • Belajarlah melihat keagungan Tuhan lewat ciptaan-Nya, karena di balik ombak, cakrawala, dan riak air ada kekuasaan yang patut dikagumi dan direnungi.

Imaji: Visualisasi Laut, Ombak, dan Anak-anak yang Riang

Puisi ini kaya akan imaji visual dan auditif:
  • "Lagukanlah gemuruh laut di sela percik ombak" → Imaji suara dan gerakan laut.
  • "Menebar kegembiraan nyanyian jujur anak-anak" → Imaji suara nyanyian polos penuh sukacita.
  • "Lompatan penuh suka" → Imaji gerak tubuh anak-anak yang ceria.
  • "Hamparan pasir pesisir riak air memelipir mendesir" → Imaji visual dan suara air yang mendesir di pantai.
  • "Cakrawala" dan "bentang alam" → Imaji cakupan luas dan kedalaman spiritual.
Semua ini menciptakan sensasi menyeluruh tentang sebuah pengalaman di tepi laut—menggabungkan pancaindra dan rasa.

Majas: Personifikasi, Metafora, dan Aliterasi

Puisi ini juga menggunakan sejumlah majas yang memperindah serta memperdalam makna:
  • Personifikasi: "Sentuhan rahasia bentang alam mengalunkan zikir" → Alam digambarkan seolah-olah bisa berzikir dan menyentuh batin manusia.
  • Metafora: "Lagukanlah gemuruh laut..." → Gemuruh laut diperlakukan sebagai lagu, padahal ini adalah metafora untuk irama alam.
  • Aliterasi dan Asonansi: Dalam frasa "memelipir mendesir" terdapat aliterasi bunyi /m/ dan asonansi vokal /e-i/, yang memperkaya musikalitas puisi.
  • Hiperbola ringan: "Suasana yang bisa hilang tertimbun usia" → Sebuah ungkapan yang menguatkan bahwa kenangan masa kecil bisa lenyap, meski secara literal tak benar-benar “tertimbun”.

Puisi Anak dengan Nafas Alam dan Spiritualitas

Puisi "Ketika Bermain Ombak" karya Bambang Supranoto adalah contoh kuat bagaimana puisi anak dapat menjadi jembatan antara dunia bermain dengan dunia refleksi. Ia menghadirkan tema kebahagiaan anak di alam, menyiratkan makna spiritual, menampilkan unsur puisi yang terjaga, serta menggambarkan keindahan suasana secara imajinatif dan estetik.

Imaji visual dan suara dipadukan dengan majas puitis untuk menciptakan efek yang menyentuh, baik bagi anak-anak maupun pembaca dewasa. Pesan yang disampaikan tidak berat, tetapi mengena: cintailah alam, renungkan kebesaran Tuhan, dan hargailah masa kecil.

Dengan demikian, puisi ini bukan hanya menjadi bacaan anak-anak, melainkan juga alat pendidikan karakter dan spiritual yang halus namun efektif.

Bambang Supranoto
Puisi: Ketika Bermain Ombak
Karya: Bambang Supranoto

Biodata Bambang Supranoto:
  • Bambang Supranoto lahir pada tanggal 18 April 1960 di Purwokerto.
© Sepenuhnya. All rights reserved.