Aku Sudah Menjawab
engkau bertanya kepadaku
mengapa aku mencintaimu
tapi jawaban yang kukirimkan lewat bunyi
disembar angin tujuh beradik
kemudian menerbangkannya ke angkasa
mencumbui awan yang mengagumi kabut
menjadi titik air
menjadi hujan
meredam haus musim kemarau
cuma rerumputan di bukit siguntang
menangkapnya sebagai kata-kata
membuntingkan padi dengan emas
di mata wan empuk wan malini terampas
ke bintan menuai rindu
ke kuantan menampi sayang
lalu temasik lalu melaka lalu johor
berlesung dandang
dari muaratakus berjalan kaki
hasrat berpelukan di sriwijaya
tapi di terengganu hati tercatat
di brunei janji terikat
ijab kabul menunggu di malaya
bersalin permai di tanah nau
engkau bertanya kepadaku
mengapa aku memujamu
tapi jawaban yang kukirimkan lewat diam
dirampas cakrawala tujuh keturunan
kemudian membantingkannya ke samudera
berbicara dalam bahasa gelombang
lalu menjadi bungkahan benda
menjadi pulau
menambat pulang bagi kepergian
tapi huruf-huruf di maya pada
menerkamnya sebagai kitab-kitab
mengalirkan dawat dengan kisah
di tangan lanang dan ali berdesah
ke gowa mengeja rupa
ke penyengat memahat kalimat
lalu singapura lalu bangi lalu pekanbaru
mencetak detak
kepada kitlv leiden lidah mengucap
di soas london hidung membau
tapi di cornel university meraba
di kualalumpur menumpang tawa
pesta sudah usai di jakarta
bertukar maaf di ranah mekkah
engkau bertanya kepadaku
dengan apa aku menyayangimu
tapi jawaban yang kupahat pada alam
pada bukit tandus mengeringkan seru
dilarikan cuaca yang dibakar rese
menjadi pelangi
membasuh resah pada warna
engkau bertanya kepadaku
dengan apa aku merindukanmu
tapi jawaban yang kusimpan dalam tiada
pada talkin waktu menjelang ajal
dibenam kesendirian yang sendiri
menjadi cahaya
menyamar sukma pada asal
tapi cerita di negeri berlepas
menerjemahkan kota-kota dalam tanda
kampung-kampung menjual mimpi
minyak bumi tak henti dicuri
hujan tinggal sejengkal
ikan menempah maut di asin pertama
tanjak berganti botak
keris tersarung dalam kecundang
engkau masih bertanya
aku sudah menjawab
Sumber: Tersebab Aku Melayu (Buku Sajak Penggal Kedua, 2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Aku Sudah Menjawab" karya Taufik Ikram Jamil adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran alam dan kehidupan manusia. Puisi ini menyajikan perjalanan emosional dan spiritual seorang individu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh kehidupan dan cinta.
Alam sebagai Penafsir Kehidupan: Penyair menggunakan gambaran alam untuk menafsirkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan eksistensial. Dia melihat alam sebagai cermin dari kehidupan manusia, di mana elemen-elemen alam seperti angin, awan, hujan, dan pulau menjadi simbol dari perjalanan emosional dan spiritual individu.
Perjalanan Geografis dan Emosional: Penyair mengeksplorasi perjalanan geografis dan emosional dalam puisi ini. Melalui deskripsi tempat-tempat seperti bukit Siguntang, Terengganu, dan Brunei, penyair mencerminkan perjalanan emosional seseorang dalam mencari jawaban akan cinta dan makna hidup.
Bahasa sebagai Pemersatu dan Pembeda: Penggunaan bahasa dan budaya yang beragam menggambarkan keragaman manusia dalam merespon cinta dan kehidupan. Bahasa menjadi alat komunikasi yang memungkinkan orang untuk menyampaikan perasaan dan makna, tetapi juga bisa menjadi hambatan dalam memahami dan menyampaikan jawaban.
Konflik dan Perdamaian: Puisi ini juga menyoroti konflik internal dan eksternal yang dihadapi oleh individu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Konflik antara apa yang diinginkan dan kenyataan, antara kerinduan dan realitas, tercermin dalam penggunaan gambaran alam dan budaya yang berbeda.
Kesimpulan yang Terbuka: Puisi ini tidak memberikan jawaban definitif atau penyelesaian yang jelas terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, ia menawarkan refleksi yang dalam tentang kompleksitas cinta, kehidupan, dan eksistensi manusia.
Puisi "Aku Sudah Menjawab" adalah sebuah perjalanan emosional dan spiritual yang menggambarkan kompleksitas hubungan manusia dengan alam, cinta, dan kehidupan. Dengan penggunaan bahasa yang indah dan gambaran alam yang kuat, Taufik Ikram Jamil mengajak pembaca untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang mendasar dan menemukan kedamaian dalam ketidakpastian.
Karya: Taufik Ikram Jamil
Biodata Taufik Ikram Jamil:
- Taufik Ikram Jamil lahir pada tanggal 19 September 1963 di Bengkalis, Riau, Indonesia.
