Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Arafah (Karya Bahrum Rangkuti)

Puisi "Arafah" karya Bahrum Rangkuti menggambarkan momen penting dalam ibadah haji, yaitu wukuf di Padang Arafah.
Arafah

Berduyun-duyun ke padang tandus
Antero gunung-gunung batu menirus
Lengkung
Dan udara memantul ‘Allahhumma
Labbaika’, Inilah kami Tuhan, sedia
Menanti perintah-Mu! Dalam seragam
Tak berjahit serba putih

Pelambang insan di seberang makam
Kelak ketika ia tertatih-tatih
Bergerak menuju Engkau
Melihat wajah-Mu di dunia tersembunyi
Namun selalu menghimbau

Mengapa begitu sukar dihampiri
Dan pikiran ini tak mau diam jua
Ajarilah kami mengindera yang hakiki

6-1-1971

Analisis Puisi:

Puisi "Arafah" karya Bahrum Rangkuti merupakan sebuah karya sastra yang menggambarkan momen penting dalam ibadah haji, yaitu wukuf di Padang Arafah.

Simbolisme Agama: Puisi ini sarat dengan simbol-simbol agama Islam, terutama dalam konteks ibadah haji. Padang tandus Arafah digambarkan sebagai tempat di mana umat Muslim berkumpul untuk wukuf, sebuah momen yang dianggap sangat sakral dalam perjalanan haji. Bahasa yang digunakan, seperti "Allahhumma Labbaika" (Ya Allah, kami datang dalam kepatuhan), mencerminkan kesungguhan dan kepasrahan umat Muslim kepada Allah SWT.

Perjalanan Spiritual: Puisi ini juga menggambarkan perjalanan spiritual seorang haji yang menuju ke hadapan Allah SWT. Dengan gambaran gunung-gunung batu menirus dan udara yang memantul kalimat "Allahhumma Labbaika", pembaca dibawa ke dalam suasana yang khusyuk dan penuh pengharapan.

Pertanyaan Eksistensial: Dalam beberapa bait, puisi ini menghadirkan pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang muncul dalam pikiran seorang haji. Pertanyaan mengenai sulitnya mendekati Allah dan keinginan untuk mengindera yang hakiki mencerminkan pencarian makna dan kebenaran dalam perjalanan spiritual.

Penggunaan Bahasa: Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sederhana namun sarat dengan makna dan emosi. Bahrum Rangkuti mampu menggambarkan secara visual dan emosional suasana dan perasaan seorang haji yang tengah berada di Padang Arafah.

Simpulan: "Arafah" bukan hanya sekadar sebuah deskripsi fisik tentang tempat ibadah, tetapi juga sebuah pengalaman spiritual yang mendalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna ibadah haji dan mempertanyakan hakikat eksistensi manusia dalam mencari kebenaran dan kedekatan dengan Sang Pencipta.

Dengan demikian, puisi "Arafah" merupakan sebuah karya sastra yang memadukan simbolisme agama, perjalanan spiritual, dan pertanyaan eksistensial dengan penggunaan bahasa yang indah dan penuh makna. Puisi ini menginspirasi pembaca untuk merenungkan makna ibadah dan kehidupan secara lebih dalam.

Bahrum Rangkuti
Puisi: Arafah
Karya: Bahrum Rangkuti

Biodata Bahrum Rangkuti:
  • Bahrum Rangkuti lahir pada tanggal 7 Agustus 1919 di Galang, Deli Serdang, Sumatra Utara.
  • Bahrum Rangkuti meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus 1977 di Jakarta.
  • Bahrum Rangkuti adalah salah satu Sastrawan Angkatan '45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.