Analisis Puisi:
Puisi "Bukan Dia" karya Fikar W. Eda menawarkan refleksi mendalam mengenai identitas dan makna "ibu Indonesia" melalui perbandingan dan kontras. Dengan bahasa yang sederhana namun kuat, puisi ini menggambarkan berbagai gambaran perempuan yang bukan dianggap sebagai "ibu Indonesia," lalu berakhir dengan definisi ideal tentang sosok tersebut.
Kontras Sosial dan Identitas
Puisi ini dimulai dengan pernyataan berulang, "Bukan dia, dia bukan ibu Indonesia," yang menciptakan sebuah pola penegasan dan penolakan terhadap berbagai gambaran perempuan. Dengan cara ini, puisi ini menyoroti perbedaan antara gambaran perempuan yang dinyatakan dan idealisasi sosok ibu Indonesia. Kontras ini digunakan untuk menyampaikan kritik sosial dan menggambarkan ketidaksesuaian antara realitas dan idealisasi.
Gambaran Perempuan yang Ditolak
- Perempuan Tusuk Konde dan Tunggul Kayu Pematang: "Perempuan tusuk konde" dan "tunggul kayu pematang" mengindikasikan sosok perempuan yang terikat pada tradisi atau citra yang kuno. Tunggul kayu bisa diartikan sebagai simbol dari kekakuan atau keterbatasan, menandakan bahwa perempuan ini tidak memenuhi kriteria yang dianggap sebagai ibu Indonesia.
- Perempuan Lima Tujuh dan Kidung Lumpur Selokan: "Perempuan lima tujuh" mengacu pada usia atau tahap kehidupan, dan "kidungmu Lumpur selokan" mungkin menunjukkan kondisi kehidupan yang miskin atau sulit. Ini mencerminkan sosok yang tidak dianggap sesuai dengan idealisasi ibu Indonesia karena keterikatan atau kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.
- Perempuan Sukma dan Nyeri Ngilu Dengarkan Adzan: "Perempuan sukma" dan "nyeri ngilu dengar adzan" menggambarkan seseorang yang mungkin merasakan kesedihan atau ketidaknyamanan dalam konteks spiritual atau agama. Ini menandakan bahwa perempuan ini dianggap tidak cocok sebagai ibu Indonesia berdasarkan kriteria spiritual atau emosional tertentu.
- Perempuan Ubanan dan Lidah Sembilu Sayatan: "Perempuan ubanan" menggambarkan usia tua, dan "lidahmu sembilu sayatan" bisa merujuk pada sifat atau ucapan yang tajam atau menyakitkan. Ini mengimplikasikan bahwa perempuan ini, meskipun mungkin bijaksana karena usianya, dianggap tidak memenuhi standar yang diinginkan untuk menjadi ibu Indonesia.
Definisi Ibu Indonesia yang Ideal
Puisi ini diakhiri dengan gambaran tentang "Ibu Indonesia" yang ideal: "Perempuan bijak penuh senyuman." Penutup ini menyajikan sosok ibu yang dianggap memenuhi standar yang diinginkan, yaitu kebijaksanaan dan keceriaan. Gambaran ini adalah idealisasi yang menunjukkan kualitas yang dianggap sebagai representasi terbaik dari ibu Indonesia.
Puisi "Bukan Dia" karya Fikar W. Eda menggunakan kontras dan perbandingan untuk mengeksplorasi konsep identitas dan idealisasi dalam konteks ibu Indonesia. Dengan menggambarkan berbagai perempuan yang ditolak sebagai ibu Indonesia dan akhirnya memberikan definisi ideal dari sosok tersebut, Eda menyajikan komentar sosial yang mendalam tentang bagaimana identitas dan nilai-nilai diartikulasikan dalam masyarakat. Puisi ini menantang pembaca untuk merenungkan perbedaan antara realitas dan idealisasi serta bagaimana kriteria sosial mempengaruhi pandangan kita tentang sosok ibu.
Puisi: Bukan Dia
Karya: Fikar W. Eda
Biodata Fikar W. Eda:
- Fikar W. Eda lahir pada tanggal 8 Mei 1966 di Takengon, Indonesia.
