Analisis Puisi:
Puisi "Catatan Pertemuan" karya M. Nurgani Asyik merupakan karya yang penuh refleksi dan simbol, menghadirkan suasana perjumpaan yang tidak hanya sebatas peristiwa fisik, melainkan juga sarat makna batin. Penyair membangun nuansa keseharian yang sederhana—duduk di restoran, berbincang, menikmati hidangan—namun menghadirkannya dalam bingkai filosofis yang lebih dalam, seolah setiap momen adalah catatan eksistensial tentang manusia, hubungan, dan hidup itu sendiri.
Tema
Tema utama puisi ini adalah pertemuan yang diliputi perenungan eksistensial. Bukan sekadar perjumpaan dua insan, melainkan sebuah refleksi tentang kehidupan, rutinitas, dan relasi antar manusia di tengah realitas yang sering kali penuh kegetiran.
Puisi ini bercerita tentang dua orang yang sedang duduk bersama di sebuah restoran, menikmati hidangan sambil berbagi suasana. Namun, alih-alih menggambarkan percakapan yang ringan, penyair justru menyoroti sisi lain: kepahitan, masalah, ketidakpastian, hingga absurditas hidup yang digambarkan melalui simbol makanan, piring, hingga suasana restoran.
Pertemuan itu bukan hanya soal hadir secara fisik, tetapi juga menjadi ruang perenungan batin—siapa yang benar-benar hadir, siapa yang sekadar menjadi penonton, dan siapa yang sedang diam-diam mengamati.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah pertemuan manusia sering kali tidak sepenuhnya jernih atau sederhana, melainkan membawa beban hidup, masalah, bahkan rasa keterasingan. Ada jarak antara dua sosok yang bertemu, meski fisik mereka dekat.
Selain itu, ada kritik halus terhadap rutinitas dan mekanisasi kehidupan modern. Penyair menggambarkan manusia layaknya “sosok di video game”, yang hidupnya terlihat kecil, aneh, bahkan dikendalikan oleh “Sang Sutradara”. Ini mengisyaratkan perasaan terjebak dalam realitas yang bukan sepenuhnya pilihan kita.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang ditampilkan dalam puisi ini adalah kontemplatif, ambigu, sekaligus melankolis. Ada kesan pertemuan yang hening, diwarnai dengan perasaan gamang, getir, dan penuh pertanyaan. Meski ada sedikit senyum yang memberi arti ganda, tetap terasa adanya ketidakpastian dan keterasingan di balik suasana pertemuan tersebut.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa setiap pertemuan manusia bukan sekadar peristiwa sederhana, melainkan sebuah ruang refleksi. Hidup penuh dengan rutinitas, kepahitan, dan absurditas, namun di tengah itu semua, manusia tetap perlu menyadari perannya: apakah sebagai aktor yang terlibat penuh atau hanya sebagai penonton pasif dalam hidupnya sendiri.
Imaji
Penyair menggunakan sejumlah imaji yang kuat untuk memperkuat suasana, antara lain:
- Imaji visual: “setiap piring”, “video-game”, “restoran senyap” yang memberi gambaran konkret.
- Imaji perasaan: “kepahitan, kegetiran, kegamangan” yang menekankan nuansa batin.
- Imaji auditif: “gema riuh perbincangan masih membekas” yang menghadirkan suasana seolah-olah pembaca bisa mendengar keramaian yang kini tinggal kenangan.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – “setiap piring” sebagai simbol masalah dan pertanyaan hidup.
- Personifikasi – “secangkir kegerahan gelak mendidih” memberi sifat hidup pada benda mati.
- Simbolisme – “video-game” melambangkan keterasingan dan keterjebakan manusia dalam mekanisme hidup modern.
- Paralelisme – pengulangan kata berakhiran -an (kepahitan, kegetiran, kegamangan, keletihan, kerutinan) menekankan beratnya kehidupan sehari-hari.
Puisi "Catatan Pertemuan" karya M. Nurgani Asyik bukan hanya menggambarkan momen sederhana di sebuah restoran, tetapi juga menghadirkan perenungan mendalam tentang hidup, relasi, dan eksistensi manusia. Dengan bahasa simbolik dan suasana kontemplatif, penyair berhasil mengajak pembaca melihat bahwa di balik setiap pertemuan, selalu ada pertanyaan-pertanyaan besar yang diam-diam hadir.
Karya: M. Nurgani Asyik