Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Ciwulan (Karya Soni Farid Maulana)

Puisi "Ciwulan" membawa pembaca pada perjalanan yang indah dan mendalam ke dalam alam dan budaya lokal. Dengan kepekaan terhadap suara alam, ....
Ciwulan

aku mendengar suara ricik air sungai yang ngalir
di antara batu-batu dan batang pohonan
yang rubuh ke ciwulan

aku mendengar suara itu mengusik jiwaku
bagai alun tembang cianjuran
yang disuarakan nenekku di gelap malam

1979

Sumber: Selepas Kata (2004)

Analisis Puisi:

Puisi "Ciwulan" karya Soni Farid Maulana membawa pembaca ke dalam alam yang tenang dan memukau. Dengan keindahan kata-kata, penyair menciptakan gambaran tentang aliran sungai Ciwulan dan memberikan makna mendalam tentang hubungan spiritual dengan alam.

Deskripsi Alam: Puisi dibuka dengan deskripsi suara ricik air sungai Ciwulan yang mengalir di antara batu-batu dan batang pohon yang rubuh. Deskripsi ini menciptakan gambaran alam yang alami dan tenang.

Suara yang Mengusik Jiwa: Suara aliran air Ciwulan dianggap sebagai sesuatu yang mengusik jiwa penyair. Perbandingan dengan alun tembang cianjuran yang dinyanyikan neneknya menambah dimensi keindahan dan makna pada pengalaman mendengar tersebut.

Hubungan Spiritual dengan Alam: Puisi menciptakan hubungan spiritual antara penyair dan alam, terutama sungai Ciwulan. Suara ricik air sungai menjadi sejenis alunan musik yang meresap ke dalam jiwa penyair, mirip dengan tembang cianjuran yang disuarakan oleh neneknya.

Alam Sebagai Sumber Inspirasi: Penyair menyampaikan bagaimana suara alam, khususnya sungai Ciwulan, memberikan inspirasi dan kekayaan batin. Alam dianggap sebagai sumber kebijaksanaan dan keindahan, sebagaimana tercermin dalam alunan tembang neneknya.

Pengaruh Budaya Lokal: Nenek yang menyuarakan tembang cianjuran memberikan sentuhan budaya lokal pada puisi ini. Tembang cianjuran adalah warisan budaya Sunda yang kaya akan nilai-nilai tradisional dan estetika.

Kesejukan dan Ketenangan: Deskripsi suara air yang mengalir dan rubuhnya batang pohon menciptakan suasana kesejukan dan ketenangan. Puisi ini membawa pembaca ke dalam pengalaman mendengarkan yang melibatkan semua indera.

Puisi "Ciwulan" membawa pembaca pada perjalanan yang indah dan mendalam ke dalam alam dan budaya lokal. Dengan kepekaan terhadap suara alam, penyair mengungkapkan pengalaman spiritualnya yang terhubung dengan keindahan sungai Ciwulan. Melalui penggunaan bahasa yang indah dan metafora yang kuat, Soni Farid Maulana menciptakan suatu karya yang memukau dan memperkaya jiwa pembaca dengan keindahan alam dan kearifan budaya lokal.

Soni Farid Maulana
Puisi: Ciwulan
Karya: Soni Farid Maulana

Biodata Soni Farid Maulana:
  • Soni Farid Maulana lahir pada tanggal 19 Februari 1962 di Tasikmalaya, Jawa Barat.
  • Soni Farid Maulana meninggal dunia pada tanggal 27 November 2022 (pada usia 60 tahun) di Ciamis, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.