Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Daun-Daun (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Daun-Daun" karya Linus Suryadi AG menyoroti perubahan, kerapuhan, dan suasana hati melalui penggambaran daun-daun yang mengalami perubahan ...
Daun-Daun

Daun-daun risik
hijau — kuning
mengatas langit
mengadah kelabu

(Siang pun malam pun yang mengganggu yang menunggu) 

Suara angin suara angan
yang ingin yang kapan
yang suram yang muram
yang mimpi yang sunyi
yang jatuh yang tumbuh!

1971

Sumber: Langit Kelabu (1980)

Analisis Puisi:

Puisi "Daun-Daun" karya Linus Suryadi AG mengungkapkan pengalaman estetika dan emosional melalui penggambaran daun-daun yang berubah warna dan interaksi mereka dengan elemen lain seperti langit dan angin. Dengan gaya bahasa yang ekspresif, puisi ini menciptakan suasana yang melankolis sekaligus reflektif.

Makna dan Interpretasi

  • Daun-Daun Risik: "Daun-daun risik / hijau — kuning" menggambarkan daun-daun yang mengalami perubahan warna dari hijau ke kuning. Perubahan warna ini melambangkan transisi dan perubahan dalam kehidupan atau alam. "Risik" menunjukkan bahwa daun-daun ini dalam keadaan rapuh atau bergetar, menambahkan dimensi kerapuhan dan keindahan yang sementara.
  • Mengatas Langit, Mengadah Kelabu: "mengatas langit / mengadah kelabu" mengacu pada posisi daun-daun yang terpapar oleh langit dan cuaca. "Mengatas langit" menyiratkan bahwa daun-daun ini berada di bawah langit, sedangkan "mengadah kelabu" menunjukkan suasana yang mendung atau suram, mungkin melambangkan suasana hati atau keadaan lingkungan yang kelabu.
  • Siang dan Malam yang Mengganggu: "(Siang pun malam pun yang mengganggu yang menunggu)" menyiratkan bahwa baik siang maupun malam memiliki dampak pada daun-daun ini, yang "mengganggu" dan "menunggu" mungkin mencerminkan perasaan ketidakpastian atau keraguan yang dihadapi.
  • Suara Angin dan Angan: "Suara angin suara angan / yang ingin yang kapan" menggambarkan bagaimana angin dan angan-angan mempengaruhi suasana. "Suara angin" mungkin melambangkan perubahan atau pengaruh eksternal, sementara "suara angan" mencerminkan keinginan dan harapan yang tidak pasti. Perpaduan antara suara dan angan memberikan kesan bahwa ada sesuatu yang mendalam dan tidak jelas, berkontribusi pada suasana melankolis.
  • Kontradiksi dan Perubahan: "yang suram yang muram / yang mimpi yang sunyi / yang jatuh yang tumbuh!" menunjukkan kontras antara berbagai keadaan emosional dan fisik. Ada unsur keputusasaan ("suram", "muram") yang bercampur dengan harapan dan potensi perubahan ("jatuh", "tumbuh"). Ini mencerminkan siklus kehidupan dan perubahan yang terus-menerus.

Gaya Bahasa dan Struktur

Linus Suryadi AG menggunakan gaya bahasa yang ekspresif dan penuh kontras dalam puisi ini. Struktur puisi yang bebas dan tidak terikat pada pola tertentu memungkinkan eksplorasi bebas dari tema dan suasana. Pilihan kata seperti "risik", "kelabu", dan "sunyi" menciptakan suasana yang melankolis dan reflektif, sementara repetisi dalam frasa "yang" menekankan kontras dan ketidakpastian.

Puisi "Daun-Daun" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah karya yang menyoroti perubahan, kerapuhan, dan suasana hati melalui penggambaran daun-daun yang mengalami perubahan warna dan interaksi mereka dengan elemen-elemen alam. Dengan gaya bahasa yang ekspresif dan penggunaan kontras, puisi ini menciptakan suasana yang melankolis dan reflektif, mengundang pembaca untuk merenungkan transisi dan ketidakpastian dalam kehidupan serta hubungan antara alam dan perasaan manusia.

Linus Suryadi AG
Puisi: Daun-Daun
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.