Epos Laut
busa dan buih putih
menuntun gulungan ombak
mengendap pasir putih pantai
busa dan buih putih
menuntun lelaki pelaut
pulang dari kemenangan di laut
arus memelatuki
perahu canga di datar lautan
tak perduli armada kompeni
tak perduli meriam portugis
kami anak laut, mati di laut
kalau kami mau, perahu kami
berayar laju bagai setan
berayar laju bagai datuk laut
melintas limapuluh sentimeter atas laut
tahu?
kapita 'kan ucapkan mentera perang
bismillah
kukunci hatimu
kuhempaskan pikiranmu
bagai mendidihnya air
lenyap tanpa gemercik
bismillah
kabal jadi palias
palias jadi besi
besi jadi wajah
pelurumu jadi air. jadi lumpur
bismillah
dan nakoda alfonso dicincang
laut menerkam potongan dagingnya
dan kontroleur van den berg tercampak
pada ribuan kilauan sumarang
canga metayap terus
bertebar terus
ke timur menuju papua
ke barat ke pulau banggai
ke utara, ke teluk tomini dan sangihe
dan atas layar yang dibiriti mentera
mindanao dan sabah rebah tunduk
atas titah sultan hairun
kapitan laut tegak di lambung korakora
jurumudi pada kemudi, kukuh
tancap kemudi. membelah laut
ya, tuhan
demi gamalama yang menegaki laut
demi dukono yang mengasapi halmahera
demi laut halmahera, anak laut pasifik
tumpah bangkitkan angin buritanmu
kepulkan asap, perdengarkan letusanmu
gelapkan dirimu, perbesar gulungan ombakmu
alirkan arusmu kencang-kencang di seluruh tanjung
dan telanlah habis armada musuh
portugis yang membentengi kota kerajaan
belanda yang menebang habis pala cengkeh
hai, cahaya, watui ech
maju sembelih semua musuh
sonder darahnya
itulah laki-laki
pelurumu 'kan meleleh di tubuh kami
karena asap, ombak, arus dan angin kami
adalah mitos kebenaran
ini bumi kami
jangan coba-coba lagi tebang pala cengkeh
datu moyang 'kan murka
dan kami 'kan bangkit
Sumber: Sastra (1964)
Catatan:
- Sumarang = pedang yang digunakan untuk pertempuran-pertempuran.
- Sultan Hairun = sultan terkenal dari kesultanan Ternate abad 15.
- Gamalama = gunung di pulau Temate.
- Dukono = gunung api di Halmahera.
- Watui Ech = pekik peperangan.
Analisis Puisi:
Puisi "Epos Laut" karya Indonesia O'Galelano merupakan sebuah epos yang mempersembahkan pengalaman dan semangat pelaut Indonesia dalam mengarungi lautan dengan keberanian dan kegigihan mereka.
Penggambaran Lautan: Puisi ini membawa pembaca ke dalam dunia lautan yang luas dan megah. Busa dan buih putih serta gulungan ombak menciptakan gambaran tentang keindahan dan kekuatan alam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan para pelaut.
Semangat Perjuangan: Melalui penggambaran perjuangan melawan musuh-musuh di laut, seperti armada kompeni dan meriam Portugis, puisi ini menunjukkan semangat dan keberanian para pelaut Indonesia yang rela berjuang hingga titik darah penghabisan.
Persatuan dan Kepercayaan: Puisi ini juga menyoroti persatuan dan kepercayaan yang kuat di antara para pelaut. Mereka mengucapkan mentera perang dan bersumpah dengan nama Tuhan untuk memenangkan pertempuran dan mengusir musuh dari lautan.
Penghormatan kepada Alam: Puisi ini menggambarkan penghormatan yang dalam kepada alam, dengan menyebutkan nama-nama gunung dan letusan gunung yang menjadi bagian dari kekuatan alam yang mereka percayai akan membantu mereka dalam perjuangan mereka.
Kebanggaan Identitas Lokal: Ada kebanggaan yang kuat terhadap identitas lokal dalam puisi ini. Para pelaut dengan bangga menyebutkan nama-nama tempat di Indonesia yang menjadi bagian dari perjalanan mereka, seperti Halmahera, Papau, dan Pulau Banggai.
Penolakan Penjajahan: Puisi ini mencerminkan penolakan terhadap penjajahan Belanda dan Portugis atas tanah air Indonesia. Para pelaut bersumpah untuk melawan penjajahan dengan segala cara, bahkan hingga titik darah penghabisan.
Mitologi dan Kebenaran: Ada juga unsur mitologi yang kuat dalam puisi ini, di mana alam dan kekuatan alam dianggap sebagai mitos kebenaran yang memandu langkah-langkah para pelaut Indonesia dalam perjuangan mereka.
Dengan demikian, puisi "Epos Laut" karya Indonesia O'Galelano adalah sebuah puisi yang membangkitkan semangat keberanian, perjuangan, dan persatuan dalam menghadapi penjajahan serta menggambarkan keindahan dan kekuatan alam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan para pelaut Indonesia.
Karya: Indonesia O'Galelano
Biodata Indonesia O'Galelano:
- Indonesia O'Galelano lahir pada tanggal 17 November 1940 di Galela, Halmahera, Maluku Utara.
- Indonesia O'Galelano meninggal dunia pada tanggal 1 Agustus 2012 di Depok, Jawa Barat.
- Indonesia O'Galelano adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.