Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Gedung Negara (Karya Lastri Fardani Sukarton)

Puisi "Gedung Negara" membawa kita pada refleksi terhadap perubahan yang terjadi pada suatu tempat yang dulunya penuh kehidupan. Dengan menggunakan ..
Gedung Negara

megah kulihat bangunan itu
beringin besar seram tegak di halaman
aku mengayuh sepeda, menoleh ke sana
parung ganesha rumput yang menghampar
ingat ketika aku diajak bu guru
berjubel di pagar itu, mengibas-ibaskan merah putih
ada Bung Karno yang berpeci

kini potret itu tak akan kunikmati lagi
tinggal kantor pos
benteng tua dan jam kota
yang tak mampu bicara

Sumber: Gunung Biru di Atas Dusunku (1988)

Analisis Puisi:

Puisi "Gedung Negara" karya Lastri Fardani Sukarton menciptakan gambaran tentang sebuah gedung pemerintah yang megah dan perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu.

Deskripsi Gedung Negara: Puisi dimulai dengan penggambaran gedung negara yang "megah." Penggunaan kata "megah" menunjukkan kesan keagungan dan kemuliaan yang melekat pada gedung tersebut. Beringin besar dan parung Ganesha yang disebutkan memberikan gambaran suasana lingkungan sekitar gedung.

Kenangan dan Perubahan: Penyair mengingat saat-saat ketika gedung itu masih ramai dengan orang-orang yang berkumpul dan merayakan. Namun, kini, gambaran itu berubah, dan potret yang dulunya hidup menjadi kenangan yang tinggal dalam ingatan.

Kantor Pos dan Benteng Tua: Puisi menyebutkan bahwa yang tersisa sekarang hanya "kantor pos, benteng tua, dan jam kota." Ini mungkin menggambarkan perubahan fungsi dan pemanfaatan area tersebut dari zaman ke zaman. Kantor pos dan benteng tua dapat diartikan sebagai saksi bisu perubahan itu.

Jam Kota yang Tak Bisa Bicara: Penutup puisi mengisyaratkan pada jam kota yang "tak mampu bicara." Hal ini dapat diartikan sebagai metafora dari ketidakberdayaan atau kehilangan suara dan semangat dalam beberapa aspek kehidupan masyarakat atau pemerintahan.

Puisi "Gedung Negara" membawa kita pada refleksi terhadap perubahan yang terjadi pada suatu tempat yang dulunya penuh kehidupan. Dengan menggunakan kata-kata yang sederhana, puisi ini menciptakan suasana nostalgia dan kehilangan, merenungkan masa lalu dan perubahan zaman yang membawa dampak pada lingkungan sekitar.

Lastri Fardani Sukarton
Puisi: Gedung Negara
Karya: Lastri Fardani Sukarton

Biodata Lastri Fardani Sukarton:
  • Lastri Fardani Sukarton lahir pada tanggal 5 Desember 1942 di Yogyakarta.
  • Lastri Fardani Sukarton dikelompokkan sebagai sastrawan Angkatan 1980–1990an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.