Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Landai Pantai (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Landai Pantai" karya Esha Tegar Putra bercerita tentang seorang aku liris yang merenungi pantai sebagai cermin kehidupannya.
Landai Pantai

mengisahkanmu sama dengan menggambar ladai pantai,
di ujungnya tanah berpasir mengurung kejadian ombak
batang-batang pinus yang kusulap hidup menjatuhkan
bunga-bunganya. penyu menetaskan telur dari tangismu
membuatku gugup untuk mengulang lengkung senja
lihat, ada yang tertikam dari ucapanmu
semacam ketakutan yang menimbulkan isyarat ganjil

berapalamakah selesai kisah barumu?
biar timbul garis-garis baru yang membuatku malu
untuk tidak menyelesaikan gambar pantai landai

aku menumpang diri berkisah, mirip tukang kabar
tapi apakah akan menjadi dalam dirimu?
semisal gulungan ombak tiba-tiba menghelamu
ke tengah laut, lalu cuma rambutmu yang tergerai
menyangkut di antara batang pinus yang tumbang

Kandangpadati, 2008

Analisis Puisi:

Puisi "Landai Pantai" karya Esha Tegar Putra merupakan sebuah karya yang kaya akan simbol, imaji, dan refleksi batin. Penyair tidak hanya menggambarkan suasana pantai secara fisik, melainkan juga menghadirkan pantai sebagai ruang perenungan yang penuh makna. Melalui diksi yang puitis dan sarat simbol, pembaca diajak untuk menelusuri lapisan-lapisan makna di balik keindahan alam sekaligus kegelisahan batin manusia.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah pencarian makna hidup dan pergulatan batin melalui simbol pantai. Pantai dalam karya ini bukan sekadar tempat geografis, tetapi medan simbolik yang menyimpan kerinduan, luka, dan keinginan untuk memahami kehidupan yang terus berubah.

Puisi ini bercerita tentang seorang aku liris yang merenungi pantai sebagai cermin kehidupannya. Ia menggambarkan ombak, pasir, pohon pinus, hingga penyu yang menetaskan telur sebagai bagian dari perenungan diri. Ada kisah tentang keindahan, tetapi juga rasa takut, keraguan, dan kehilangan yang menyertainya. Aku liris seolah sedang mencari jawaban dalam bentangan alam, namun justru menemukan pertanyaan-pertanyaan baru yang lebih dalam.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah hidup tidak pernah benar-benar bisa digambarkan tuntas seperti lukisan pantai yang selalu berubah bentuk karena ombak dan waktu. Ada ketakutan yang lahir dari ucapan, ada kegelisahan yang tidak bisa sepenuhnya dijelaskan, dan ada pula kehilangan yang ditandai dengan simbol rambut yang tergerai dan tersangkut di batang pinus. Penyair ingin menyampaikan bahwa kehidupan penuh dengan tanda-tanda yang sulit dimaknai, namun tetap layak direnungi.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah melankolis dan reflektif. Di satu sisi, pantai digambarkan indah dengan bunga pinus dan penyu yang menetaskan telur. Namun, di sisi lain, suasana itu diwarnai kegelisahan, rasa takut, dan ketidakpastian. Perpaduan ini membuat puisi terasa ambigu: indah sekaligus getir.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah kehidupan tidak selalu bisa dipahami dengan mudah, tetapi manusia tetap perlu berani menghadapi ketidakpastian. Seperti pantai yang landai, hidup tampak sederhana di permukaan, namun sesungguhnya menyimpan kedalaman yang tidak bisa ditebak. Penyair seakan mengajak pembaca untuk merenungi hidup, menerima ketakutan, dan menemukan makna dalam proses perjalanan itu sendiri.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual seperti "tanah berpasir mengurung kejadian ombak", "batang-batang pinus yang kusulap hidup menjatuhkan bunga-bunganya", hingga "penyu menetaskan telur dari tangismu". Imaji tersebut menghadirkan panorama pantai yang indah, namun sekaligus metaforis. Ada pula imaji auditori dalam bayangan bunyi ombak yang menghempas dan ucapan yang menimbulkan ketakutan. Imaji ini membuat puisi terasa hidup, seolah-olah pembaca diajak menyaksikan dan mendengar langsung peristiwa yang digambarkan.

Majas

Beberapa majas yang digunakan antara lain:
  • Personifikasi: "batang-batang pinus yang kusulap hidup menjatuhkan bunga-bunganya" menghadirkan pohon seolah makhluk hidup yang berinteraksi.
  • Metafora: "penyu menetaskan telur dari tangismu" menjadi metafora dari kesedihan yang melahirkan sesuatu yang baru.
  • Simbolisme: pantai, ombak, dan pinus digunakan sebagai simbol perjalanan hidup, ketidakpastian, dan ingatan yang tertinggal.
  • Hiperbola: "cuma rambutmu yang tergerai menyangkut di antara batang pinus yang tumbang" memberikan kesan dramatis terhadap kehilangan.
Puisi "Landai Pantai" karya Esha Tegar Putra menghadirkan perpaduan antara panorama alam dan kegelisahan batin. Melalui simbol-simbol alam, penyair menyingkap perenungan tentang hidup yang tak pernah selesai digambarkan. Dengan tema yang reflektif, makna tersirat yang dalam, suasana melankolis, serta imaji dan majas yang kuat, puisi ini layak dibaca sebagai karya kontemplatif yang mengajak pembaca merenungi arti kehidupan.

Esha Tegar Putra
Puisi: Landai Pantai
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Esha Tegar Putra lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.