Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Nyala Aceh (Karya Fikar W. Eda)

Puisi "Nyala Aceh" karya Fikar W. Eda menggambarkan perjuangan dan penderitaan masyarakat Aceh selama konflik.
Nyala Aceh

Di sebuah negeri paling barat
matahari lindap di balik kabut
angin bertiup ragu
kering dan karatan.

Dari sebuah ruang peninggalan Belanda
para penguasa mengangkat sumpah
di hadapan rakyat salah seorang angkat bicara
"saudara-saudara. Negeri kita terbelakang.
karena itu tolong beri kepercayaan pada saya.
tolong bantu saya untuk menyalakan lampu Aceh
dengan warna kuning keemasan."

Ruang itu kemudian riuh
denting sendok menyentuh piring
orang-orang serentak menaruh harapan
api di tungku mulai menyala
para penari seudati bergerak cepat
membentuk kelebat bayang-bayang
api di tungku kian besar

"Saudara-saudara
mulai hari ini kita harus kerja keras
bahu membahu menyusun barisan
tak perlu risau
apabila nanti ada satu dua lusin piring yang pecah
itu biasa dalam perhelatan."

Api di tungku kian tinggi
menjilati dinding ruangan peninggalan Belanda
meja kursi ikut mengeluarkan api
jari-jari penari seudati memercikkan api
dada penari menyalakan api
langkah kaki penari menjadi api
syair nyanyi adalah api
api menjalar kemana-mana
halaman rumah
taman kota
masjid
pasar
kantor-kantor
kebun sawit
kopi
cengkeh
ombak
laut
menjadi api
pesantren
sekolah
kampus
hotel
menjadi api
Aceh terang benderang
Aceh menyala
Aceh menyala!

Dari seberang kali yang dangkal
Yusuf, bocah 12 tahun
menyaksikan nyala api itu
dalam wajah kering
di pelupuk mata kecilnya berkelebat
tangan-tangan penuh api
memenggal bapaknya di tengah sawah
dan api itu pula
yang membakar harapan Siti Aminah
di pedalaman Pidie

Dari ruang peninggalan Belanda
sumpah terlanjur diucapkan
Aceh memang menyala
tapi bukan oleh cinta
dan kasih sayang.

Jakarta, 1998

Sumber: Rencong (2005)

Analisis Puisi:

Puisi "Nyala Aceh" karya Fikar W. Eda adalah karya yang menggambarkan perjuangan dan penderitaan di Aceh selama masa konflik bersenjata yang panjang dan pahit.

Latar Belakang Konflik: Puisi ini dimulai dengan deskripsi latar belakang yang suram: matahari tertutup oleh kabut, angin yang bertiup ragu, dan gambaran kesulitan hidup. Ini menciptakan suasana yang gelap dan tertekan yang merujuk pada masa-masa konflik di Aceh.

Pemimpin yang Berjanji: Puisi ini mencatat pidato seorang pemimpin yang berjanji untuk membawa perubahan dan kemakmuran ke Aceh. Janji-janji ini diucapkan di hadapan rakyat yang berharap akan masa depan yang lebih baik. Pemimpin tersebut berjanji untuk "menyalakan lampu Aceh dengan warna kuning keemasan," yang dapat diartikan sebagai simbol harapan dan kebahagiaan.

Kerja Keras dan Harapan: Setelah pidato pemimpin, orang-orang Aceh bersatu dan bekerja keras. Mereka menaruh harapan pada pemimpin mereka untuk membawa perubahan positif. Puisi ini menciptakan gambaran tentang kerja keras, harapan, dan semangat masyarakat Aceh untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Metafora Api: Api digunakan sebagai metafora dalam puisi ini. Api melambangkan semangat, kekuatan, dan perubahan. Namun, selama perkembangan puisi, api juga menggambarkan destruksi dan penderitaan. Puisi ini menyoroti kontradiksi antara harapan awal dan akhirnya, penderitaan yang dialami oleh rakyat Aceh.

Cerita Individu yang Mengharukan: Puisi ini mengakhiri dengan cerita individu yang menggambarkan dampak konflik yang tragis. Kisah seorang bocah bernama Yusuf yang menyaksikan pembunuhan ayahnya dan Siti Aminah yang kehilangan harapan dan keselamatan menggambarkan penderitaan yang dialami oleh banyak individu di Aceh selama konflik.

Penjelasan tentang Nyala Aceh: Judul puisi, "Nyala Aceh," pada akhirnya dijelaskan dengan nada yang pahit. Nyala Aceh yang disebutkan pada awal puisi, yang awalnya merujuk pada harapan dan semangat perubahan, sebenarnya menjadi nyala yang menghancurkan dalam bentuk kekerasan dan penderitaan yang dialami oleh masyarakat Aceh.

Puisi "Nyala Aceh" karya Fikar W. Eda adalah karya yang kuat yang menggambarkan perjuangan dan penderitaan masyarakat Aceh selama konflik. Puisi ini menggunakan metafora api dan cerita individu yang mengharukan untuk menyampaikan pesan tentang harapan, pengkhianatan, dan penderitaan dalam konteks konflik yang panjang. Ini adalah puisi yang menggugah dan mengingatkan kita tentang realitas pahit konflik bersenjata.

Fikar W. Eda
Puisi: Nyala Aceh
Karya: Fikar W. Eda

Biodata Fikar W. Eda:
  • Fikar W. Eda lahir pada tanggal 8 Mei 1966 di Takengon, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.