Analisis Puisi:
Puisi "Sayap-Sayap Kita" karya Alizar Tanjung menghadirkan dunia simbolis yang kaya, penuh metafora dan repetisi yang membentuk irama tersendiri. Dengan permainan kata yang berulang, penyair seakan menegaskan kompleksitas hubungan antar manusia, terutama ketika menyangkut jarak, kebersamaan, dan perpisahan.
Tema
Tema puisi ini adalah hubungan yang dinamis antara pertemuan dan perpisahan, diwarnai simbol "sayap" sebagai representasi kebebasan, arah, dan perbedaan tujuan hidup.
Puisi ini bercerita tentang dua individu yang memiliki hubungan erat, namun menjalani perjalanan yang berbeda. Keduanya memiliki “sayap” di bagian tubuh yang berbeda—punggung dan dada—yang menjadi penanda arah terbang mereka. Pertemuan mereka bersifat sementara, seperti siklus pulang dan pergi yang tak pernah memiliki kepastian waktu. Ada keindahan dalam kebersamaan, namun juga penerimaan terhadap perbedaan ritme hidup.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah manusia sering harus menerima bahwa kebersamaan tidak selalu berarti kesamaan arah. Cinta atau hubungan yang matang bukan hanya tentang selalu bersama, tetapi tentang menghormati arah terbang masing-masing, sembari tetap menjaga benang penghubung yang membuat keduanya terhubung, meskipun berada di bumi dan langit yang berbeda.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi terasa melankolis namun juga hangat, dengan perpaduan antara kerinduan, penerimaan, dan rasa nyaman dalam siklus pulang-pergi yang menjadi bagian dari hubungan itu sendiri.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Pesan yang dapat diambil adalah pentingnya menghargai kebebasan dan perbedaan dalam hubungan. Meskipun tidak selalu berada di jalur yang sama, sebuah hubungan dapat tetap hidup jika masing-masing pihak menghargai arah perjalanan yang dipilih satu sama lain.
Imaji
Puisi ini sarat imaji visual, seperti:
- “Sayap di punggung” dan “sayap di dada” — membentuk gambaran fisik yang kuat dan unik.
- “Terbang dan menjalar ke awan” — membangkitkan citra gerak ke angkasa.
- “Bulu ranjang selalu kapas-kapas terbusai” — menghadirkan kesan lembut dan intim.
- “Benang ini bumi, ini langit” — menampilkan hubungan antara dua ruang berbeda yang dihubungkan oleh satu garis halus.
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “Sayap” sebagai lambang kebebasan, arah hidup, dan perbedaan tujuan.
- Repetisi: Pengulangan frasa seperti “kapan pergi, kapan pulang” menciptakan ritme dan penegasan.
- Personifikasi: “Sayapmu mudah berbulu” seolah sayap itu makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang.
- Simbolisme: “Bumi” dan “langit” mewakili dua dunia atau tujuan yang berbeda namun tetap terhubung.
Karya: Alizar Tanjung
Biodata Alizar Tanjung:
- Alizar Tanjung lahir pada tanggal 10 April 1987 di Solok.