Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sayap-Sayap Kita (Karya Alizar Tanjung)

Puisi "Sayap-Sayap Kita" karya Alizar Tanjung bercerita tentang dua individu yang memiliki hubungan erat, namun menjalani perjalanan yang berbeda.
Sayap-Sayap Kita
Selvi Yenti

Aku datang. Kemana pergi. Ke jalan pulang, dan aku menunggu di sana. Kapan kau datang. Kau bersayap di punggung. Aku bersayap di dada. Dada dan punggung bertemu di ranjang. Kapan bertemu. Kapan pulang. kapan pergi. “Sebab itu kita senang pulang dan pergi.” Kau pergi dengan sayap di punggung. Aku pergi dengan sayap di dada. Terbang dan menjalar ke awan. Mendarat pada landas dan cengkrama. Sebab itu kita tak saling mengabar kapan pergi, kapan pulang. “Seperti roda tak saling betemu siapa yang mendahului, siapa yang tertinggal.” Tumit kita selalu ke belakang. Kecuali saat senam pagi, tumit kita di wajah. Ujung-ujung jari kita bergerak maju. Aku naik dari sisip sayapku satu-satu, mengepak satu-satu ke bumi, sebab ia tumbuh di dada. Sayapmu mengepak ke langit. Ia tumbuh di punggung. Sayapmu mudah berbulu. Seperti bulu ranjang selalu kapas-kapas terbusai. Harum-harum sayap pertemuan. Kabarnya dari langit, kabarnya dari bumi. Selalu saja bertemu dan berbenang ini bumi, ini langit. Sayap-sayap kita terbang di antaranya.

Padang, 13 Januari 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Sayap-Sayap Kita" karya Alizar Tanjung menghadirkan dunia simbolis yang kaya, penuh metafora dan repetisi yang membentuk irama tersendiri. Dengan permainan kata yang berulang, penyair seakan menegaskan kompleksitas hubungan antar manusia, terutama ketika menyangkut jarak, kebersamaan, dan perpisahan.

Tema

Tema puisi ini adalah hubungan yang dinamis antara pertemuan dan perpisahan, diwarnai simbol "sayap" sebagai representasi kebebasan, arah, dan perbedaan tujuan hidup.

Puisi ini bercerita tentang dua individu yang memiliki hubungan erat, namun menjalani perjalanan yang berbeda. Keduanya memiliki “sayap” di bagian tubuh yang berbeda—punggung dan dada—yang menjadi penanda arah terbang mereka. Pertemuan mereka bersifat sementara, seperti siklus pulang dan pergi yang tak pernah memiliki kepastian waktu. Ada keindahan dalam kebersamaan, namun juga penerimaan terhadap perbedaan ritme hidup.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah manusia sering harus menerima bahwa kebersamaan tidak selalu berarti kesamaan arah. Cinta atau hubungan yang matang bukan hanya tentang selalu bersama, tetapi tentang menghormati arah terbang masing-masing, sembari tetap menjaga benang penghubung yang membuat keduanya terhubung, meskipun berada di bumi dan langit yang berbeda.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi terasa melankolis namun juga hangat, dengan perpaduan antara kerinduan, penerimaan, dan rasa nyaman dalam siklus pulang-pergi yang menjadi bagian dari hubungan itu sendiri.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan yang dapat diambil adalah pentingnya menghargai kebebasan dan perbedaan dalam hubungan. Meskipun tidak selalu berada di jalur yang sama, sebuah hubungan dapat tetap hidup jika masing-masing pihak menghargai arah perjalanan yang dipilih satu sama lain.

Imaji

Puisi ini sarat imaji visual, seperti:
  • “Sayap di punggung” dan “sayap di dada” — membentuk gambaran fisik yang kuat dan unik.
  • “Terbang dan menjalar ke awan” — membangkitkan citra gerak ke angkasa.
  • “Bulu ranjang selalu kapas-kapas terbusai” — menghadirkan kesan lembut dan intim.
  • “Benang ini bumi, ini langit” — menampilkan hubungan antara dua ruang berbeda yang dihubungkan oleh satu garis halus.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: “Sayap” sebagai lambang kebebasan, arah hidup, dan perbedaan tujuan.
  • Repetisi: Pengulangan frasa seperti “kapan pergi, kapan pulang” menciptakan ritme dan penegasan.
  • Personifikasi: “Sayapmu mudah berbulu” seolah sayap itu makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang.
  • Simbolisme: “Bumi” dan “langit” mewakili dua dunia atau tujuan yang berbeda namun tetap terhubung.

Alizar Tanjung
Puisi: Sayap-Sayap Kita
Karya: Alizar Tanjung

Biodata Alizar Tanjung:
  • Alizar Tanjung lahir pada tanggal 10 April 1987 di Solok.
© Sepenuhnya. All rights reserved.