Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Seperti Pelajaran Biologi yang Sering Indah (Karya A. Muttaqin)

Puisi "Seperti Pelajaran Biologi yang Sering Indah" karya A. Muttaqin bercerita tentang seorang lelaki mandul yang hidupnya seakan-akan menyatu ...
Seperti Pelajaran Biologi
Yang Sering Indah
Dan Terbata-bata

Seperti itu, aku bertemu lelaki mandul yang suka

menanam bunga. Di kepala lelaki itu tumbuh sepasang jamur kuno, dan matanya ditumbuhi semak-semak putih. Dari semak itu, buah-buah mungil matang sendiri. Bibir lelaki itu seperti daun gembili yang gatal dan memanjang, komat-kamit menyebuti

langit dan cinta wingit.

Senyumnya yang masih basah

diberikan pada kumbang dan burung-burung yang ahli lubang. Seperti pohon besar, lelaki itu sungguh sabar. Kulitnya yang tua, jadi sarang semut yang memanjang di batang tubuhnya yang kerontang. Burung-burung yang sering bersahut siul di rantingnya kerap membuat dia tertidur. Dalam mimpinya, lelaki itu selalu bertemu telur-telur.

2009

Analisis Puisi:

Puisi "Seperti Pelajaran Biologi yang Sering Indah" karya A. Muttaqin merupakan salah satu karya yang sarat dengan metafora, penuh dengan imaji alam, dan menyajikan pembacaan yang kompleks antara realitas biologis dengan simbol-simbol kehidupan. Melalui larik-lariknya, penyair menghadirkan gambaran yang tak hanya bersifat fisik, tetapi juga sarat dengan makna filosofis dan emosional.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kehidupan, kesabaran, dan keterhubungan manusia dengan alam. Penyair menggunakan tokoh “lelaki mandul” sebagai pusat imaji untuk menyingkap keterbatasan biologis, lalu membingkainya dengan kekuatan alam yang terus tumbuh dan memberi kehidupan.

Puisi ini bercerita tentang seorang lelaki mandul yang hidupnya seakan-akan menyatu dengan alam. Dari kepalanya tumbuh jamur, dari matanya muncul semak-semak putih dengan buah mungil, dan tubuhnya dipenuhi kehidupan flora serta fauna. Lelaki itu, meskipun mandul secara biologis, justru melahirkan kesuburan lain: bunga, burung, semut, dan kehidupan kecil lainnya. Ia menjadi representasi pohon besar yang rindang, sabar, dan tetap memberi meskipun tubuhnya kerontang.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa kesuburan tidak selalu dilihat dari kemampuan biologis untuk melahirkan keturunan. Lelaki mandul dalam puisi justru menghadirkan kesuburan dalam bentuk lain: memberikan kehidupan bagi alam, memberi tempat bagi makhluk kecil, serta menjadi bagian penting dalam siklus kehidupan. Penyair ingin menunjukkan bahwa ada banyak cara manusia bisa “berbuah” dan memberi manfaat, bahkan di luar batas-batas biologis.

Selain itu, puisi ini juga menyiratkan pesan tentang penerimaan diri. Lelaki itu, meski tidak memiliki kemampuan reproduktif, justru digambarkan sabar dan penuh ketenangan, seakan menemukan makna lain dari keberadaan dirinya melalui harmoni dengan alam.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini terasa puitis, tenang, sekaligus penuh keajaiban. Imaji-imaji biologis yang digunakan penyair menciptakan kesan surealis: tubuh manusia yang bercampur dengan pohon, semut, burung, dan telur. Ada rasa kagum terhadap keindahan yang muncul dari sesuatu yang tidak biasa, juga nuansa kesunyian yang damai ketika lelaki itu tertidur dalam mimpinya.

Amanat / pesan yang disampaikan puisi

Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa manusia tidak seharusnya hanya dinilai dari satu aspek, seperti kesuburan atau kemandulan biologis. Setiap individu memiliki cara masing-masing untuk memberi manfaat, berbuah, dan menjadi bagian dari kehidupan yang lebih luas. Puisi ini juga menekankan pentingnya kesabaran dan kerendahan hati dalam menghadapi keterbatasan diri.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji alam dan tubuh.
  • Visual: “jamur kuno tumbuh di kepala”, “mata ditumbuhi semak-semak putih”, “kulitnya jadi sarang semut”.
  • Auditori: “burung-burung bersahut siul”.
  • Taktil: “bibir seperti daun gembili yang gatal”.
  • Kinestetik: “buah-buah mungil matang sendiri”, “burung-burung membuat dia tertidur”.
Imaji-imaji ini menciptakan percampuran antara tubuh manusia dengan lanskap biologis, sehingga menghadirkan gambaran surealis namun tetap hidup.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: Lelaki mandul disamakan dengan pohon besar, sabar, kerontang tetapi tetap memberi kehidupan.
  • Personifikasi: Bibir lelaki yang “komat-kamit menyebuti langit dan cinta wingit”.
  • Simbolisme: Jamur, semak, burung, dan telur melambangkan kesuburan, regenerasi, serta siklus kehidupan.
  • Hiperbola: Tubuh lelaki yang dipenuhi dengan kehidupan flora dan fauna, sebuah gambaran berlebih untuk menegaskan harmoni antara manusia dan alam.
Puisi "Seperti Pelajaran Biologi yang Sering Indah" karya A. Muttaqin menghadirkan pembacaan yang unik: bagaimana keterbatasan biologis seseorang justru dapat menyingkap kesuburan dalam bentuk lain. Dengan bahasa puitis, imaji alam yang kuat, serta simbol-simbol biologis yang dipersonifikasikan, penyair ingin menegaskan bahwa hidup selalu punya cara untuk terus bertumbuh.

A. Muttaqin
Puisi: Seperti Pelajaran Biologi yang Sering Indah
Karya: A. Muttaqin

Biodata A. Muttaqin:
  • A. Muttaqin lahir pada tanggal 11 Maret 1983 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.