Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Serenade Pantai (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Serenade Pantai" karya Wayan Jengki Sunarta bercerita tentang seorang penyair yang merenung di tepi pantai bersama sosok yang dicintainya.
Serenade Pantai

buih ombak mendesah
di ujung jemari kakimu
sampan-sampan
tampak murung dan kelam

lelampu di kejauhan tatap mata
diam-diam mencuri
kemilau cahaya dari jiwamu
yang serupa mercusuar
menggoda para nakhoda

helai-helai daun waru menggugurkan diri
cemburu pada rambutmu yang tergerai
di tengah resah angin pantai

di sepanjang malam
kelam beringsut perlahan
kau menyusuri kenang demi kenang
hingga ujung penghabisan kata

aku cemburu pada pita di rambutmu
aku cemburu pada gincu di manis bibirmu
aku cemburu pada goresan hitam di garis matamu
aku cemburu pada pupur tipis di wajahmu
aku cemburu pada bintang-bintang
yang memberkati ubun-ubunmu dengan kilau cahaya

sekaleng bir belum tandas
sebutir pasir tersentuh ujung lidahku
kau tertawa
sembari mencecap segetir kehidupan

aku terdiam
menatap kelam lautan
mengurai masa silam
menerka masa depan
di kedalaman matamu

namun, belum juga
kutemukan jawaban

Analisis Puisi:

Puisi berjudul "Serenade Pantai" karya Wayan Jengki Sunarta merupakan sebuah karya yang memadukan keindahan panorama laut dengan gejolak batin seorang penyair. Melalui bait-baitnya, pembaca diajak menyelami hubungan antara suasana pantai, kenangan, dan pergulatan perasaan cinta yang penuh dengan kerinduan, kecemburuan, dan pencarian makna.

Tema

Tema utama puisi ini adalah cinta yang dipadukan dengan lanskap alam pantai. Laut, ombak, daun waru, bintang-bintang, dan elemen alam lain bukan hanya latar, melainkan hadir sebagai cermin bagi kegelisahan hati penyair. Rasa cinta yang penuh kerinduan, kecemburuan, dan pencarian jawaban menjadi inti dari tema puisi ini.

Puisi ini bercerita tentang seorang penyair yang merenung di tepi pantai bersama sosok yang dicintainya. Di tengah desah ombak, kilau lampu, hingga hembusan angin, ia menumpahkan rasa cinta yang rumit: kagum sekaligus cemburu. Ia membandingkan keindahan alam dengan keanggunan sang kekasih, bahkan menyatakan cemburu pada hal-hal kecil seperti pita rambut, gincu, hingga cahaya bintang yang seolah turut menyentuh orang yang dicintainya. Namun, di balik semua itu, ada kegelisahan yang tak terjawab—tentang masa silam, masa depan, dan perasaan yang mungkin belum sepenuhnya pasti.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah perasaan cinta sering kali menyisakan kegelisahan, kerinduan, dan pertanyaan yang tak terjawab. Pantai dalam puisi ini menjadi metafora dari kehidupan: indah namun getir, menenangkan namun menyimpan gelombang. Dengan kata lain, puisi ini menyampaikan bahwa cinta bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang rasa cemburu, ketidakpastian, dan pencarian makna.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah melankolis, romantis, dan penuh renungan. Ada keindahan malam pantai yang digambarkan dengan detail, tetapi juga terselip rasa getir, cemburu, dan kegelisahan. Pembaca diajak larut dalam kesunyian malam yang ditemani oleh bunyi ombak, cahaya lampu, hingga bir yang getir—semuanya menggambarkan suasana batin yang campur aduk antara cinta dan keresahan.

Amanat / Pesan

Amanat yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa cinta adalah perjalanan yang penuh warna: indah namun rumit, manis namun getir. Dalam cinta, kita mungkin merasa cemburu pada hal-hal kecil, bahkan pada alam semesta yang seolah memberkati orang yang kita cintai. Namun, dari rasa itulah kita belajar memahami ketulusan dan makna mendalam dari hubungan.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji visual, auditori, dan kinestetik.
  • Imaji visual: “helai-helai daun waru menggugurkan diri”, “bintang-bintang yang memberkati ubun-ubunmu dengan kilau cahaya”.
  • Imaji auditori: “buih ombak mendesah”, “sembari mencecap segetir kehidupan”.
  • Imaji kinestetik: “menyusuri kenang demi kenang”, “menatap kelam lautan, mengurai masa silam, menerka masa depan”.
Imaji ini membuat pembaca seolah benar-benar merasakan suasana pantai di malam hari dan pergulatan batin penyair.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi – “buih ombak mendesah di ujung jemari kakimu”, seolah ombak memiliki perasaan.
  • Metafora – “jiwamu yang serupa mercusuar”, membandingkan jiwa dengan mercusuar yang memberi cahaya dan arah.
  • Hiperbola – “aku cemburu pada bintang-bintang yang memberkati ubun-ubunmu”, melebih-lebihkan rasa cemburu pada cahaya bintang.
  • Repetisi – pengulangan kata “aku cemburu” yang menekankan intensitas perasaan.
Puisi "Serenade Pantai" karya Wayan Jengki Sunarta adalah gambaran bagaimana pantai menjadi saksi bisu bagi pergulatan cinta manusia. Dengan tema cinta yang dilukiskan lewat alam, puisi ini bercerita tentang keindahan sekaligus kegelisahan perasaan. Melalui makna tersiratnya, pembaca diajak memahami bahwa cinta tak selalu sederhana; ia mengandung kerinduan, cemburu, dan pencarian makna. Imaji dan majas yang kaya membuat puisi ini hidup, menghadirkan suasana romantis sekaligus melankolis yang menyentuh batin pembaca.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Serenade Pantai
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.