Analisis Puisi:
Puisi "Balada Angalai Riwu Ga" karya Diah Hadaning merupakan sebuah karya yang menautkan antara kenangan, tanah kelahiran, dan semangat kebangsaan. Dengan menyebut nama Riwu Ga, penyair seolah menghadirkan figur simbolis yang mewakili kerinduan, kesetiaan, dan pengorbanan seorang anak bangsa dari wilayah timur Indonesia. Melalui bahasa yang sederhana namun penuh nuansa historis, puisi ini menghadirkan refleksi tentang cinta tanah air yang tidak lekang oleh waktu.
Tema
Tema utama puisi ini adalah cinta tanah air, kerinduan pada masa lalu, dan semangat kemerdekaan yang hidup di hati anak negeri meski jauh dari pusat kekuasaan.
Puisi ini bercerita tentang sosok Riwu Ga yang hidup dalam kerinduan pada tanah kelahirannya di pulau timur yang gersang, di tengah ladang jagung dan desa sederhana. Riwu Ga mengenang masa lalu, dari segelas air dingin bercampur kapur sebagai simbol kesederhanaan hingga semangat yang diwariskan oleh para pejuang. Ia tetap setia pada Indonesia meski hidup jauh dari hiruk pikuk Jakarta, karena kemerdekaan telah menyatu dengan jiwanya.
Makna tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah pesan tentang keberagaman Indonesia yang tidak hanya berpusat pada Jakarta, tetapi juga tumbuh dari daerah-daerah jauh di timur. Puisi ini menegaskan bahwa semangat kemerdekaan dan nasionalisme tidak mengenal batas geografis. Cinta tanah air bisa lahir dari kesederhanaan, dari ladang jagung hingga desa yang sunyi.
Suasana dalam puisi
Suasana yang tergambar dalam puisi ini adalah melankolis, penuh kerinduan, sekaligus menggetarkan dengan semangat kebangsaan. Ada rasa sepi dan gersang dari alam timur, tetapi juga kehangatan dan kebanggaan karena masih ada getar cinta tanah air yang tulus.
Amanat / pesan yang disampaikan
Pesan yang ingin disampaikan penyair adalah bahwa cinta tanah air harus tetap terjaga di mana pun berada, meskipun jauh dari pusat perhatian bangsa. Kesetiaan pada tanah kelahiran dan kemerdekaan adalah bentuk cinta paling luhur.
Imaji
Puisi ini menghadirkan beberapa imaji yang kuat:
- Imaji visual: “jalan Macadam sayup-sayup di ujung mata,” “ladang jagung di daratan senyap,” menghadirkan gambaran desa yang sederhana dan gersang.
- Imaji perasaan: kerinduan Riwu Ga pada masa lalu, kesetiaan pada tanah kelahiran, dan kebanggaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
- Imaji simbolis: “segelas air dingin dicampur sejumput kapur” menjadi simbol kesederhanaan hidup sekaligus kekuatan untuk melanjutkan perjuangan.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – “getar sukma kemerdekaan” melambangkan semangat nasionalisme yang menggetarkan jiwa.
- Personifikasi – “desa depe tumpah darah adalah jantung sabu” menggambarkan tanah kelahiran seolah memiliki jantung yang berdetak.
- Simbolisme – merah putih, segelas air dingin, dan ladang jagung menjadi simbol kesetiaan, kesederhanaan, dan kehidupan rakyat.
- Repetisi – pengulangan nama “Riwu Ga” untuk menekankan peran figur ini sebagai pusat kerinduan dan simbol kebangsaan.
Puisi "Balada Angalai Riwu Ga" karya Diah Hadaning adalah sebuah refleksi tentang cinta tanah air dari sudut pandang seorang anak negeri di wilayah timur Indonesia. Melalui sosok Riwu Ga, penyair menegaskan bahwa semangat nasionalisme tidak hanya milik pusat, tetapi juga milik daerah yang sederhana dan jauh dari sorotan. Dengan imaji yang kuat dan majas yang sarat makna, puisi ini mengajarkan bahwa kesetiaan dan cinta pada bangsa adalah warisan abadi yang tak lekang oleh waktu.

Puisi: Balada Angalai Riwu Ga
Karya: Diah Hadaning