Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Baru Kali Ini (Karya Roman Adiwijaya)

Puisi ini merupakan refleksi personal yang sarat dengan pergulatan batin, terutama ketika suara kritis berhadapan dengan risiko kehilangan sesuatu ...

Baru Kali Ini


Baru kali ini aku mengalami
Diriku takut, gentar, takut bersuara
Bukan takut dipenjara
Tapi takut kehilangan keluarga

Kritik objektifku rupanya menjadi pintu nestapa hati
Tak ingin 'ku mengguyur kepada api yang tengah membara
Yang kuingin mengecilkan api itu dengan bernego atau debat dengan kepala dingin

Catatan:
Puisi ini dikirim tanpa judul.

Analisis Puisi:

Puisi ini merupakan refleksi personal yang sarat dengan pergulatan batin, terutama ketika suara kritis berhadapan dengan risiko kehilangan sesuatu yang paling berharga: keluarga. Dalam puisi ini, penyair menyingkap ketegangan antara keberanian menyampaikan kritik dan rasa takut akan konsekuensinya.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah ketakutan, dilema keberanian, dan prioritas keluarga di atas segalanya. Penyair menegaskan bahwa bukan penjara yang menakutkan, melainkan kehilangan orang-orang tercinta.

Puisi ini bercerita tentang seorang individu yang ingin menyuarakan kritik secara objektif, tetapi harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kritik bisa menimbulkan nestapa dan ancaman. Ia berada di persimpangan: antara berani bersuara atau memilih meredam demi menjaga keutuhan keluarga.

Makna Tersirat

Ada beberapa makna tersirat dalam puisi ini:
  • Keberanian bicara di ruang publik sering membawa risiko – kritik, meski objektif, tetap bisa menimbulkan konflik.
  • Keluarga menjadi prioritas utama – penyair menempatkan keselamatan dan keberadaan keluarga di atas kebebasan menyuarakan pendapat.
  • Pentingnya dialog dan negosiasi – dibandingkan memperbesar api konflik, penyair ingin menyelesaikan masalah dengan “kepala dingin”.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang tercermin dalam puisi ini adalah tegang, gelisah, dan penuh keraguan. Ada nuansa gentar yang kuat, namun diimbangi dengan keinginan mencari jalan damai.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini memberi pesan bahwa:
  • Kritik perlu disampaikan dengan bijaksana agar tidak memicu perpecahan.
  • Keluarga adalah harta paling berharga sehingga setiap tindakan harus mempertimbangkan dampaknya pada orang-orang terdekat.
  • Dialog dan negosiasi lebih baik daripada memperbesar konflik, karena api masalah bisa padam dengan kepala dingin, bukan dengan amarah.

Imaji

Imaji dalam puisi ini cukup sederhana namun kuat:
  • Imaji rasa takut: “Diriku takut, gentar, takut bersuara.”
  • Imaji api: digunakan untuk menggambarkan konflik yang membara.
  • Imaji debat dengan kepala dingin: menggambarkan keinginan untuk mencari jalan keluar yang damai.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – “api yang tengah membara” menggambarkan konflik atau permasalahan yang sedang panas.
  • Repetisi – pengulangan kata “takut” untuk menekankan perasaan gentar yang mendominasi batin penyair.
  • Personifikasi – kritik digambarkan sebagai sesuatu yang bisa menjadi “pintu nestapa hati”.
Puisi ini menyajikan pergulatan batin seorang individu yang dihadapkan pada dilema: berani bersuara atau menjaga keluarga. Dengan bahasa yang lugas namun penuh makna, puisi ini mengingatkan bahwa keberanian sejati bukan hanya soal melawan, tetapi juga tentang memilih jalan yang tepat demi kebaikan orang-orang yang kita cintai.

Roman Adiwijaya
Puisi: Baru Kali Ini
Karya: Roman Adiwijaya

Biodata Roman Adiwijaya:
  • Roman Adiwijaya saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Terbuka, Prodi Ilmu Hukum.
© Sepenuhnya. All rights reserved.