Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bermain Bola (Karya A. Muttaqin)

Puisi "Bermain Bola" karya A. Muttaqin bercerita tentang Forrest Gump yang bermain bola dengan cara yang tidak biasa. Ia tidak memiliki ...
Bermain Bola

Sejak Forrest Gump mengenal Gendon
siswa asal Jawa di sekolah itu
ia tahu bedanya suling dan harmonika.
Dari Gendon pula Forrest Gump tahu
bahwa football bukan bal-balan.

Dengan dengkul tebal dan badan gempal
Forrest memang tak jago menggiring
maupun menggoreng bola.

Seperti kerbau mabuk
Forrest Gump menabrak dan menginjak apa saja
termasuk para gelandang
kubu penyerang
bagian bek
sang kiper
dan jaring gawang

Ia tabrak pula hakim garis
wasit yang sengit meniup semprit
dan tembok-tembok
di mana iklan dan polisi dipasang.

Sambil mengangkat dua jempol
Gendon menyebut Forrest Gump
sebagai pendekar bal-balan.

Forrest Gump mengangguk bangga
dan Gendon teringat kerbau kakeknya
yang dulu dipermainkan lalat-lalat
saat berkubang.

2016

Analisis Puisi:

Puisi "Bermain Bola" karya A. Muttaqin menghadirkan kisah unik dengan tokoh Forrest Gump—sebuah rujukan kultural dari film terkenal—yang ditempatkan dalam suasana permainan bola. Melalui gaya bertutur yang humoris, lugas, sekaligus penuh sindiran, penyair menyajikan gambaran tentang permainan yang bukan hanya soal teknik, tetapi juga soal perilaku, absurditas, dan simbol kehidupan.

Tema

Tema puisi ini adalah permainan sepak bola sebagai cermin perilaku manusia. Penulis tidak hanya menyoroti aksi tokoh Forrest Gump dalam bermain bola, tetapi juga menyiratkan kritik sosial mengenai ketidakberaturan, kelucuan, dan kekacauan yang bisa terjadi dalam kehidupan.

Puisi ini bercerita tentang Forrest Gump yang bermain bola dengan cara yang tidak biasa. Ia tidak memiliki keterampilan menggiring bola, justru menabrak apa saja yang ada di hadapannya—mulai dari gelandang, penyerang, kiper, bahkan wasit dan tembok iklan. Gendon, temannya asal Jawa, justru mengaguminya dan menyebutnya sebagai “pendekar bal-balan”. Gambaran ini menghadirkan ironi sekaligus kelucuan yang khas.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa permainan dan kehidupan tidak selalu berjalan dengan rapi dan ideal, kadang justru dipenuhi kekacauan dan keanehan yang mengundang tawa. Forrest Gump dilukiskan sebagai sosok yang tidak mahir, namun tetap bangga dengan dirinya. Hal ini bisa ditafsirkan sebagai kritik terhadap orang-orang yang kurang kompeten tetapi tetap dielu-elukan, atau sebagai gambaran bahwa keberanian kadang lebih dihargai daripada keterampilan.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini terasa humoris, ironis, sekaligus satir. Kelucuan muncul dari tindakan Forrest Gump yang menabrak semua orang tanpa terkendali, sementara ironi lahir dari kenyataan bahwa aksinya justru dipuji oleh temannya. Ada nuansa sindiran yang halus terhadap realitas sosial, di mana kekacauan kadang justru dianggap sebagai kehebatan.

Amanat / Pesan yang disampaikan puisi

Pesan yang dapat dipetik dari puisi ini adalah bahwa dalam hidup, kehebatan tidak selalu diukur dari kemampuan teknis, tetapi juga dari bagaimana seseorang membawa dirinya dengan percaya diri. Namun, ada pula pesan satir bahwa masyarakat sering kali salah menilai: yang sebenarnya kurang pantas justru dipuji, sementara nilai sejati terabaikan.

Imaji

Puisi ini penuh dengan imaji yang kuat, terutama visual dan gerak:
  • Visual: “menabrak dan menginjak apa saja”, “termasuk para gelandang, kubu penyerang, bagian bek, sang kiper, dan jaring gawang” menghadirkan adegan yang hidup dan kocak.
  • Gerak: gambaran “seperti kerbau mabuk” menghadirkan imaji pergerakan kacau, liar, dan lucu.
  • Auditori: bunyi semprit wasit menambah detail suasana pertandingan.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Simile (perbandingan) – “Seperti kerbau mabuk” membandingkan gaya bermain Forrest Gump dengan kerbau yang kacau.
  • Hiperbola – gambaran menabrak semua pemain hingga wasit dan tembok iklan berlebihan, namun menimbulkan efek humoris.
  • Ironi – pujian Gendon yang menyebut Forrest Gump sebagai “pendekar bal-balan” justru memperlihatkan kontradiksi dengan kenyataan bahwa ia bermain kacau.
  • Metafora – “pendekar bal-balan” menjadi simbol penghormatan palsu yang tidak sesuai dengan kemampuan nyata.
Puisi "Bermain Bola" karya A. Muttaqin merupakan karya yang memadukan humor, ironi, dan kritik sosial. Dengan menjadikan Forrest Gump sebagai tokoh utama, penyair berhasil menghadirkan permainan bola sebagai cermin kehidupan—penuh kekacauan, absurditas, tetapi tetap mengandung makna. Tema tentang sepak bola dijadikan pintu masuk untuk berbicara lebih luas tentang bagaimana masyarakat sering salah menilai, mengagungkan sesuatu yang justru tidak layak dipuji. Imaji yang kuat dan majas yang segar memperkuat daya tarik puisi ini sebagai satir sosial yang dikemas secara ringan dan jenaka.

A. Muttaqin
Puisi: Bermain Bola
Karya: A. Muttaqin

Biodata A. Muttaqin:
  • A. Muttaqin lahir pada tanggal 11 Maret 1983 di Gresik, Jawa Timur.
© Sepenuhnya. All rights reserved.