Analisis Puisi:
Puisi "Denpasar" karya Wayan Jengki Sunarta adalah karya yang menyingkap wajah kota dengan sentuhan personal dan emosional. Melalui larik-lariknya, penyair menghadirkan Denpasar bukan sekadar ruang geografis, tetapi sebagai ruang batin, tempat kenangan, cinta, dan kegelisahan berpadu. Bahasa metaforis yang digunakan memperlihatkan percampuran antara tubuh kota dengan tubuh manusia, menjadikan puisi ini kaya akan simbol dan makna.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kota Denpasar sebagai ruang kenangan, cinta, dan kegelisahan batin. Kota digambarkan dengan metafora tubuh perempuan dan kisah percintaan, sehingga memberi nuansa personal, sensual, dan emosional.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan batin penyair dalam memandang Denpasar. Kota tidak hanya ditampilkan sebagai ruang fisik dengan toko-toko tua dan jalan Gajah Mada, melainkan juga sebagai tubuh perempuan yang penuh gairah. Di dalamnya ada kenangan percintaan, resah lapar penyair, dan gambaran kota yang renta di bawah jembatan cinta.
Makna Tersirat
Makna tersirat puisi ini adalah perpaduan antara ruang kota dan ruang batin manusia. Denpasar menjadi simbol tempat perjumpaan antara cinta, kenangan, sekaligus kegelisahan eksistensial. Tubuh perempuan dalam puisi ini tidak hanya sekadar sensualitas, tetapi juga representasi dari kota yang penuh kehidupan, kerentaan, dan kenangan yang melekat.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini menghadirkan nuansa intim, romantis, sekaligus melankolis. Ada kehangatan dalam percintaan dan kenangan, tetapi juga terasa bayangan kerentaan kota yang semakin tua.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang bisa ditangkap adalah ajakan untuk melihat kota bukan hanya dari sisi fisiknya, melainkan juga dari sisi kemanusiaan dan batinnya. Kota menyimpan sejarah, kenangan, bahkan cinta yang menjadi bagian dari perjalanan hidup manusia.
Imaji
Puisi ini dipenuhi imaji visual dan sensual:
- Visual: “toko toko tua anyaman pengembara”, “jalan gajah mada menggeliat” menghadirkan Denpasar sebagai kota yang penuh jejak sejarah.
- Sensual: “di lekuk lekuk tubuh betinaku yang gairah” menghidupkan kota sebagai tubuh perempuan penuh kehidupan.
- Imaji rasa: “dalam adonan kasih soto babat yang melabuhkan resah lapar penyair” menghadirkan perpaduan antara kebutuhan jasmani dan rohani.
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: kota dipersonifikasikan sebagai tubuh perempuan (“di lekuk lekuk tubuh betinaku yang gairah”).
- Personifikasi: jalan Gajah Mada digambarkan “menggeliat”, seolah hidup dan bergerak.
- Simbolisme: “jembatan cinta” melambangkan ruang kenangan dan hubungan batin.
- Hiperbola: penggambaran kota yang “melulur tubuh kenangan betinaku” memberi kesan berlebihan namun puitis.
Puisi "Denpasar" karya Wayan Jengki Sunarta menghadirkan wajah kota yang tidak biasa: Denpasar sebagai tubuh perempuan, ruang percintaan, dan kenangan yang melekat dalam batin penyair. Melalui tema cinta dan kota, makna tersiratnya mengajak pembaca melihat Denpasar sebagai ruang yang hidup, penuh sejarah, sekaligus menyimpan kerentaan. Imaji yang kuat dan majas yang ekspresif menjadikan puisi ini bukan sekadar potret kota, melainkan juga potret batin manusia yang tinggal di dalamnya.
Karya: Wayan Jengki Sunarta
Biodata Wayan Jengki Sunarta:
- Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
