Di Balik Senyuman Itu
Di balik senyuman anak-anak yang menerima makan bergizi,
tersimpan kisah para pejuang sunyi,
yang tak kenal lelah menyiapkan cinta dalam piring-piring kecil.
Pagi bertemu pagi, mereka berdiri tegap
di balik ruang penuh steril,
tempat setiap suapan dipersiapkan
dengan kasih yang tak terlihat,
namun terasa dalam mata polos anak-anak yang sabar menanti.
Mereka bukan sekadar memasak,
mereka meracik harapan,
mencampur doa dalam setiap sendok sayur,
menghidangkan masa depan
dengan tangan yang tak pernah menuntut pamrih.
Namun ketika mereka tengah berjuang,
Terdengar suara bising menusuk telinga:
"Untuk apa ini semua? Bukankah hanya buang anggaran?"
Tapi hati mereka telah kebal oleh cinta,
oleh tatapan tulus anak-anak yang menanti dengan senyum tak berdosa.
Suara-suara itu, mereka anggap seperti mantan yang tak paham arti cinta: berisik,
tapi tak berarti.
Karena mereka tahu,
apa yang tumbuh dari kasih,
takkan pernah sia-sia.
2025
Analisis Puisi:
Puisi "Di Balik Senyuman Itu" karya Geovaldus Rivaldo Jehali menghadirkan potret kehidupan para relawan yang bekerja tanpa pamrih demi menghadirkan kebahagiaan bagi anak-anak. Lewat diksi sederhana namun sarat makna, penyair melukiskan semangat, pengorbanan, serta cinta kasih yang tersembunyi di balik kerja-kerja sunyi. Puisi ini bukan hanya ungkapan rasa, tetapi juga dokumentasi emosional tentang dedikasi para pejuang yang kerap luput dari perhatian publik.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah ketulusan perjuangan relawan dalam memberikan cinta dan harapan melalui kerja sosial. Senyuman anak-anak yang menerima makanan bergizi menjadi simbol keberhasilan kecil dari sebuah perjuangan besar yang tidak selalu mendapat apresiasi. Tema ini menyentuh sisi kemanusiaan, yakni bagaimana cinta bisa diwujudkan dalam bentuk yang sederhana, namun berdampak besar bagi masa depan.
Puisi ini bercerita tentang para relawan yang bekerja di balik layar, menyiapkan makanan bergizi untuk anak-anak dengan penuh cinta dan tanpa pamrih. Mereka berdiri tegap setiap pagi, mengolah makanan bukan hanya dengan bahan, tetapi juga dengan doa dan harapan. Namun, perjuangan ini tidak selalu mudah. Di luar sana, ada suara-suara sinis yang meremehkan usaha mereka, menganggapnya sia-sia atau hanya pemborosan anggaran. Meski begitu, para relawan tetap teguh, karena mereka yakin bahwa apa yang tumbuh dari kasih tidak akan pernah sia-sia.
Makna tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa cinta dan ketulusan selalu memiliki kekuatan untuk melawan keraguan, cemoohan, dan kritik yang tak membangun. Penyair ingin menunjukkan bahwa di balik sesuatu yang tampak sederhana—seperti menyiapkan makanan untuk anak-anak—tersimpan nilai yang sangat besar: membangun masa depan bangsa melalui generasi muda.
Selain itu, puisi ini juga menyiratkan bahwa kerja sosial sering kali diremehkan, namun senyum tulus anak-anak adalah bukti nyata bahwa perjuangan itu tidak pernah sia-sia.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini bergerak dari haru, kagum, hingga penuh semangat dan optimisme. Pada bagian awal, suasana yang dihadirkan adalah ketenangan dan kasih sayang saat para relawan menyiapkan makanan. Kemudian suasana berubah sedikit tegang saat muncul suara-suara yang meremehkan. Namun, di akhir, suasana kembali kuat dan optimis, ditutup dengan keyakinan bahwa cinta selalu berbuah kebaikan.
Amanat / Pesan yang disampaikan
Amanat dari puisi ini adalah bahwa setiap kebaikan yang dilakukan dengan cinta tidak akan pernah sia-sia, meskipun terkadang mendapat cemoohan atau dianggap tidak penting oleh sebagian orang. Penyair ingin menyampaikan bahwa kerja sosial dan kerelawanan adalah bentuk cinta yang nyata dan tulus.
Pesan lain yang bisa ditarik adalah ajakan untuk menghargai para relawan yang bekerja dengan senyap, karena hasil perjuangan mereka memberi dampak besar bagi kehidupan orang lain, terutama anak-anak.
Imaji
Puisi ini menggunakan banyak imaji yang membantu pembaca merasakan langsung suasana yang digambarkan. Misalnya:
- Imaji visual: “di balik senyuman anak-anak yang menerima makan bergizi”, menghadirkan gambaran wajah polos penuh syukur.
- Imaji perasaan: “mereka meracik harapan, mencampur doa dalam setiap sendok sayur”, yang menghadirkan kehangatan batin dan ketulusan.
- Imaji pendengaran: “terdengar suara bising menusuk telinga”, yang membuat pembaca merasakan gangguan nyata dari suara-suara sinis di sekitar.
Imaji ini memperkuat daya hidup puisi, sehingga pembaca bisa ikut menyelami pengalaman emosional para relawan.
Majas
Beberapa majas yang tampak menonjol dalam puisi ini antara lain:
Metafora:
- “mereka meracik harapan, mencampur doa dalam setiap sendok sayur” → makanan digambarkan sebagai simbol harapan dan doa.
- “menghidangkan masa depan dengan tangan yang tak pernah menuntut pamrih” → masa depan dipersonifikasikan seolah bisa dihidangkan di atas piring.
Personifikasi:
- “kasih yang tak terlihat, namun terasa dalam mata polos anak-anak” → kasih digambarkan memiliki wujud yang bisa dirasakan.
Perbandingan hiperbolis:
- “suara-suara itu, mereka anggap seperti mantan yang tak paham arti cinta: berisik, tapi tak berarti” → perbandingan yang hiperbolis dan satir, menggambarkan keteguhan hati relawan menghadapi kritik.
Puisi "Di Balik Senyuman Itu" karya Geovaldus Rivaldo Jehali adalah sebuah karya yang menyuarakan semangat kerelawanan, ketulusan, dan kekuatan cinta dalam menghadapi cemoohan. Dengan tema yang kuat, imaji yang hidup, serta majas yang menyentuh, puisi ini bukan hanya bacaan, melainkan juga refleksi tentang bagaimana kita memandang kerja sosial. Dari balik senyuman anak-anak, pembaca diajak untuk memahami bahwa perjuangan yang dilakukan dengan cinta, sekecil apa pun, akan selalu bermakna besar.
Karya: Geovaldus Rivaldo Jehali
Biodata Geovaldus Rivaldo Jehali:
- Geovaldus Rivaldo Jehali adalah seorang relawan yang aktif di MBG Dapur Merdeka Kupang.