Analisis Puisi:
Umbu Landu Paranggi, salah satu maestro sastra Indonesia yang dijuluki Presiden Malioboro, dikenal dengan gaya puisinya yang reflektif, spiritual, dan sederhana namun sarat makna. Dalam puisinya berjudul “Doa Waktu Hendak Tidur”, ia mengekspresikan kerendahan hati manusia di hadapan Tuhan. Dengan bahasa yang jernih dan penuh kesyahduan, Umbu menghadirkan pengalaman spiritual yang akrab dalam kehidupan sehari-hari.
Tema
Tema puisi ini adalah doa dan penyerahan diri manusia kepada Tuhan. Lewat doa menjelang tidur, penyair menggambarkan betapa manusia membutuhkan perlindungan Ilahi dalam menghadapi kesunyian malam sekaligus kekuatan baru untuk menjalani hari esok.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang hendak beristirahat setelah lelah bekerja sepanjang hari. Ia mengangkat doa kepada Tuhan — disebut dengan sebutan akrab “bapa” — memohon perlindungan sepanjang malam dari segala kengerian, serta meminta kekuatan untuk bangun kembali di pagi hari dengan semangat baru.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah pengakuan manusia akan keterbatasannya. Tubuh yang lelah, mata yang perih, dan malam yang sepi mengingatkan bahwa manusia membutuhkan perlindungan dari sesuatu yang lebih besar daripada dirinya. Doa yang sederhana ini menunjukkan bagaimana spiritualitas menjadi sandaran dalam menghadapi rasa lelah, bahaya, dan ketidakpastian hidup. Selain itu, puisi ini juga menyinggung pentingnya rasa syukur dan semangat kerja sebagai bagian dari pengabdian manusia di dunia.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi terasa khusyuk, teduh, dan penuh ketulusan. Ada nuansa keakraban antara penyair dengan Tuhan, ditandai dengan penggunaan kata “bapa” yang menghadirkan kedekatan emosional. Kesunyian malam dalam puisi ini tidak menimbulkan rasa takut semata, melainkan berubah menjadi ruang doa yang hangat dan menenangkan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa manusia hendaknya selalu mendekat kepada Tuhan dalam keadaan apa pun, termasuk saat tubuh lelah dan hendak beristirahat. Doa menjadi jembatan untuk memohon perlindungan, rasa aman, dan kekuatan untuk terus bekerja di hari berikutnya. Puisi ini mengajarkan nilai kerendahan hati, syukur, dan keteguhan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji yang membuat doa terasa hidup dan menyentuh:
- Imaji visual: “kembangkan sayapmu selubungi aku dalam pelukan malam” menghadirkan gambaran Tuhan seperti sosok pelindung yang menutupi manusia dari bahaya.
- Imaji perasaan: “perihlah mata penatlah tubuh” yang menggambarkan kondisi fisik manusia setelah bekerja seharian.
- Imaji suasana: “malam begini sepi” menghadirkan keheningan malam yang menekankan suasana intim doa.
Majas
Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: “kembangkan sayapmu selubungi aku dalam pelukan malam” seolah malam dan Tuhan hadir sebagai sosok yang bisa memeluk.
- Metafora: “sayapmu” menjadi metafora bagi perlindungan Ilahi.
- Repetisi: penggunaan kata “biar” secara berulang memberi irama doa yang khidmat dan penuh penyerahan diri.
Puisi “Doa Waktu Hendak Tidur” karya Umbu Landu Paranggi adalah potret spiritualitas yang sederhana namun mendalam. Dengan bahasa doa yang tulus, ia menghadirkan pengakuan manusia atas kelemahan dirinya sekaligus rasa syukur atas kasih Tuhan. Imaji lembut, suasana khusyuk, serta pesan universal menjadikan puisi ini relevan tidak hanya sebagai karya sastra, tetapi juga sebagai renungan kehidupan.
Puisi: Doa Waktu Hendak Tidur
Karya: Umbu Landu Paranggi
Biodata Umbu Landu Paranggi:
- Umbu Landu Paranggi lahir pada tanggal 10 Agustus 1943 di Kananggar, Paberiwai, Sumba Timur.
- Umbu Landu Paranggi meninggal dunia pada tanggal 6 April 2021, pukul 03.55 WITA, di RS Bali Mandara.