Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Hikayat Pala (Karya Tjahjono Widarmanto)

Puisi "Hikayat Pala" karya Tjahjono Widarmanto menggambarkan perjalanan spiritual dan fisik seorang tokoh yang menghadapi berbagai tantangan hidup ...
Hikayat Pala

kisahku sampai juga di benua-benua ini
ditiup angin selatan dan angin barat, didendangkan nelayan
memburu marulaga pada bulan alo kasuang
hinggap di telinga nakhoda kaparo bersama serombongan kelasi berkudis
menyanding sebotol minuman keras dan peta yang kumal
berteriak-teriak parau, meracau nyaris putus asa
– ad loca aromatum!
perjalanan edan untuk persembahan maharaja yang lapar 

ini si tua, hidangan rahasia penghuni sorga
mendekam dalam ceruk ceruk lembah
dilindungi mantram-mantram dan dentam tifa
pulau-pulau bukit menjulang, gunung api,
pasir-pasir perak serta laut warna kecubung
gumpalan-gumpalan padat sejarah yang mendadak telanjang

aku si tua, berhasil membuat para jagoan mengidap insomnia
mata caling beling terkesiap menatapku lalu dentam sepatu
anyir angin bersiutan, wangi amunisi, leher meriam yang dibelai
seringai badai api menggasak pantai-pantai
batang-batang lenganku terkayuh jauh
meninggalkan celah lembah, pasir perak dan laut warna kecubung
mengembara dan terbantai seperti nabi disalib di tengah bandar

ini si tua, korban sekaligus pahlawan
jadi penumpang sial dipaksa berlayar ke ujung-ujung jagat
tak kuasa mengutuk apalagi menolak

ini aku si tua, kini tak lagi digdaya
seperti dulu saat sebiji merah cokelatku ditukar maharaja
dengan pulau di ujung dunia yang lain lagi

Melonguane, 2017

Sumber: Porodisa Surga di Halaman Depan (2017)

Analisis Puisi:

Puisi "Hikayat Pala" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah karya yang sarat dengan gambaran perjalanan, keberanian, dan akhirnya, penerimaan akan takdir.

Perjalanan Fisik dan Spiritual: Puisi ini membawa pembaca pada perjalanan fisik dan spiritual yang melintasi benua-benua dan lautan-lautan. Penggunaan metafora seperti "ditiup angin selatan dan angin barat" dan "mendekam dalam ceruk-ceruk lembah" menciptakan gambaran tentang petualangan yang luas dan mendalam.

Karakter Si Tua: Tokoh "si tua" dalam puisi ini diangkat sebagai simbol kebijaksanaan, keberanian, dan kekuatan. Meskipun telah terpuruk oleh takdir dan perjalanan yang berat, dia tetap mewakili keberanian dan ketahanan dalam menghadapi tantangan hidup.

Konflik dan Pertempuran: Puisi ini menggambarkan konflik dan pertempuran yang dialami oleh "si tua" dalam perjalanan hidupnya. Penggunaan bahasa yang kuat, seperti "seringai badai api menggasak pantai-pantai", memberikan gambaran tentang keberanian dan keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan.

Penerimaan akan Takdir: Meskipun mengalami banyak kesulitan dan penderitaan, "si tua" pada akhirnya menerima takdirnya dengan penuh martabat. Dia menerima bahwa hidupnya adalah bagian dari sebuah cerita yang lebih besar, yang tak selalu dapat dia kendalikan.

Simbolisme dan Metafora: Penyair menggunakan simbolisme dan metafora secara luas dalam puisi ini untuk menyampaikan makna yang mendalam. Misalnya, penggunaan "pulau di ujung dunia" sebagai pengganti harta kekayaan mencerminkan bahwa kekayaan sejati terletak dalam pengalaman dan keberanian.

Bahasa yang Kuat dan Imajinatif: Bahasa dalam puisi ini sangat kuat dan imajinatif, menciptakan gambaran yang hidup dan menarik. Penggunaan kata-kata yang kaya dan deskriptif menghidupkan petualangan "si tua" dan mengundang pembaca untuk merenungkan arti yang lebih dalam.

Puisi "Hikayat Pala" karya Tjahjono Widarmanto adalah sebuah karya yang penuh dengan petualangan, konflik, dan akhirnya penerimaan akan takdir. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan imajinatif, puisi ini menggambarkan perjalanan spiritual dan fisik seorang tokoh yang menghadapi berbagai tantangan hidup dengan keberanian dan martabat.

Tjahjono Widarmanto
Puisi: Hikayat Pala
Karya: Tjahjono Widarmanto

Biodata Tjahjono Widarmanto:
  • Tjahjono Widarmanto lahir pada tanggal 18 April 1969 di Ngawi, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.