Puisi: Menantimu (Karya Tjahjono Widarmanto) Menantimu aku ingin bertandang di rumahmu. sekedar bersalaman atau pelukan Engkau tak ada hanya ruang tamu yang bisu kursi-kursi bes…
Puisi: Urat Pohon (Karya Tjahjono Widarmanto) Urat Pohon berkacalah pada urat pohon saat segala ranting dan daun meninggalkan dahan getah-getah akar yang dijemput kematian …
Puisi: Bilangan dan Keberuntungan (Karya Tjahjono Widarmanto) Bilangan dan Keberuntungan bilangan adalah nasib. begitu sulit dinujum serupa lampu-lampu berkedip-kedip bergantian setiap nyalanya menitipk…
Puisi: Tamsil Kupu-Kupu (Karya Tjahjono Widarmanto) Tamsil Kupu-Kupu (1) resahku larut gugur bersama ranting bisik-Mu dikabarkan rumput dan jemari di kejauhan malaikat bergaun putih berlar…
Puisi: Yang Tersisa di Secangkir Kopi (Karya Tjahjono Widarmanto) Yang Tersisa di Secangkir Kopi masih tersisa senyum dan ragu yang hambar : sejarah selalu merayap pelan untuk dilupakan. semalam,…
Puisi: Hikayat Pala (Karya Tjahjono Widarmanto) Hikayat Pala kisahku sampai juga di benua-benua ini ditiup angin selatan dan angin barat, didendangkan nelayan memburu marulaga pad…
Puisi: Aku, Istri, dan Anakku (Karya Tjahjono Widarmanto) Aku, Istri, dan Anakku Menatap Senja dari Atas Loteng senja selalu saja menghadirkan ketiba-tibaan dan ketergesaan menjadikan semuanya sekad…
Puisi: Pulau Sarak (Karya Tjahjono Widarmanto) Pulau Sarak pertama datang melempar sauh aku nyinyir bertanya: siapa menabur warna salju di punggungmu? dari pecahan karang yang diobrak-abr…
Puisi: Ruang Kerja Ayah (Karya Tjahjono Widarmanto) Ruang Kerja Ayah ruang kerja ayah di loteng lantai dua. kalau jendelanya terbuka, lampu menyala ia pasti ada di dalam menekuri pesawat kompute…
Puisi: Surat Mawar Untukmu (Karya Tjahjono Widarmanto) Surat Mawar Untukmu kukirim surat mawar untukMu saat malam menyembunyikan gairah di balik selimut kukirim isyarat-isyarat cinta seperti rumput…
Puisi: Bersimpuh di Seribu Subuh (Karya Tjahjono Widarmanto) Bersimpuh di Seribu Subuh aku ingin terlimpuh sehingga lumpuh sampai sujud ini Kau peluk : “sudah aku lewatkan pasrah patuh beribu subuh …