Analisis Puisi:
Puisi "Malam Terasa Sebentar" karya Gunoto Saparie menghadirkan renungan eksistensial tentang waktu, cinta, dan kefanaan hidup. Dengan latar suasana malam yang singkat dan gerimis Desember di Purbalingga, penyair mengajak pembaca menyelami ketergesaan waktu yang tak bisa dihindari, serta pertanyaan mendasar tentang arah kehidupan manusia.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah ketergesaan waktu dan perenungan tentang hidup, cinta, dan kematian. Waktu malam yang singkat menjadi simbol keterbatasan manusia di hadapan takdir.
Puisi ini bercerita tentang pengalaman batin seseorang yang merasakan betapa cepatnya malam berlalu. Malam tidak hanya hadir sebagai fenomena alam, tetapi juga sebagai simbol perjalanan hidup yang singkat. Dalam perjalanan itu hadir pula cinta, hasrat, dan maut yang berdampingan, menegaskan bahwa hidup adalah persinggahan sementara yang penuh pertanyaan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hidup manusia sangat singkat, seperti malam yang segera berganti siang. Dalam waktu yang terbatas itu, manusia berhadapan dengan cinta, hasrat, dan kematian. Pertanyaan eksistensial “kita dari mana mau ke mana, sayang?” menyiratkan keraguan dan pencarian makna hidup. Puisi ini mengajak pembaca merenungi perjalanan eksistensi manusia yang sering kali tidak memiliki jawaban pasti.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang dibangun dalam puisi ini adalah melankolis, kontemplatif, dan penuh kegelisahan. Ada perasaan hampa ketika waktu terasa singkat, ada pula kerisauan yang muncul karena hidup berjalan begitu cepat tanpa memberi kesempatan untuk benar-benar memahami arah tujuan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang bisa dipetik dari puisi ini adalah bahwa hidup harus dijalani dengan kesadaran bahwa waktu sangat singkat. Manusia sebaiknya tidak terjebak dalam gelombang hasrat tanpa arah, melainkan mencari makna dari setiap perjalanan. Pertanyaan eksistensial dalam puisi ini mengingatkan pembaca untuk merenungkan asal-usul dan tujuan hidup.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji yang menyentuh pengalaman indrawi:
- Imaji penglihatan: “gerimis desember di Purbalingga nan basah”, “bayangku di trotoar jatuh”, “enam lima cahaya berpendar” — menghadirkan gambaran visual yang nyata dan menyentuh.
- Imaji perasaan: suasana waktu yang cepat berlalu dan hasrat yang bergolak memberi kesan emosional yang dalam.
- Imaji suasana: “sinyal terakhir, maut dan cinta menyatu dalam kerak” menimbulkan kesan misterius sekaligus menegangkan.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Metafora: “malam terasa sebentar” sebagai simbol singkatnya hidup.
- Personifikasi: “subuh pun memacu kehendak” menggambarkan subuh seolah-olah memiliki kemauan.
- Hiperbola: “maut dan cinta menyatu dalam kerak” memperlihatkan percampuran dua hal besar yang memengaruhi manusia.
- Pertanyaan retoris: “tapi kita dari mana mau ke mana, sayang?” yang mengajak pembaca merenung, bukan mencari jawaban literal.
Puisi "Malam Terasa Sebentar" karya Gunoto Saparie merupakan refleksi tentang waktu yang cepat berlalu, singkatnya kehidupan, serta perenungan tentang cinta, hasrat, dan kematian. Dengan suasana melankolis dan imaji yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk menyadari kefanaan hidup dan merenungi pertanyaan eksistensial tentang tujuan manusia. Majas yang digunakan mempertegas keindahan sekaligus kedalaman makna puisi.
Karya: Gunoto Saparie
BIODATA GUNOTO SAPARIE
Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.
Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004). Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.
Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain. Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif (Jakarta).
Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah.
Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.
Beliau bisa dihubungi melalui email gunotosaparie@ymail.com.
