Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Malioboro Malam Hari (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Malioboro Malam Hari" mengundang pembaca untuk merenungkan akan eksistensi dan perasaan di tengah kesunyian malam di Malioboro.
Malioboro Malam Hari

Jalan dengan Yogya malamhari, Malioboro dengan lampu-lampu muram. Kita misalkan seorang penyair dengan rambut-rambut akar, dua kantong kosong, dan sungai kecil masasilam menggemericik di urat darahnya.

Seorang lelaki lebih liat dari kerikil jalanan. Tapi lebih lemah dari perempuan dengan nyanyi-nyanyi kecil dan tarian dari dapur, ke ranjang, ke ruang tamu. Lelaki itu berkeluh sepuluh tahun mencari rumahnya yang hilang. Tubuhnya tipis tapi batu-batu, tumbuh akar-akar kesadaran. Bahwa langit dan perempuan sama rahasianya. Sedang ia didera sepi sekalipun membenci puisi sunyi, bahasa kosong, tanpa kerikil, tanpa ledakan. Tambah mengental malam.

Misalkan ia tidak bolak-balik Tugu ke alun-alun, apa malam memberi benderang?

Lengan legam oleh cat nasib, tapi tetap ia kehilangan warna siang. Pecahan rembulan, beberapa bintang masih di sakunya, juga gemuruh laut selatan di jantung. Tatkala di hadapan : Yogya dengan tongkat ajaibnya, menyulap perutnya penuh batu-batu. Dan matanya kunang-kunang memberi warna malam. 

Di seberang jalan seorang perempuan seperti putri duyung. Mengingatkan ibunya di dusun, dengan rangkaian doa dan kembang di tangan.

1998

Analisis Puisi:

Puisi "Malioboro Malam Hari" karya Abdul Wachid B. S. menggambarkan atmosfer malam di Malioboro, Yogyakarta, dengan menghadirkan gambaran tentang penyair yang merenungkan keadaan sekitar sambil mencermati kehidupan sehari-hari dan keunikan tempat tersebut.

Gambaran Malam di Malioboro: Penyair menyoroti keadaan Malioboro pada malam hari, di mana lampu-lampu yang redup menutupi jalanan. Gambaran ini memberikan nuansa melankolis dan suasana sepi di tengah keramaian kota.

Penyair dan Perempuan: Penyair dalam puisi ini digambarkan sebagai individu yang peka terhadap lingkungan sekitarnya. Meskipun memiliki kepekaan dan kesadaran, ia juga merasa terkikis oleh kelemahan dan perasaan kehilangan. Sementara perempuan di seberang jalan diibaratkan sebagai sosok yang membangkitkan ingatan akan kehidupan desa dengan doa dan kembang di tangannya, menyiratkan kehadiran spiritual dan keanggunan.

Kesendirian dan Kehilangan: Penyair tampaknya merasakan kesendirian dan kekosongan, dengan perasaan kehilangan rumah dan kebingungan mencari jati diri. Ia merenungkan malam sebagai masa yang menyisakan rahasia, di mana langit dan perempuan memiliki pesona dan misteri yang tak terpecahkan.

Perenungan Penyair: Puisi ini menciptakan suasana pemikiran yang dalam tentang kehidupan, kesepian, kehilangan, dan keindahan yang tersemat di sekitar Malioboro pada malam hari. Melalui gambaran penyair yang merenungkan keadaan sekitar, puisi ini mengeksplorasi perasaan kekosongan dan kegelapan pada malam, serta mencoba menggambarkan keanggunan spiritual yang muncul dalam kesendirian.

Puisi "Malioboro Malam Hari" memberikan gambaran yang kaya dan kompleks tentang suasana malam di Malioboro, dengan memperlihatkan kesendiriannya, kehilangan, dan keanggunan spiritual yang tersembunyi di balik redupnya lampu-lampu dan suasana sepi. Dengan keterampilan yang indah, Abdul Wachid B. S. menciptakan suatu atmosfer yang mengundang pembaca untuk merenungkan akan eksistensi dan perasaan di tengah kesunyian malam di Malioboro.

Abdul Wachid B. S.
Puisi: Malioboro Malam Hari
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.