Mandi
sebelum datang
di ladang jagung di rumput airnya
katak-katak masih serempak,
telanjang bulat mandi di sumber
katak-katak berhenti sama sekali
saya mengganggu sunyi?
saya merindukan sunyi.
batin yang ramai
ditikam kanan kiri
inti suara sang sunyi
Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Mandi" karya Wiji Thukul merupakan sebuah pengamatan yang dalam mengenai keadaan manusia dan kebutuhannya akan momen sunyi dan kesendirian. Dalam puisi ini, penulis menggunakan gambaran ladang jagung dan para katak yang sedang mandi di sumber sebagai metafora untuk menyampaikan pesan yang lebih mendalam.
Puisi ini dimulai dengan penggambaran keadaan sebelum kedatangan penulis. Di ladang jagung, para katak masih bergerombol dan mandi bersama di sumber air. Namun, ketika penulis datang, katak-katak tersebut berhenti sama sekali. Hal ini mengisyaratkan bahwa kehadiran manusia telah mengganggu keheningan dan kedamaian alam.
Penulis kemudian mengungkapkan kerinduannya akan kesunyian. Ia merasa bahwa kehadirannya telah memecah keheningan yang diinginkannya. Dalam konteks puisi ini, sunyi bukanlah sekadar ketiadaan suara, tetapi juga sebuah keadaan di mana pikiran dan batin dapat merasa tenang dan terhubung dengan alam.
Namun, penulis juga menyadari bahwa dalam kehidupan sehari-hari, batin seseorang seringkali diserang oleh kegelisahan dan kebisingan dunia luar. Dalam bahasa puisi, penulis menggambarkan batin yang ramai ditikam dari kanan dan kiri, yang dapat diartikan sebagai pengaruh negatif dari lingkungan dan tekanan sosial yang membebani pikiran dan hati.
Puisi "Mandi" menunjukkan kepekaan Wiji Thukul terhadap kebutuhan akan momen sunyi dan kesendirian sebagai sarana untuk menyelaraskan diri dengan alam dan mendamaikan batin. Melalui penggunaan imaji dan bahasa yang sederhana namun penuh makna, penulis mengajak pembaca untuk merenung tentang pentingnya menciptakan ruang bagi diri sendiri untuk menemukan ketenangan dan keseimbangan dalam kehidupan yang seringkali penuh dengan kebisingan dan gangguan.
Puisi ini juga mencerminkan semangat perlawanan Wiji Thukul terhadap ketidakadilan dan penindasan. Wiji Thukul adalah seorang penyair dan aktivis yang dianggap hilang sejak tahun 1998 setelah berusaha memperjuangkan hak-hak buruh dan rakyat kecil di Indonesia. Melalui puisi-puisinya, ia membangkitkan kesadaran akan ketidakadilan sosial dan mengajak orang-orang untuk berani bersuara dan melawan penindasan.
Puisi "Mandi" adalah salah satu contoh kepiawaian Wiji Thukul dalam menyampaikan pesan-pesan yang mendalam melalui kata-kata yang sederhana namun bermakna. Puisi ini mengajak kita untuk merenung tentang pentingnya menciptakan ruang bagi kesunyian dan kesendirian dalam hidup kita, serta pentingnya mempertahankan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan dalam masyarakat.
Karya: Wiji Thukul
Biodata Wiji Thukul:
- Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
- Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
- Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
