Sumber: Museum Masa Kecil (2018)
Analisis Puisi:
Puisi “Nanti Saja” karya Avianti Armand menghadirkan dialog imajiner antara “Aku” dengan “Kematian”. Dialog tersebut ditulis dalam bentuk percakapan, seolah-olah kematian adalah sosok nyata yang bisa berbicara, berinteraksi, bahkan menawar waktu. Dengan gaya sederhana namun tajam, penyair menyingkap perenungan manusia tentang ajal yang tak terhindarkan.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah kematian dan kesadaran manusia akan kefanaan hidup. Penyair menghadirkan kematian bukan sebagai sesuatu yang menakutkan, melainkan sebuah kepastian yang bisa datang kapan saja, bahkan ketika kita sedang sibuk dengan hal-hal kecil sehari-hari, seperti sarapan.
Puisi ini bercerita tentang pertemuan imajiner seorang “Aku” dengan sosok Kematian. Kematian digambarkan datang dengan membawa sabit, namun tidak menakutkan. Mereka berdialog mengenai identitas, tugas, dan waktu yang pasti akan datang. “Aku” dalam puisi ini bahkan sempat menawar agar bisa menyelesaikan sarapan dulu sebelum dijemput. Akhirnya, Kematian menunda dan berkata akan datang lagi nanti.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa kematian selalu dekat, tetapi manusia sering tidak menyadarinya. Ia bisa datang kapan saja tanpa kita duga, namun manusia sering kali menundanya dalam pikiran, seakan masih punya banyak waktu. Ada juga pesan bahwa hidup sehari-hari, bahkan hal kecil seperti sarapan, tetap menjadi alasan kuat manusia untuk bertahan di dunia ini, meski ajal sudah menunggu.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini adalah kontradiktif: serius namun santai, tegang namun jenaka. Meski berbicara tentang topik besar—kematian—puisi justru terasa ringan dan akrab. Ada humor tipis dalam percakapan, misalnya ketika “Aku” berkata ingin menghabiskan sarapan dulu agar tidak dimarahi ibu. Hal ini membuat suasana menjadi tidak sepenuhnya mencekam.
Amanat / pesan yang disampaikan puisi
Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah:
- Kematian adalah sesuatu yang pasti dan tidak bisa dihindari, hanya bisa ditunda sesuai kehendak waktu.
- Hargailah kehidupan sehari-hari, sekecil apa pun, karena justru hal-hal sederhana itulah yang membuat kita ingin terus hidup.
- Bersiaplah menghadapi ajal dengan kesadaran penuh, sebab ia bisa datang kapan saja tanpa peringatan panjang.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji visual dan dialogis. Beberapa imaji yang menonjol:
- Sabit raksasa yang dibawa Kematian, menghadirkan gambaran klasik tentang malaikat maut.
- Cahaya di ujung terowongan, imaji populer tentang pengalaman menjelang kematian.
- Adegan sarapan dan dimarahi ibu, menghadirkan keseharian yang sederhana namun kontras dengan topik kematian.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi – Kematian digambarkan sebagai sosok manusia yang bisa berbicara, membawa sabit, melihat jam tangan, bahkan bersahabat dengan Tuhan.
- Ironi – Kematian yang biasanya ditakuti justru tampil tidak menakutkan, bahkan memberi waktu agar “Aku” bisa menyelesaikan sarapannya.
- Dialog dramatik – Puisi ini dibangun sepenuhnya melalui percakapan, menghadirkan nuansa teaterikal yang hidup.
Puisi “Nanti Saja” karya Avianti Armand menyuguhkan cara pandang yang unik terhadap kematian. Dengan dialog ringan namun penuh makna, penyair mengajak pembaca untuk tidak menakuti ajal, melainkan menyadari kepastiannya sambil tetap menghargai kehidupan. Kehadiran tema, makna tersirat, imaji, dan penggunaan majas yang kuat menjadikan puisi ini sebagai refleksi mendalam tentang keterbatasan hidup dan pentingnya kesadaran manusia dalam mengisinya.
