Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pelangi Putih (Karya Herman RN)

Puisi “Pelangi Putih” karya Herman RN bercerita tentang aku-lirik yang menyaksikan pelangi putih di sela tangis langit senja, lalu merasakan ...
Pelangi Putih

pelangi itu begitu putih, membaris pada suatu senja di sela-sela tangis langit. sedang pekik alam tak mampu memecah lamun, kucuri tatap di ujung bisu. pelangi semakin putih di bawah kerudung abu-abu. aku terpaku kelu dan kaku.

adalah ia, warna yang telah mengundang risau. kadang aku tergigau saat pejam mata. kadang aku linglau dalam tapak hari. kadang aku galau di atas sajadah walau sudah bertahun kucium.

kucoba raba rencong, aku bengong.
kubersihkan belati, aku nyeri.
kuraih busur panah, aku lelah.

kutak pikir mesti mencari tali walau tangga belum dimiliki. kutak hendak hapus hijau walau putih masih dicari. aku berniat berperi tapi. ia semakin kurasa dekat meski belum di hati. aku kian serasa mati. kaul pelangi dapat termiliki lalu kesembahkan syariah ke Tuhan bersamanya untuk menyempurnakan sujudiah sebagai bekal ubudiyah. adalah mimpi terbesar seperti si hamil yang selalu idam-idam pada mamplam.

Banda Aceh, Desember 2009

Analisis Puisi:

Puisi “Pelangi Putih” karya Herman RN menghadirkan gambaran spiritual yang penuh simbolisme. Tidak seperti pelangi pada umumnya yang berwarna-warni, pelangi dalam puisi ini justru berwarna putih—sebuah paradoks yang sarat makna. Putih dalam budaya dan agama sering dipahami sebagai simbol kesucian, ketulusan, serta harapan. Melalui puisi ini, penyair mengajak pembaca merenungi kegelisahan batin, kerinduan spiritual, dan pencarian makna hidup dalam bingkai religius.

Tema

Tema utama puisi ini adalah pencarian spiritual dan kerinduan akan kesucian dalam perjalanan hidup. Warna putih pada pelangi dijadikan simbol cita-cita religius, yakni kesempurnaan ibadah dan ketulusan hati dalam menghadap Tuhan.

Puisi ini bercerita tentang aku-lirik yang menyaksikan pelangi putih di sela tangis langit senja, lalu merasakan keresahan, kegelisahan, dan kerinduan batin untuk mencapai ketenangan spiritual. Ia bergulat dengan rasa risau, galau, bahkan lelah dalam pergulatan hidup, namun tetap berusaha mendekat pada nilai-nilai religius melalui ibadah dan pengabdian.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa jalan menuju kesucian dan kedekatan dengan Tuhan penuh dengan kegelisahan dan perjuangan batin. Pelangi putih menjadi lambang spiritualitas yang diidamkan, sesuatu yang tampak dekat namun masih sulit dicapai sepenuhnya. Ada pesan bahwa manusia kerap merasa lelah, galau, bahkan hampa, namun pencarian terhadap cahaya Ilahi tetap harus dilanjutkan.

Suasana dalam puisi

Suasana yang tercipta dalam puisi ini adalah resah, hening, sekaligus religius. Ada nuansa ketegangan batin antara kegelisahan duniawi dengan kerinduan spiritual, yang digambarkan melalui kontras imaji pelangi putih dengan tangis langit, kerudung abu-abu, serta sajadah.

Amanat / Pesan yang disampaikan

Amanat yang terkandung dalam puisi ini adalah bahwa manusia harus terus berjuang mencari kesucian dan mendekat pada Tuhan, meski perjalanan spiritual itu penuh kegelisahan dan rintangan. Penyair menekankan pentingnya niat tulus dalam ibadah (ubudiyah) agar hidup memperoleh makna sejati.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji yang kuat, antara lain:
  • Imaji visual: “pelangi itu begitu putih, membaris pada suatu senja”, “di bawah kerudung abu-abu” – menghadirkan pemandangan langit yang kontras.
  • Imaji perasaan: “kadang aku galau di atas sajadah”, “aku kian serasa mati” – menegaskan kegelisahan batin tokoh lirik.
  • Imaji gerak: “kucoba raba rencong, aku bengong. kubersihkan belati, aku nyeri.” – simbol pergulatan batin yang diungkap lewat gerakan fisik.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – “pelangi putih” sebagai simbol kesucian dan cita-cita spiritual.
  • Personifikasi – “pekik alam tak mampu memecah lamun” yang menghidupkan alam sebagai makhluk bernyawa.
  • Repetisi – pengulangan kata “kadang” untuk menekankan kegelisahan batin yang berulang-ulang.
  • Hiperbola – “aku kian serasa mati” sebagai bentuk penekanan rasa lelah dan putus asa dalam pencarian.
Puisi “Pelangi Putih” karya Herman RN adalah sebuah refleksi mendalam tentang kerinduan akan kesucian dan pencarian spiritual manusia. Dengan menghadirkan simbol pelangi putih, penyair menekankan bahwa perjalanan menuju Tuhan bukanlah hal yang mudah, melainkan penuh dengan kegelisahan, keraguan, dan perjuangan batin. Namun, melalui ibadah yang tulus dan pengabdian, manusia tetap bisa mendekatkan diri kepada Yang Ilahi. Imaji yang kuat serta penggunaan majas yang kaya menjadikan puisi ini sarat makna, sekaligus mengajak pembaca merenung tentang hakikat hidup dan ibadah.

Herman RN
Puisi: Pelangi Putih
Karya: Herman RN

Biodata Herman RN:
  • Herman RN lahir pada tanggal 20 April 1983 di Kluet, Aceh Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.